Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Alasan di Balik Hiatusnya Trinity Usai Selesaikan The Naked Traveler 8
24 Desember 2018 15:48 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Alasan ini diperkuat dengan hadirnya kata 'Farewell' di cover buku TNT 8 lengkap dengan sampulnya yang berwarna hitam. Dirilis awal Januari 2019, buku The Naked Traveler telah dapat dipesan dengan cara pre-order sejak 13 Desember 2018 lalu.
Hingga berita ini diturunkan, Trinity bersama Bentang Pustaka menuturkan bahwa TNT 8 telah melalui proses cetakan kedua. Dari seluruh pemesan TNT 8 yang melalui masa pre-order, nantinya akan dipilih 1.000 orang yang beruntung untuk melakukan meet and greet, sekaligus merayakan ulang tahun Trinity di bulan Januari.
Meski berat, Trinity mengakui ada banyak hal yang menjadi alasan The Naked Traveler mesti berakhir di bukunya yang kedelapan. Apalagi mengingat buku The Naked Traveler merupakan buku pertamanya yang diangkat dari cerita traveling yang ia tuturkan dalam blog bernama sama.
ADVERTISEMENT
Mulai dari ia yang ingin berkembang, semakin kecilnya royalti penulis, dan minat daya baca masyarakat Indonesia yang semakin menurun membuat Trinity berencana untuk rehat sementara dari dunia penulisan.
Ditambah lagi usia para pembaca setia yang bertumbuh bersama Trinity dan The Naked Traveler dikatakannya tak lagi muda. Sehingga ia memutuskan untuk 'berhibernasi'.
"Tapi memang akunya juga growing old, merekanya juga sama-sama berkembang dan menjadi lebih tua. Ya, aku memutuskan untuk, ya, kita sudahi dulu saja gitu.
Kalau misalnya mau baca cerita jalan-jalan pada saat masih muda, ya kesitulah. Karena aku juga masih tetap jalan-jalan, cuma, kan pengin melakukan hal yang lain, menulis sesuatu yang lain. Mungkin genrenya beda, jadi aku memutuskan untuk hibernasi dulu," ungkapnya saat bertemu kumparanTRAVEL di kantor kumparan pada Kamis (20/12).
ADVERTISEMENT
Bagi Trinity, sudah saatnya bagi dia untuk mengevaluasi diri lewat periode rehat yang ia sebut sebagai hibernasi. Sehingga nantinya ia dapat lebih berkembang tanpa harus meninggalkan idealismenya.
"Akunya juga pengin lebih berkembang begitu. Kan, katanya seperti politikus, tahu kapan harus mulai dan berhenti hahaha," tuturnya sambil tertawa.
Memulai blog The Naked Traveler pada tahun 2005 diakui Trinity sebagai sebuah langkah yang tidak disengaja. Pada kumparanTRAVEL, ia bercerita bahwa saat kuliah ia sering ditanyai tentang pengalaman traveling setiap kali ia pulang jalan-jalan.
Karena merasa kelelahan mesti menceritakan hal yang sama berkali-kali ke pada orang yang berbeda, wanita yang tinggal di kawasan Tanah Kusir itu pun kemudian mencatatkan cerita perjalanannya di kertas, memfotokopikannya, dan membagikannya pada setiap teman yang bertanya.
ADVERTISEMENT
Hingga pada akhirnya ada seorang teman yang menyarankannya untuk membuat blog. Blog yang berisi cerita perjalanan itu kemudian diberi nama The Naked Traveler, plesetan dari kata Nekad atau Nekat.
Dari blog The Naked Traveler, Trinity kemudian menjadi travel blog pertama di Indonesia dan dinobatkan sebagai pelopor travel writer di Indonesia. Menariknya buku pertama The Naked Traveler bahkan diangkat ke layar lebar dengan judul Trinity, The Nekad Traveler.
Selama masa hibernasi, Trinity berencana akan mencari tahu apa yang terbaik bagi dirinya dan bagaimana ia akan mengembangkan diri. Meski belum tahu durasi waktu yang akan digunakan untuk rehat sementara waktu, Trinity mengungkapkan ia akan tetap menulis.
"Pokoknya enggak ditentuin aja, selama apa dan gimana belum tahu. Ya, kira-kira, kalau hibernasi itu, kan harus bikin SWOT Analysist ke diri sendiri begitu. Sekarang itu industrinya bagaimana? Udah lama enggak begitu, karena kerja, kerja, kerja, jalan-jalan, nulis.
Enggak memikirkan diri sendiri untuk ke depannya bagaimana, apa, begitu. Kalau jaman dulu (jadi) anak kantoran, kan, (suka ditanya) lima tahun ke depan mau jadi apa? Gue udah lama enggak menanyakan hal itu ke diri sendiri," kata wanita yang menyelesaikan program magisternya di Filipina itu.
ADVERTISEMENT
Ketika ditanya apakah Trinity memiliki rencana untuk beralih profesi menjadi vlogger atau host traveling setelah hibernasi, ia mengatakan belum bisa memberikan jawaban apa-apa.
"Jadi makanya hibernasi dulu, mikirin dulu aja kita mau jadi apa. Apakah tetap menulis? Nanti dilihat akan jadi bagaimana, apakah akan berubah profesi. Udah pernah juga (jadi host), udah enggak ada sih kayaknya (programnya).
Apalagi sekarang acara travel banyak banget, semakin spesifik lagi, misalnya jilbab traveler, ada apa traveler, apa traveler, dan semua menggunakan huruf l satu, seperti naked traveler," tutur Trinity.
Sedangkan untuk menjadi vlogger, Trinity mengakui ia harus memiliki keahlian tersendiri, seperti pengambilan gambar dan editing. Sedangkan ia tipe traveler yang lebih suka menghabiskan waktu untuk menikmati waktu dan momen saat jalan-jalan.
ADVERTISEMENT
"Beda ya, kalo orang jadi vlogger, yang mulainya memang awalnya dari dunia video. Beda dengan penulis yang tiba-tiba jadi vlogger. Apalagi aku gitu, aku motret aja malas, karena (prinsip) aku jalan itu, enjoy the moment.
Bayangin aku harus bawa selfie stick trus yang adegannya 'hai guys, ayuk ke sini', kayaknya engga banget. Belum lagi itu, kan keahlian tersendiri, harus (bisa) editing dan sebagainya," pungkasnya.
Trinity juga menambahkan bahwa biasanya penikmat vlog pada umumnya adalah kalangan milenial. Sehingga umumnya para vlogger juga adalah anak-anak muda.
" Vlogger ataupun yang nonton video, kan, memang muda banget gitu, lho. Aku enggak bisa bersaing dengan anak milenial yang gitu-gitu, deh."