Mobile Legends Professional League (MPL)

Baik dan Buruk Liga Mobile Legends MPL dengan Sistem Franchise

13 Juli 2019 11:07 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana turnamen Mobile Legends Professional League (MPL). Foto: Moonton
zoom-in-whitePerbesar
Suasana turnamen Mobile Legends Professional League (MPL). Foto: Moonton
ADVERTISEMENT
Mobile Legends: Bang Bang telah menjadi game mobile laris di Asia Tenggara. Di daftar game populer di Google Play Store wilayah Indonesia, game ini duduk manis di peringkat pertama.
ADVERTISEMENT
Mobile Legends sempat tersandung masalah hukum pada Juli 2017, karena dituduh melakukan pelanggaran hak cipta oleh Tencent dan Riot Games terkait game buatan mereka, League of Legends (LoL). Sang pengembang Mobile Legends, Moonton, dipaksa bayar denda 19,4 juta yuan setelah kalah di persidangan oleh Tencent pada Juli 2018.
Isu itu tidak mengurangi pamor Mobile Legends. Game yang rilis Juli 2016 ini semakin banyak pemain aktif bulanannya. Per September 2018, Moonton mengklaim punya 200 juta pengguna global, dengan 100 juta di antaranya adalah pemain yang berada di Indonesia.
Dengan basis pengguna yang banyak, Moonton berani mementaskan game itu dalam bentuk kompetisi eSports yang bekerja sama dengan sejumlah pihak dan sponsor. Moonton menelurkan turnamen yang mempertandingkan Mobile Legends, mulai Mobile Legends Intercity Championship (MIC), Mobile Legends Professional League (MPL), hingga Mobile Legends Southeast Asia Cup (MSC).
ADVERTISEMENT
Khusus MPL, kompetisi itu sekarang lagi hangat diperbincangkan publik Indonesia. Genderangnya semakin kencang saat Moonton memastikan menggelar MPL Season 4 dengan format penyelenggaraan baru: franchise league.
Ilustrasi: Seorang caster, Momo Chan, bermain game Mobile Legends: Bang Bang di smartphone. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Franchise league bukan hal baru di dunia olahraga. Asosiasi basket di AS, National Basketball Association (NBA), adalah salah satu yang menerapkan sistem franchise league untuk kompetisinya.
Di dunia eSports, ada Overwatch League yang diumumkan pertama kali pada November 2016 oleh Activision Blizzard. Overwatch League menawarkan para pemain kontrak dengan jaminan gaji minimum dan beberapa keuntungan lain, seperti benefit kesehatan, uang pensiun, dan tempat tinggal.
Balik ke sistem franchise league MPL S4. Industri eSports di Indonesia cukup kaget dengar kabar itu. Maklum, kompetisi eSports jenis franchise league terbilang baru di sini. Setiap tim yang mau ikut serta dalam MPL Season 4 diminta membayar 1 juta dolar AS atau sekitar Rp 15 miliar, yang diklaim sebagai 'entrance fee'. Jika benar MPL tahun ini hanya akan mempertandingkan delapan tim, berdasarkan rumor yang berkembang, maka total nilai yang diterima Moonton mencapai 8 juta dolar AS atau sekitar Rp 112 miliar.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga yang membuat komunitas eSports terbelah menjadi dua. Yang pro, menganggap ini kesempatan bagus bagi tim peserta favoritnya karena mereka juga bakal menerima sebagian pendapatan dari MPL. Di sini Moonton menjanjikan revenue sharing alias bagi-bagi hasil pendapatan untuk MPL era franchise league. Yang kontra, berpendapat langkah ini mematikan peluang tim-tim eSports baru yang masih kecil untuk menambah porfofolionya di MPL.
Soal baik dan buruknya franchise league diterapkan di MPL, kumparan berdiskusi dengan berbagai pihak yang berkecimpung di industri eSports. Ada caster yang biasa mengomentari kompetisi game, Wibi Irbawanto alias 8Ken. Lalu ada pemimpin tim eSports, Ivan Yeo dari EVOS, hingga pemain senior tim Saints Indo, Daylen Reza.
ADVERTISEMENT
MPL jadi panggung bergengsi untuk unjuk talenta
MPL S4 yang menganut sistem franchise league dipandang positif oleh EVOS. Kepada kumparan, Ivan Yeo selaku CEO EVOS mengungkap, apa yang dilakukan Moonton ini sejalan dengan tujuan utama dari tim yang identik dengan logo serigala berwarna putih tersebut.
Tujuan utama EVOS, kata Ivan, adalah menciptakan sebuah ekosistem eSports yang dapat membantu pemain menunjukkan talentanya di panggung besar. Liga franchise MPL S4 menjadi tempat terbaik untuk pemain dalam melakukan itu.
"Terkait MPL S4, kami melihatnya sebagai sebuah cara untuk berinvestasi dan mengembangkan eSports di Indonesia. Senang melihat ada kesempatan baru untuk membuat eSports jadi lebih mainstream," kata Ivan dalam email.
Ivan Yeo, CEO EVOS Esports. Foto: EVOS Esports
Kesempatan branding di turnamen elit
ADVERTISEMENT
Sementara CEO RRQ, Andrian Pauline, menilai MPL dengan franchise league adalah kesempatan untuk branding nama timnya di industri eSports. Tim yang memiliki fanbase disebutnya butuh eksistensi dengan berlaga di kompetisi bergengsi, dan MPL S4 ini adalah salah satunya.
