Atambua, NTT Simpan Potensi Cross Border Tourism

8 Oktober 2018 18:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Arief Yahya di Nusa Tenggara Timur (Foto: Humas Kementerian Pariwisata)
zoom-in-whitePerbesar
Arief Yahya di Nusa Tenggara Timur (Foto: Humas Kementerian Pariwisata)
ADVERTISEMENT
Atambua, NTT yang bersebelahan dengan negara Timor Leste menyimpan potensi pariwisata perbatasan (cross border tourism). Hal ini disampaikan oleh Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya saat kunjungan kerja di Atambua (5-6 Oktober 2018).
ADVERTISEMENT
"Kita ingin jadikan Atambua sebagai destinasi utama cross border tourism setelah Kepri (Kepulauan Riau)," ujar Menpar Arief Yahya sesuai rilis resmi yang diterima kumparanTRAVEL.
Menpar Arief Yahya menambahkan, keunggulan utama Atambua sebagai kekuatan pariwisata cross border tourism di Indonesia karena berada di perbatasan darat dengan Timor Leste. Perjalanan wisatawan yang bisa ditempuh melalui darat relatif mudah dilakukan dibandingkan dengan perjalanan turis melalui udara atau laut. Karena itu Menpar menyarankan agar pihak-pihak terkait seperti Custom, Immigration, Quarantine and Security (CIQS) dapat mempermudah wisatawan untuk masuk ke Indonesia.
Arief Yahya Saat Berkunjung ke NTT (Foto: Humas Kementerian Pariwisata)
zoom-in-whitePerbesar
Arief Yahya Saat Berkunjung ke NTT (Foto: Humas Kementerian Pariwisata)
Menurut Menpar Arief Yahya, pendapatan tertinggi yang bisa didapatkan adalah ketika para wisatawan atau warga negara tetangga membelanjakan uangnya di Indonesia.
"Saya dua hari kunjungan kerja di Atambua (5-6 Oktober 2018), di mana menjadi kunjungan kerja terlama saya ke satu daerah. Karena kita tahu strategi pariwisata kita belum sistemik atau menjadikan cross border tourism sebagai yang utama. Padahal di dunia potensi (cross border tourism) besar maka dari itu saya ingin lihat sendiri dan support Belu (Atambua) sebagai destinasi utama cross border tourism," ujar Menpar.
Arief Yahya, Menteri Pariwisata (Foto: Humas Kementerian Pariwisata)
zoom-in-whitePerbesar
Arief Yahya, Menteri Pariwisata (Foto: Humas Kementerian Pariwisata)
Keberadaan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang sudah baik, salah satunya PLBN Mota Ain, menjadikan faktor aksesibilitas sudah tidak ada kendala. Tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah mengembangkan akses transportasi lain seperti Yacht yang menurut Menpar Arief Yahya sangat cocok dikembangkan di Atambua.
ADVERTISEMENT
"Untuk amenitas juga cenderung mudah. Kita dorong di Belu atau Atambua ini mengedepankan konsep nomadic tourism karena relatif murah dan mudah dipindah-pindah. Nanti kita akan undang investor untuk nomadic tourism ini," imbuh menteri asal Banyuwangi itu.
Sementara untuk atraksi, Menpar Arief Yahya melihat Atambua, dan NTT pada umumnya, memiliki peluang besar untuk terus menciptakan atraksi yang dapat menarik minat wisatawan baik yang berbasis alam, budaya, dan wisata buatan.
Arief Yahya di Sebuah Acara (Foto: Humas Kementerian Pariwisata)
zoom-in-whitePerbesar
Arief Yahya di Sebuah Acara (Foto: Humas Kementerian Pariwisata)
Menpar Arief Yahya mengatakan, sama seperti daerah lainnya di Indonesia, Atambua memiliki ragam keindahan alam serta kekuatan budaya yang bisa diciptakan menjadi daya tarik, di antaranya Tari Likurai yang sudah mendunia usai dipentaskan di upacara pembukaan Asian Games 2018 atau Kain Tenun NTT yang indah.
ADVERTISEMENT
Hal lainnya yang juga bisa dilakukan adalah menghadirkan event-event besar berskala nasional ataupun internasional di Atambua. Seperti yang saat ini sedang dijalankan dan didukung Kementerian Pariwisata di antaranya Konser Musik Cross Border Atambua, Festival Wonderful Indonesia, dan Festival Fulan Fehan yang masuk dalam Top 100 Calender of Event Nasional Kemenpar.
"Tapi tampilannya harus dikurasi dengan baik, caranya adalah dengan melibatkan kurator tingkat nasional mulai dari koreografer atau desainer. Misalnya di Festival Fulan Fehan sudah melibatkan Eko Pece (Eko Nugroho) koreografer di upacara pembukaan Asian Games dan banyak koreografer lainnya. Tenun NTT bagus, kita bisa libatkan desainer andal begitu juga musik. Intinya semuanya harus level nasional supaya kebudayaan kita juga bisa dikurasi dengan level nasional," pungkas menteri berusia 57 tahun.
ADVERTISEMENT