Jantung Konservasi Terumbu Karang Ada di Tangan Warga Lokal

21 Maret 2018 16:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi terumbu karang di Mangrove Point, Bali (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi terumbu karang di Mangrove Point, Bali (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
ADVERTISEMENT
Snorkeling dan diving sudah seperti aktivitas wajib saat ingin mengeksplorasi laut di Indonesia. Keanekaragaman biotanya menjadi magnet wisata maupun penelitian. Laut Indonesia ternyata termasuk ke dalam Coral Triangle atau Segitiga Karang, yakni zona geografis untuk menyebut pusat biodiversitas terkaya di dunia.
ADVERTISEMENT
Selain Indonesia, ada lima negara lain yang termasuk dalam segitiga itu, yakni Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste, Kepulauan Solomon, dan Filipina. Zona Coral Triangle dihuni 76 persen spesies terumbu karang dan 37 persen spesies ikan karang yang ada di dunia.
Kekayaan biodiversitas itulah yang ingin dilindungi oleh Coral Triangle Center (CTC), organisasi konservasi laut non-profit yang berbasis di Sanur, Bali. Lewat berbagai media, mereka berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama warga lokal, tentang pentingnya melindungi terumbu karang dari kerusakan.
Terumbu karang sangat penting karena menjadi rumah bagi para ikan. Mereka juga paru-paru laut. Mereka memberi 50 persen oksigen kepada laut kita,” papar Rili Djohani, Executive Director CTC saat ditemui kumparanTRAVEL di Sanur, Bali, Senin (19/3).
Rili Djohani, Direktur Eksekutif CTC. (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rili Djohani, Direktur Eksekutif CTC. (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
Pusat kegiatan CTC dilakukan di Nusa Penida, Bali, dan Kepulauan Banda, Maluku, yang berstatus sebagai Kawasan Konservasi Perairan (KKP). kumparanTRAVEL berkesempatan langsung melihat bagaimana mereka berinteraksi dan membantu penduduk Nusa Penida. Salah satunya adalah lewat UPT KKP Nusa Penida.
ADVERTISEMENT
CTC mendampingi UPT KKP Nusa Penida dalam upaya melindungi laut dan terumbu karang dari tangan-tangan tak bertanggung jawab. Misalnya, seperti praktik pariwisata yang merusak, penangkapan ikan dengan dinamit dan obat bius, dan ancaman lain. CTC ikut serta dalam patroli laut yang juga melibatkan TNI, POLRI, warga setempat, dan nelayan, untuk menertibkan area konservasi Nusa Penida.
Tamarind Beach, Nusa Lembongan. (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tamarind Beach, Nusa Lembongan. (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
“Dulu kabupaten hanya bisa menganggarkan patroli laut tiga kali dalam setahun, padahal kita butuh patroli sebulan sekali. Sisanya di-support oleh teman-teman CTC. Lalu kalau ada patroli mendadak, kadang kan ada laporan dari masyarakat kita harus meluncur segera. Nah, itu kita didampingi CTC,” papar Kepala UPT KKP Nusa Penida, I Nyoman Karyawan.
Laut sekitar Nusa Penida sendiri dihuni 296 jenis karang dan 576 jenis ikan, termasuk Ikan Mola dan Pari Manta yang populer. Tiap tahunnya, kecantikan bawah laut dan alam Nusa Penida menarik lebih dari 200 ribu turis setiap hari.
Kondisi terumbu karang di Mangrove Point, Bali (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi terumbu karang di Mangrove Point, Bali (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
Menariknya, warga Nusa Penida sangat kooperatif dalam aksi konservasi laut. Mereka sadar menjaga terumbu karang bukan hanya merawat alam, namun juga mendatangkan keuntungan finansial lewat pariwisata.
ADVERTISEMENT
“Warga di sini sangat partisipatif. Mereka sering koordinasi dengan kita. Misalnya penggunaan obat bius untuk menangkap ikan hias sudah tidak ditemukan lagi di Penida. Biasanya warga yang lihat akan langsung laporkan pada kami, kami langsung datangi,” tambah Nyoman.
Pantai Nusa Penida (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pantai Nusa Penida (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
Wilayah KKP Nusa Penida ditinggali 66.304 jiwa penduduk dalam 16 desa yang sangat tergantung pada hasil laut dan pariwisata bahari. Laut menjadi penggerak ekonomi. Mereka bergantung pada laut, sedangkan kelestarian laut dan seisinya juga tergantung pada warga lokal.
“Tanpa keterlibatan dan dukungan dari orang lokal akan susah sekali untuk melestarikan sumber daya laut. Sebab, mereka yang tergantung dan tinggal di sana,” jelas Rili.
Suasana kantor pusat Coral Triangle Center, Bali. (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kantor pusat Coral Triangle Center, Bali. (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
Selain mendampingi patroli laut, CTC juga punya banyak cara lain untuk mengingatkan masyarakat tentang pentingnya konservasi terumbu karang. Mereka punya 25 modul pelatihan yang telah diajarkan kepada 3 ribu lebih peserta, baik di sekolah-sekolah, seminar, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Ada pula Escape Room SOS from the Deep, permainan interaktif bertema laut yang terletak di pusat studi CTC di Sanur. Seni dan budaya pun dirambah, seperti lewat Wayang Samudera yang menggunakan hewan-hewan laut sebagai karakternya. Semuanya digagaskan oleh CTC.
Escape Room SOS from the Deep di Sanur, Bali. (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Escape Room SOS from the Deep di Sanur, Bali. (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
“Tanpa air laut dan terumbu karang, hidup kita akan sangat sulit. Butuh upaya bersama, semua harus bantu untuk melestarikannya. Terumbu mengandung keindahan sekaligus masa depan kita. Harus mulai sekarang, tidak boleh ditunda lagi,” pungkas Rili.