Omed-omedan, Tradisi Unik dari Bali untuk Mengikat Tali Persaudaraan

12 Maret 2018 9:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Omed-omedan. (Foto: Flickr/the deluzion photoworks)
zoom-in-whitePerbesar
Omed-omedan. (Foto: Flickr/the deluzion photoworks)
ADVERTISEMENT
Bali masih menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan untuk menghabiskan waktu liburan. Bahkan, saking populer dan favoritnya, tak jarang banyak wisatawan asing yang justru malah lebih mengenal Bali, bukan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Meskipun terkenal akan tempat wisatanya, namun nyatanya budaya dan tradisi Bali juga kini mulai dikenal para wisatawan. Salah satunya adalah tradisi masyarakat Bali seperti Omed-omedan, yang hanya dapat ditemui di Banjar Kaja Sesetan, Desa Sesetan, Denpasar, Bali.
Tradisi ini menjadi unik karena pemuda-pemudi di desa memiliki sebuah ritual saling peluk dan tarik-menarik secara bergantian. Omed-omedan berarti tarik-menarik, berasal dari kata Omed yang artinya tarik.
Omed-omedan. (Foto: Flickr/trugiaz)
zoom-in-whitePerbesar
Omed-omedan. (Foto: Flickr/trugiaz)
Biasanya, Omed-omedan dilakukan setiap tahun, tepatnya sehari setelah Hari Raya Nyepi. Tradisi ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17 dan tetap dilaksanakan hingga saat ini.
Tradisi ini dulunya merupakan wujud kegembiraan dan ungkapan syukur anak muda, karena hasil panen dan rasa persaudaraan. Diikuti oleh seluruh warga berusia 17-30 tahun yang belum menikah, dengan jumlah peserta 40 pria dan 60 wanita. Sisa peserta akan menjadi cadangan di tahapan selanjutnya.
Omed-omedan. (Foto: Flickr/trugiaz)
zoom-in-whitePerbesar
Omed-omedan. (Foto: Flickr/trugiaz)
ADVERTISEMENT
Diawali dengan sembahyang bersama di Pura, para peserta dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok putra (teruna) dan kelompok putri (teruni). Dalam sembahyang, para peserta memohon agar diberikan hati yang bersih dan kelancaran ketika melakukan ritual ini, yang kemudian dilanjutkan dengan tari Barong Bangkung.
Setelah sembahyang, kelompok teruna dan teruni menuju pelataran Pura dan berdiri berhadap-hadapan. Sesepuh desa akan memberi aba-aba yang diawali dengan permainan gamelan. Ketika diberi aba-aba, secara bergantian akan dipilih seseorang dari masing-masing kelompok untuk diarak ke posisi terdepan, lalu diangkat.
Omed-omedan. (Foto: Flickr/b syaga)
zoom-in-whitePerbesar
Omed-omedan. (Foto: Flickr/b syaga)
Saat diangkat, kedua perwakilan harus saling berpelukan dan mencium kening, pipi, atau bibir sementara kelompoknya akan menarik mereka. Jika tidak terlepas, pasangan tersebut akan disiram dengan air hingga basah kuyup.
Omed-omedan. (Foto: Flickr/trugiaz)
zoom-in-whitePerbesar
Omed-omedan. (Foto: Flickr/trugiaz)
Dahulu, tradisi Omed-omedan hanya dianggap sebagai bagian dari wujud jalinan silahturahmi, yang kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Omed-omedan kemudian dikemas oleh masyarakat setempat menjadi festival tahunan bertajuk Cultural Heritage Festival, yang dimeriahkan dengan bazaar dan pertunjukan.
ADVERTISEMENT
Tertarik melihat festival ini?