Apa yang Terjadi Bila Pesawat Mengudara Terlalu Tinggi?

25 September 2018 9:06 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Singapore Airlines Airbus A350  (Foto: Edgar Su/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Singapore Airlines Airbus A350 (Foto: Edgar Su/Reuters)
ADVERTISEMENT
Pesawat memang diciptakan sebagai moda transportasi untuk mengudara tinggi, maka dari itu umumnya pilot melajukan kendaraannya hingga ketinggian 30 ribu kaki di udara. Sebab, semakin tinggi mengudara juga semakin baik, karena pesawat bisa terbang lebih cepat.
ADVERTISEMENT
Walau begitu, bila terbang terlalu tinggi rupanya juga berbahaya, sebab udara semakin menipis. Tak hanya membahayakan penumpang, bila oksigen semakin sedikit berarti udara yang dipasok ke mesin juga semakin berkurang.
Ilustrasi pesawat menjelang landing. (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pesawat menjelang landing. (Foto: Pexels)
Bila udara yang dipasok ke mesin berkurang maka kemungkinan terburuk yang terjadi adalah mesin mengalami kerusakan dan tidak bisa digunakan. Seperti dilansir dari Forbes, pada Oktober 2004 lalu, pesawat Pinnacle Airlines 3701 mengalami kegagalan di kedua mesin.
Kala itu, pesawat yang dikemudikan dua pilot tanpa penumpang itu mengudara pada ketinggian 33 ribu kaki. Kemudian diminta untuk naik hingga 41 ribu kaki, yang merupakan ketinggian maksimum pesawat.
Pesawat H-6K. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat H-6K. (Foto: Wikimedia Commons)
Pensiunan pilot helikopter penyelamat dan keselamatan penerbangan, Tom Farier mengungkapkan "Kedua mesin gagal, kru tidak dapat menghidupkan kembali, pesawat jatuh dan hancur," katanya.
ADVERTISEMENT
Meski tidak ada batas ketinggian maksimum resmi untuk terbang dari otoritas penerbangan, umumnya para operator pesawat punya standar ketinggian maksimum saat terbang. Tentu hal ini dilakukan demi keselamatan baik kru pesawat atau penumpang.