Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tak Dirayakan di Semua Negara, Ini 7 Negara yang Tidak Merayakan Natal
17 Desember 2018 16:00 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:52 WIB
ADVERTISEMENT
Sebagai hari besar keagamaan, Natal ternyata tak selamanya dirayakan di berbagai negara. Berbeda dengan Amerika Serikat, Australia, dan Eropa yang pada umumnya merayakan Natal secara besar-besaran, Natal di ketujuh negara berikut akan terasa sangat berbeda.
ADVERTISEMENT
Jika biasanya Natal identik dengan pohon Natal, Santa Claus, dan tradisi tukar kado, maka kelima negara berikut akan memberikan kamu sesuatu yang berbeda. Mulai dari KFC, diskon besar-besaran, hingga perayaan yang dilakukan pada bulan Januari menjadi ciri mereka masing-masing.
Apa saja negaranya? Simak ulasan berikut.
1. Maroko
Sebagai negara dengan penduduk mayoritas Islam, Maroko tidak merayakan Natal sebagai sebuah acara perayaaan hari keagamaan yang besar. Meskipun di beberapa tempat kamu mungkin saja menemukan beberapa sentuhan atau ornamen Natal.
Hal ini terjadi karena Maroko mendapat pengaruh Prancis dan Spanyol saat dijajah pada tahun 1800-an. Tapi, tak perlu sedih, meski tak menemukan kelap-kelip lampu Natal di Maroko, kamu tetap akan menyaksikan indahnya ratusan lentera berwarna cerah saat menyambangi Marrakech yang menawan,
Jika kamu ingin melihat perayaan yang meriah di Maroko, datanglah pada hari raya Idul Fitri atau Idul Adha. Dijamin, kamu akan mendapatkan pengalaman yang berkesan sepanjang perjalanan.
ADVERTISEMENT
2. Mesir
Hari raya Natal hanya dirayakan oleh sekitar 15 persen penduduk Mesir yang beragama Kristen, atau yang biasa dikenal sebagai Kristen Ortodoks Koptik Alexandria.
Hanya saja perayaan Natalnya tidak dilakukan pada bulan Desember dan tidak dilakukan secara besar-besaran seperti negara Amerika dan Eropa lainnya. Sama seperti penganut agama Kristen Ortodoks di Rusia dan Serbia, Natal di Mesir baru akan dirayakan pada tanggal 7 Januari sesuai Kalender Julian kuno.
Untuk itu bagi kamu yang berkeinginan untuk merayakan Natal dua kali dalam setahun, kamu bisa memasukkan Mesir ke dalam bucket list negara yang mesti dikunjungi pada awal tahun untuk berlibur.
3. Jepang
Ketimbang merayakan Natal sebagai hari raya keagamaan, penduduk Jepang merayakan Natal sebagai hari kasih sayang, mirip seperti Valentine. Meskipun penduduk dan pemerintahnya turut campur tangan untuk menghias kotanya dengan berbagai ornamen Natal, Natal bukanlah perayaan yang besar di Jepang.
ADVERTISEMENT
Biasanya pada malam Natal, yaitu pada tanggal 24 Desember, penduduk Jepang akan mengajak keluarga atau pasangannya untuk menikmati makan malam yang indah dan menginap di hotel. Cara tersebut dilakukan untuk membahagiakan orang-orang yang mereka kasihi.
Bagi mereka yang memilih tak keluar rumah, biasanya mereka akan membeli ayam goreng di KFC. Kebiasaan ini bahkan menjadi tradisi malam Natal di Jepang. Alhasil, KFC akan selalu ramai dan padat pengunjung tiap Natal tiba.
4. China
Tidak ada yang berbeda antara Natal dengan hari lainnya di China. Baik toko, kantor, hingga sekolah tetap beraktivitas seperti biasa. Natal bukan menjadi perayaan keagamaan apalagi libur nasional di Negeri Tirai Bambu itu.
Dengan populasi penduduk Kristen yang hanya menyentuh angka hampir 1 persen, Natal di China hanya menjadi istimewa karena banyaknya diskon yang diterapkan pusat perbelanjaan atau restoran. Sehingga Natal menjadi hari belanja terbesar di China, dan itu pun hanya berlaku di kota-kota besar.
Sama seperti Jepang, penduduk China lebih banyak memperlakukan Natal sebagai sebuah hari untuk membagikan kasih sayang seperti Valentine's Day. Biasanya pada hari Natal, penduduk China akan menghabiskan waktunya bersama teman-teman atau pasangan dengan menonton bioskop atau berbelanja.
ADVERTISEMENT
5. Korea Utara
Sejak tahun 1948, Pemerintah Korea Utara menindak kebebasan beragama. Sejak saat itu pula Natal tidak dirayakan secara terbuka.
Dilansir Express, Konstitusi Korea Utara sebenarnya secara teknis mengizinkan penduduknya untuk memilih agama. Tapi siapa yang ketahuan merayakannya di tempat umum beresiko dipenjarakan.
2016 silam, Kim Jong Un melarang Natal untuk dirayakan. Sebaliknya, seluruh warga negara Korea Utara dituntut untuk melakukan penghormatan pada neneknya, Kim Jong Suk yang lahir pada 24 Desember 1917 dan meninggal pada 1949 silam.
6. Maladewa
Terkenal dengan pantai berpasir putih dan laut jernih yang kebiruan, Maladewa masuk ke dalam daftar negara yang tidak merayakan Natal. Lebih dari 99 persen penduduk asli Maladewa adalah muslim, sehingga wajar saja jika Natal tak menjadi sebuah hari besar di Maladewa.
ADVERTISEMENT
Dilansir Maldivers Independent, merayakan Natal di Maladewa juga merupakan aktivitas yang dilarang oleh pemerintah karena dianggap bertentangan dengan Islam dan budaya Maladewa.
Meski begitu, ada beberapa guest house dan resort yang memberikan hiburan berupa hiasan ornamen Natal di penginapannya. Hal ini dilakukan untuk menyenangkan para tamu yang menginap sekaligus sebagai bentuk persiapan untuk merayakan hari Tahun Baru.
7. Mongolia
Mongolia adalah sebuah negara dengan beragam tradisi kuno, tradisi berburu dengan elang misalnya. Saking populernya, tradisi ini bahkan berubah menjadi kompetisi dan atraksi wisata.
Tapi, jangan harap kamu bisa menemukan Natal sebagai salah satu tradisi di antaranya. Sebab secara resmi, Mongolia merupakan negara Buddha, mayoritas penduduknya memeluk agama Buddha.
ADVERTISEMENT
Sehingga Natal yang diperingati setiap tanggal 25 Desember tidak akan terasa seperti hari yang meriah. Setiap orang pada tanggal tersebut akan beraktivitas seperti biasa, tak berbeda dengan hari lainnya.
Namun berbeda dengan Tahun Baru Imlek, kamu bisa menemukan berbagai pesta di jalanan, kembang api yang meriah, dan juga pohon tahun baru yang diisi dengan amplop harapan.
Selain ketujuh negara di atas, masih ada pula Thailand, Laos, Turki, Uni Emirat Arab dan negara lainnya yang tidak merayakan Natal sebagai hari raya keagamaan. Sebab mayoritas penduduk negaranya bukanlah pemeluk agama Kristen.
Menarik, ya.