Senada dengan Andrian, komentator MPL musim sebelumnya, Wibi Irbawanto, juga berkata franchise league adalah investasi yang bagus untuk branding. Dengan ikut MPL S4, nama kontestan akan diketahui oleh banyak penonton liga. Nama mereka menjadi yang pertama disebut jika penggemar Mobile Legends membicarakan MPL S4. Top of mind ini yang dibutuhkan dalam branding.
"Karena mereka ada di franchise league seperti itu, mereka bisa membangun brand perlahan-lahan. Jadi ada kita menyebutnya big brand name, itu selalu ada untuk membuat orang loyal terhadap sebuah tim eSports," ujar pria yang dikenal dengan sebutan 8Ken itu.
Wibi Irbawanto alias '8Ken', caster turnamen eSports. Foto: Astrid Rahadiani/kumparan
ADVERTISEMENT
Sponsor dan bagi-bagi untung
Kompetisi ini juga bisa memberikan penghasilan yang signifikan bagi tim. MPL disebutnya memiliki benefit yang menguntungkan, karena Moonton menawarkan pembagian keuntungan yang didapat selama perhelatan berlangsung.
"Perihal sistemnya, kan di-share bahwa ada profit sharing, revenue sharing. Jadi, ya, harus bagus supaya tim partisipan di MPL Season 4 ini dapat benefit seperti yang sudah di-planning," kata Pauline, dalam video wawancara di saluran YouTube Frans Volva.
Peluang untuk dilirik sponsor juga akan dirasakan oleh tim yang ikut serta dalam MPL S4 dengan format franchise league, menurut CEO Saints Indo, Daylen Reza. Tim dengan basis penggemar yang cukup besar tentu menggiurkan brand untuk menaruh sponsor di tim tersebut.
ADVERTISEMENT
Tim kecil semakin kecil
MPL S4 dengan franchise league tidak melulu punya sisi baik. Ada juga sisi yang disayangkan, bahkan dikhawatirkan sejumlah pihak.
Dengan 'biaya masuk' Rp 15 miliar, MPL S4 terkesan menjadi kompetisi yang eksklusif dan hanya berlaku bagi tim eSports yang sanggup bayar, yang berarti mereka sudah mapan dan berduit. Tidak ada kesempatan bagi tim eSports yang baru merintis atau mereka yang punya budget minim.
Daylen Reza, pendiri tim Mobile Legends Saints Indo. Foto: Jofie Yordan/kumparan
Situasi ini bertolak belakang dengan misi Moonton di MPL S4, yang konon katanya, ingin mendorong perkembangan eSports Indonesia. Hal ini, menurut Daylen, hanya menjadi panggung bagi tim eSports besar dengan modal besar.
Jika slot MPL itu hanya diperuntukkan ke delapan tim sekarang, maka kompetisi tersebut hanya dikuasai oleh delapan tim tersebut, terkecuali ada tim yang menjual slot mereka ke tim lain. Dia berharap di kemudian hari ada slot untuk tim baru.
ADVERTISEMENT
"Kalau saya sih sebenarnya agak kecewa, ya, kalau Moonton bilang mau mendorong perkembangan eSports. Soalnya itu jadi mendorong yang gede makin gede, yang kecil makin kecil," jelasnya kepada kumparan.
Banyak pemain tim kecil menyebrang ke tim besar
Jika terus seperti itu, maka tim-tim kecil bakal kehilangan pemain bintangnya karena ditarik atau dibeli oleh kontestan MPL S4. Karena semua player, kata Daylen, pasti mau bermain di MPL.
Dengan tidak adanya kualifikasi dan hanya kewajiban membayar, pemain-pamin dari tim kecil ini akan berbondong-bondong mencari cara agar bisa masuk dan bermain untuk tim-tim besar yang bergabung di MPL.
Saints Indo sendiri merupakan salah satu tim yang dikenal banyak melahirkan pemain-pemain bintang Mobile Legends, seperti di antaranya 'JessNoLimit' dengan nama asli Justin Tobias dan 'Oura' atau Eko Julianto, yang kini berada di tim EVOS. Menurutnya, dengan tidak bergabungnya Saints dan tim-tim lain di MPL, maka nama tim mereka perlahan akan memudar.
ADVERTISEMENT
Franchise league ala Moonton masih abu-abu
Moonton belum mengungkap secara detail bagaimana bentuk franchise league yang akan mereka terapkan di MPL S4. Belum jelas bagaimana skema dan mekanismenya kompetisi premium itu.
Perusahaan hanya menjelaskan, dengan model franchise league ini, maka lebih dari 50 persen pendapatan MPL dari sponsor dan hak penyiaran selama musim keempat bakal didistribusikan kepada tim. Hal ini bertujuan agar tim-tim yang berpartisipasi dapat menggunakan dana tersebut untuk membiayai tim secara stabil setiap musimnya.
"Dengan investasi satu kali secara bersama-sama sebesar Rp 15 miliar per tim dan investasi dari Moonton, banyak inisiatif akan direncanakan dan diluncurkan dalam waktu dekat yang akan bermanfaat bagi komunitas eSports Indonesia," jelas Moonton dalam klarifikasinya pada 2 Juli 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Moonton baru mau akan mengungkap secara gamblang dan lengkap soal MPL S4 dengan sistem franchise league dalam konferensi pers yang digelar pada 23 Juli 2019 mendatang. Semoga di momen tersebut Moonton memberikan keterangan yang mencerahkan terkait kompetisi premium itu.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten