Waruga Sawangan, Makam Minahasa yang Dianggap Belanda Sebarkan Kolera

14 Februari 2018 9:14 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Waruga Sawangan di Sulawesi Utara  (Foto: Flickr/Eko Septiono Diharjo)
zoom-in-whitePerbesar
Waruga Sawangan di Sulawesi Utara (Foto: Flickr/Eko Septiono Diharjo)
ADVERTISEMENT
Saat berwisata sejarah dan budaya, sebaiknya kamu tidak melupakan tradisi pemakaman yang dilakukan penduduk setempat. Sebab dari proses itu, kamu dapat memahami cara suatu kelompok memaknai hidup dan mati. Nah, memahami tradisi pemakaman kuno Suku Minahasa dapat kamu lakukan di Waruga Sawangan.
ADVERTISEMENT
Waruga adalah sejenis sarkofagus berbahan batu yang difungsikan sebagai makam oleh Suku Minahasa. Waruga mulai digunakan sejak abad 9 Masehi. Namun pada 1800-an, tradisi pemakaman ini dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda karena dianggap menyebarkan penyakit tipus dan kolera.
Di Taman Purbakala Waruga Sawangan, sebanyak 144 waruga berbaris dalam suatu kompleks yang tak jauh dari permukiman, yakni Desa Sawangan, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Terletak di ketinggian 235 mdpl, situs yang telah menjadi cagar budaya itu banyak didatangi traveler untuk wisata sejarah sekaligus hunting foto.
Waruga berasal dari dua kata, yakni waru yang artinya rumah dan ruga yang berarti raga. Dalam ‘rumah raga’ itu, jenazah disemayamkan dalam posisi duduk, seperti bayi dalam kandungan. Suku Minahasa percaya dalam posisi itulah manusia seharusnya kembali pada sang pencipta.
ADVERTISEMENT
Menuju pintu masuk, traveler akan melalui lorong yang kanan-kiri dindingnya terdapat relief yang menjelaskan proses pembuatan Waruga. Waruga dibuat dengan membelah dua batu menjadi dua. Satu bagian dibentuk persegi empat dengan rongga di tengah, bagian lain dibentuk seperti kubah rumah.
Satu waruga biasanya diisi oleh satu keluarga. Di tengah waruga terdapat celah sempit memanjang. Celah inilah yang dituduh pemerintah kolonial sebagai sumber penyakit tipus dan kolera yang disebarkan oleh jenazah dalam waruga.
Tertarik mengambil foto dengan latar belakang waruga?