Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Keindahan alam di timur Indonesia menyimpan beragam daya tarik yang luar biasa. Dengan kemasan yang penuh kesederhanaan, Papua Barat memiliki kekayaan alam dan budaya yang perpaduannya sungguh indah dan bisa dinikmati sebagai sarana untuk mengolah rasa serta tentunya untuk kegiatan berwisata.
ADVERTISEMENT
Sebut saja Tambrauw , salah satu kota kabupaten di Papua Barat yang saat ini tengah terus berbenah agar bisa menyajikan pesona wisata kelas internasional kepada setiap wisatawan yang datang langsung ke daerah ini.
Pengalaman wisata yang dijanjikan Papua Barat, khususnya Tambrauw sungguh berbeda dengan wisata di tempat lain. Salah satu daya tarik tersebut terletak pada hutannya yang magis, yang sekaligus menjadi habitat asli bagi burung Cenderawasih.
Dan, bisa mengintai burung Cenderawasih di bumi asalnya menjadi salah satu kegiatan tak terlupakan saat berkunjung ke Tambrauw, Papua Barat, seperti halnya yang dilakukan oleh kumparan bersama dengan Kementerian Pariwisata beberapa waktu lalu.
Pagi itu udara sejuk khas pegunungan masih erat memeluk fajar. Situasi seperti ini memang membuat orang ingin lebih panjang menikmati empuknya kasur. Namun, mau tak mau semua rombongan harus bergegas tuk menuju kendaraan double cabin yang siap mengantarkan ke lokasi bird watching atau pengamatan burung yang berada di hutan Nanggou, Distrik Sausapor, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat.
ADVERTISEMENT
Jarak tempuh dari penginapan dengan lokasi pengintaian burung Cenderawasih yang ada di hutan Nanggou adalah 40 menit. Setibanya di lokasi dan setelah kendaraan terpakir rapi di sisi jalan, kami semua langsung menyiapkan peralatan tempur masing-masing dan bersiap untuk memasuki hutan Nanggou.
Niko Yohanes Naw, lelaki berbadan gempal, berkaus warna ungu pagi itu menjadi guide kami tuk menuju lokasi pengintaian burung Cenderawasih. Ia memimpin berjalan di depan dan setelah terlebih dahulu melewati sebuah pipa PLTA yang berdiameter cukup besar, ia menunjukan sebuah jalan di mulut hutan sebagai awal petapakan menuju lokasi persembunyian untuk melihat Cenderawasih.
Jalan tersebut merupakan jalan yang dibuat warga lokal dengan menyusun dahan dan akar di tanah sehingga membentuk jalan berundak. Panjang jalan yang ditempuh sekitar 300 meter dengan keadaan jalan menanjak yang cukup curam, mencapai 45 derajat.
Tak hanya menanjak, tanah yang kami gunakan untuk pijakan pun masih basah akibat tetes air hujan yang turun semalam. Terlebih, selain basah, tanah yang kami pijak saat itu bercampur dengan dedaunan kering yang jatuh berguguran.
ADVERTISEMENT
Hal ini membuat semua peserta yang mengikuti bird watching harus lebih berhati-hati agar tidak tergelincir atau terperosok.
Setelah bersusah payah menanjak, tibalah kami di lokasi pengamatan. Bagi kamu yang senang dan pernah melihat film bergenre perang, lokasi pengamatan ini pastilah mengingatkan kamu akan teknik kamuflase yang digunakan para prajurit saat tengah menyerang musuh di dalam hutan.
Ya, lokasi persembunyian bagi yang ingin berkegiatan mengintai atau mengamati burung, dibuat berupa pohon kering dan hijau yang disusun rapi menyerupai pohon liar, kemudian didirikan secara vertikal. Di sela-sela daun hijau itulah yang kemudian kami gunakan sebagai tempat mengintai sang Cenderawasih.
Bagi wisatawan yang ingin melakukan kegiatan mengintai burung, sebaiknya sudah tiba atau datang pada waktu pagi buta. Pada saat itu lah peluang untuk bertemu langsung sang burung surgawi akan lebih besar.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang tak kalah penting dibutuhkan adalah kesabaran. Ya, kesabaran. Jika dipikir lagi, kesabaran ini merupakan kunci utama dari kegiatan mengintai burung. Bagaimana tidak, wisatawan akan dibuat menunggu beberapa menit bahkan bisa hingga berjam-jam sampai si cantik Cenderawasih tersebut muncul.
Kadang mereka hanya melintas, kadang hinggap cukup lama di dahan pohon sehingga bisa diabadikan melalui lensa kamera. Bahkan bisa jadi tidak muncul sama sekali seperti yang terjadi pada saat kumparan melakukan pengintaian pagi itu.
Meskipun belum beruntung melihat langsung kehadiran sang Cenderawasih, pagi itu kumparan dihibur dengan suara merdu dari burung lainnya yang terdengar saling bersautan dari kejauhan.
Tidak disangka suaranya begitu beragam, suara yang terdengar mulai dari suara khas burung hingga suara mirip monyet. Semuanya menjadi suara nyanyian alam yang merdu dan sayang jika dilewatkan.
ADVERTISEMENT
Rasa hati masih ingin berlama-lama di tempat yang kian lama kini seperti sebuah hall paduan suara, namun waktu terus berjalan dan sang mentari semakin meninggi. Ini lah saatnya kami melangkah kan kembali kaki kami tuk menapaki jalur pulang, yaitu jalur yang sama saat kali pertama datang menuju lokasi bird watching.