Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Seaweed Guesthouse, Penginapan Asri Milik Keluarga Petani Rumput Laut
24 Maret 2018 7:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Gerbangnya tak besar, terbuat dari kayu dengan ukiran khas Bali. Begitu masuk ke kompleksnya, tamu langsung disambut oleh kolam renang dengan pot-pot tanaman di sekitarnya. Asri dan sejuk, itulah kesan pertama saat kumparanTRAVEL menginjak kaki di Seaweed Guesthouse, Nusa Lembongan, Bali.
ADVERTISEMENT
Guesthouse bertipe B&B (bed and breakfast) itu hanya memiliki delapan kamar. Dua twin bed dan enam double room. Meski begitu, pemandangannya dijamin bikin rindu. Hamparan laut dengan barisan perahu langsung tersaji begitu kamu membuka pintu kamar. Bahkan, kamu juga bisa melihat Pulau Nusa Ceningan yang terletak di seberang.
Terdapat cerita menarik di balik nama penginapan itu. Ya, Seaweed Guesthouse dikelola keluarga mantan petani rumput laut Nusa Lembongan. Dulu mereka membudidayakan rumput laut di kawasan mangrove Desa Jungut Batu.
“Saya mulai sekolah SD sudah bantu-bantu bapak tanam rumput laut. Sejak 1985 saya mulai tanam sendiri. Saya juga enggak ngerti kenapa rumput laut sedikit demi sedikit hilang. Sekarang sudah hilang sama sekali, tinggal bekasnya saja jadi memori di sini,” cerita Ni Komang Alit Widyawati, pemilik sekaligus pengelola Seaweed Guesthouse saat menyapa kumparanTRAVEL di ruang sarapan, Kamis (22/03).
Wanita 44 tahun itu kemudian bercerita bahwa banyak sesama petani rumput laut yang beralih profesi di bidang pariwisata. Hal itu didukung dengan Pulau Nusa Lembongan yang berkembang pesat menjadi destinasi favorit sejak akhir 90-an.
ADVERTISEMENT
“Petani pada mengeluh. Kami kan beli bibit, kalau hilang rumput lautnya kan rugi. Kebanyakan mantan petani rumput laut kalau masih muda kerja di vila, restoran. Kalau di Lembongan ini satu-satunya usaha pariwisata saja,” tambah Komang.
Komang sendiri sudah berhenti membudidayakan rumput laut sejak dua tahun terakhir. Bersama keluarga besarnya, ia kemudian memutuskan untuk membuka vila dengan modal sedikit tabungan dan pinjaman bank.
Seaweed Guesthouse baru dibuka pada Agustus 2017. Mulai dari menjaga meja resepsionis, melayani tamu, hingga memasak sarapan, dilakukan sendiri oleh Komang, dibantu suami dan saudara-saudaranya. Meski tak lagi berurusan dengan rumput laut, kenangan bersamanya terpatri pada penginapan itu.
Komang mengaku lebih sering menerima tamu wisatawan asing daripada domestik. Mau tak mau, tentu ia juga melayani dalam Bahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
“Ya sebisanya saja. Orang saya itu enggak pernah ikut kursus. Cuma dengar-dengar aja orang ngomong,” ujarnya sambil tertawa malu.
Menurut kumparanTRAVEL yang menginap selama dua malam di sana, pelayanan Seaweed Guesthouse cukup memuaskan. Selain bersih, kamu bisa merasakan kesan kearifan lokal di sana. Mulai dari pintu kamar yang dipasang simbol Hindu Bali, hingga furnitur yang didominasi anyaman rotan.
Dari skala 1 sampai 10, Seaweed Guesthouse mendapat nilai ulasan 9,1 dari Booking.com dan 9,3 dari Agoda. Selain membuat hari-harimu mengesankan di Nusa Lembongan, menginap di Seaweed Guesthouse juga ramah kantong. Tarif per malamnya dibanderol mulai Rp 285 ribu.