news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Benarkah Pesawat yang Terbang Aman dari Gempa Bumi?

4 Mei 2018 14:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-300. (Foto: REUTERS/Beawiharta)
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-300. (Foto: REUTERS/Beawiharta)
ADVERTISEMENT
Gempa bumi menjadi salah satu bencana alam paling mematikan di dunia. Dahsyatnya guncangan yang ditimbulkan bahkan bisa menyebabkan rumah rata dengan tanah, bahkan menimbulkan tsunami.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang membuat gempa bumi amat berbahaya bagi masyarakat yang berada di daratan. Namun, tak hanya mereka yang berada di daratan, nyatanya gempa bumi juga bisa membahayakan pesawat yang sedang terbang di udara.
Bagaimana bisa?
Ron Wagner, seorang pilot dan insinyur penerbangan menjelaskan bahwa gempa bumi menjadi salah satu berita buruk dalam dunia penerbangan. Ia mengungkapkan pengalaman pribadinya untuk mencontohkan bagaimana gempa juga bisa berbahaya bagi penerbangan.
"Saya pernah mengalaminya sekali dan itu cukup menakutkan juga," ungkap Wagner, pilot maskapai penerbangan dan Angkatan Udara Amerika Serikat, seperti dikutip dari news.com.au.
Ron bercerita bahwa suatu malam ia mengemudikan jet dari pangkalan udara di Washington ke Arkansas untuk menjemput tamu VIP, yang merupakan anggota Kongres AS. Di saat itulah dirinya mengalami kejadian gempa bumi tersebut.
ADVERTISEMENT
"Saat itu malam dan ada awan mendung tebal sekitar 3.000 kaki (0,9 kilometer)," cerita Wagner.
Saat itu, menara pengawas bilang jika di dalam awan tidak ada apa-apa kecuali kegelapan. "Kami berbicara dengan menara pengawas dan benar saja, di dalam awan kami tidak melihat apa pun kecuali kegelapan. Dalam kondisi seperti itu, jendela kokpit pun terlihat seperti di cat hitam," lanjutnya.
Setelah berhasil melewati awan hitam tersebut, Wagner kemudian mulai melihat pemandangan yang sangat jernih dengan lampu berkerlap-kerlip di kejauhan. Ia juga melihat lampu landasan dan suar yang berputar di pangkalan.
Melihat hal itu, Wagner melapor ke menara pengawas bawah ia sudah melihat lampu landasan dan bersiap untuk mendarat. Menara pengawas pun telah mengijinkan untuk mendarat.
Ilustrasi pesawat maskapai Scoot Airlines. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pesawat maskapai Scoot Airlines. (Foto: Wikimedia Commons)
Namun, saat Wagner telah bersiap untuk mendarat, tiba-tiba lampu landasan menjadi gelap. "Kami memutuskan terbang kembali dan melapor ke menara pengawas bahwa kami kehilangan pandangan. Tapi, kami tidak mendapatkan jawabab apa pun," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, Wagner memeriksa posisi navigasi dan terkejut ketika melihat tanda merah, yang berarti pesawatnya kehilangan kontak dengan menara pengawas.
"Kami menyadari transporder kami tidak berkedip lagi dan menara pengawas tidak menjawab panggilan kami. Akhirnya kami mulai mempertimbangkan rencana cadangan. Tetapi, sebelum dijalankan, kami mencoba menghubunginya sekali lagi," kata Wagner.
Ternyata, menara pengawas menjawab panggilan Wagner dan bilang bahwa baru saja ada gempa besar yang terjadi.
"Seluruh sumber daya mati. Mereka membutuhkan waktu beberapa menit untuk memulihkan keadaan," ujar Wagnet.
Saat memulihkan keadaan itulah, Wagner diminta menara pengawas untuk terbang tanpa panduan. "Itu merupakan bagian yang menakutkan, karena kami tidak melihat apapun kecuali kegelapan. Kami hanya terus berputar tanpa bisa melihat apa pun, kecuali lampu panel berwarna merah," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, setelah berputar dan menunggu beberapa lama, lampu landasan kembali menyala. Menara pengawas kemudian memberi tahu Wagner untuk terus terbang, sementara beberapa petugas bandara memeriksa apakah ada retakan di landasan. Beberapa menit kemudian, ia diberi tahu bahwa landasan bandara baik-baik saja dan diizinkan untuk mendarat.
Dengan kejadian ini membuktikan bahwa gempa bumi dapat mempengaruhi pilot dan sangat membahayakan bagi dunia penerbangan.