Tahun 2020, Sampah di Ibu Kota India Akan Kalahkan Tingginya Taj Mahal

6 Juni 2019 11:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemungut sampah di TPA Ghazipur, India Foto: Flickr/Mackenzie
zoom-in-whitePerbesar
Para pemungut sampah di TPA Ghazipur, India Foto: Flickr/Mackenzie
ADVERTISEMENT
Perkara sampah, terutama yang berbahan plastik rupanya bukan hanya jadi masalah besar di Indonesia saja, tetapi juga di India. Dilansir Arab News, saking banyaknya sampah, sebuah gunungan sampah di New Delhi memiliki tinggi yang diperkirakan sudah dapat mengalahkan Taj Mahal pada tahun 2020 mendatang.
ADVERTISEMENT
Gunungan sampah tersebut adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ghazipur yang berlokasi di pinggiran timur New Delhi. Memiliki luas lebih dari 40 kali lapangan sepak bola ternyata tidak menghentikan pertambahan jumlah sampah di kawasan ini.
Sampah di TPA Ghazipur juga berisi kotoran dari hewan ternak seperti sapi dan kambing Foto: Flickr/Ritika Goswami
Sampah tersebut bukan hanya berasal dari konsumsi rumah tangga saja, tapi juga kotoran ternak, seperti sapi, kerbau, atau kambing. Walaupun mengalami pembusukan, nyatanya setiap tahunnya, sampah di TPA Ghazipur naik sekitar 10 meter.
Menurut insinyur pengawas East Delhi, Arun Kumar, TPA ini telah memiliki tinggi lebih dari 65 meter, dan sudah cukup menjadikan New Delhi sebagai ibu kota paling tercemar di dunia menurut PBB.
Data inilah yang menyebabkan para ilmuwan yakin, bahwa pada tahun 2020, sampah di TPA Ghazipur akan melebihi Taj Mahal yang memiliki ketinggian sekitar 73 meter.
Taj Mahal, India Foto: Shutter Stock
Ghazipur dibuka pada 1984 silam, dalam pemberitaan Arab News dijelaskan bahwa seharusnya pada tahun 2002, TPA ini ditutup karena telah mencapai kapasitas maksimum.
ADVERTISEMENT
"Sekitar 2 ribu ton sampah dibuang di Ghazipur setiap hari," kata seorang pejabat kota yang tak mau disebut namanya. Banyaknya sampah di TPA ini bahkan kabarnya mampu membuat orang yang lewat kesulitan bernafas dan sakit.
Anak-anak bermain di kawasan TPA Ghazipur Foto: Flickr/Ritika Goswami
"Baunya telah membuat kita hidup seperti di neraka. Orang-orang juga jatuh sakit sepanjang waktu," kata penduduk lokal bernama Puneet Sharma (45).
Menurut sebuah kelompok advokasi lingkungan, hal ini disebabkan cairan beracun dari pembuangan yang mencemari lingkungan.
"Cairan pembuangan itu secara terus menerus mencemari air dan tanah," kata Chitra Mukherje, kepala dari kelompok advokasi lingkungan yang dikenal sebagai Chintan tersebut.
Pantai Juhu di Mumbai, India Foto: Flickr/oveissi
Hal ini bukanlah kejadian pertama di India. Sebelumnya, Pantai Juhu di Mumbai juga telah dinobatkan sebagai salah satu pantai paling tercemar di dunia.
ADVERTISEMENT
Pantai Juhu bukan hanya 'dihiasi' dengan sampah plastik saja, tetapi juga memiliki air yang mengandung bakter caliform fecal yang menjadi sumber penyakit usus, demam tifoid, dan hepatitis A.
Selain itu, ada pula perkampungan kumuh Dharavi di Mumbai. Dilansir Culture Trip, diperkirakan ada sekitar 1 juta penduduk yang tinggal di perkampungan tersebut dalam kondisi tidak higienis dan kondisi sanitasi yang memadai.
Anak-anak di Dharavi, India Foto: Flickr / lecercle
Dalam Huffington Post bahkan disebutkan bahwa sebagian besar keluarga yang tinggal di Dharavi tidak memiliki sarana sanitasi atau kamar mandi. Sedangkan kamar mandi umum memiliki rasio 1:1.500. Yaitu 1 toilet untuk 1.500 penduduk.
Walau memiliki kondisi yang cukup mengenaskan dari segi sampah plastik dan sanitasi, India masih bisa, kok, kamu kunjungi dengan nyaman. Salah satu caranya adalah dengan selalu memilih penginapan dengan sarana sanitasi yang memadai, dan membawa tisu basah untuk melengkapi perjalananmu.
Ilustrasi sedotan ramah lingkungan Foto: dok.shutterstock
Dan satu lagi yang tak boleh terlupa adalah turut ambil bagian dalam menjaga lingkungan. Tak perlu repot atau susah, cukup tidak ikut membawa sampah sembarangan. Serta membawa tempat makan, tumbler, dan sedotan saat traveling untuk mengurangi konsumsi plastik saat jalan-jalan di India.
ADVERTISEMENT
Mudah, kan? Jangan lupa praktekkan juga di negeri sendiri, ya.