Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Salah satu keunggulan dari sistem operasi smartphone Android adalah tersedianya banyak aplikasi dan game gratis. Pengguna jadi leluasa untuk mengunduhnya ke perangkat tanpa bersusah payah.
ADVERTISEMENT
Namun, di balik melimpahnya aplikasi yang tersedia di Android, ada bahaya yang mengancam. Sebuah riset yang dilakukan selama dua tahun menemukan, ada 2.040 aplikasi di Google Play Store yang terdeteksi berbahaya. Bahkan, beberapa aplikasi di antaranya adalah aplikasi terkenal yang memiliki banyak pengguna.
Dalam laporan hasil riset bertajuk "A Multi-modal Neural Embeddings Approach for Detecting Mobile Counterfeit Apps" ini disebutkan, beberapa aplikasi memerlukan sejumlah izin yang mencurigakan, sementara lainnya terdapat malware. Riset dilakukan oleh dilakukan para peneliti dari University of Sydney dan Data61 CSIRO.
"Keberhasilan Google Play ditandai oleh fleksibilitas dan fitur yang dapat disesuaikan, serta memungkinkan hampir semua orang membangun aplikasi, (tapi) ada sejumlah aplikasi bermasalah yang lolos dari pemeriksaan (Google) dan telah melewati proses pemeriksaan otomatis,” kata Suranga Seneviratne dari University of Sydney, salah satu peneliti dalam riset ini, dikutip dari Computer World.
Penelitian ini mencakup sekitar satu juta aplikasi di Google Play dan menemukan banyak dan game populer yang membawa malware. Ada juga aplikasi dan game yang bebas malware, tetapi meminta izin untuk mengakses data pribadi pengguna yang tidak memiliki hubungan dengan mereka. Hill Climb Racing dan Temple Run adalah contoh game yang demikian.
ADVERTISEMENT
Dari hasil riset ini, tim peneliti menemukan ada 2.040 aplikasi yang mereka deteksi sebagai aplikasi palsu yang berisiko tinggi. Para peneliti menemukan keberadaan malware pada ribuan aplikasi tersebut dengan menggunakan VirusTotal, alat analisis malware online.
Selain itu, jika dari aspek keamanan lainnya, ada 1.565 aplikasi yang meminta setidaknya lima izin berbahaya. Ada pula 1.407 aplikasi yang menanamkan banyak iklan pihak ketiga.
Sejak riset ini dipublikasikan pada Mei 2019, tercatat sekitar 35 persen dari 2.040 aplikasi yang terdeteksi berbahaya itu tidak lagi tersedia di Google Play Store. Kebanyakan aplikasi dihapus dengan alasan banyak keluhan dari pelanggan.
Google mengatakan bahwa sekarang mereka bisa menghapus aplikasi jahat dari Play Store jauh lebih cepat. Mereka mengklaim pada tahun lalu mereka telah menghentikan lebih banyak aplikasi jahat yang memasuki toko daripada tahun-tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Jumlah pengajuan aplikasi yang ditolak masuk ke Google Play Store juga meningkat lebih dari 55 persen pada tahun 2018. Selain itu, penangguhan aplikasi pada tahun lalu juga meningkat lebih dari 66 persen, kata perusahaan teknologi yang berbasis di Amerika Serikat tersebut.