Yangon dan Bagan, Kota di Myanmar yang Bikin Kadek Jatuh Hati

29 April 2018 11:11 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kadek Arini di Myanmar. (Foto: Dok: Kadek Arini)
zoom-in-whitePerbesar
Kadek Arini di Myanmar. (Foto: Dok: Kadek Arini)
ADVERTISEMENT
Myanmar, negara seribu candi yang berada di kawasan Asia Tenggara ini mungkin jarang dipilih menjadi tujuan wisata bagi traveler asal Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pasalnya keadaan ekonomi yang masih dibawah Indonesia dan atraksi wisata yang tidak 'semewah' negara tetangga seperti Malaysia atau Singapura menjadi satu dari sekian alasan. Tapi tidak bagi travel blogger berdarah Bali, Kadek Arini.
Memilih Myanmar atau Burma sebagai salah satu destinasi wisatanya di tahun 2018, Kadek mengalokasikan lima hari perjalanannya mengunjungi Yangon dan Bagan.
Kota Yangon. (Foto:  Flickr/Anton Rogozin)
zoom-in-whitePerbesar
Kota Yangon. (Foto: Flickr/Anton Rogozin)
Ia menuturkan bahwa Bagan terlihat sangat menakjubkan karena banyaknya komplek candi Buddha di kota tersebut.
"Aku pernah baca kalau di Bagan itu magical banget, karena ada 2000-an candi. Itu yang bikin aku tertarik aja buat eksplorasi ke sana dan ternyata tempatnya bagus banget," tuturnya pada kumparanTRAVEL ketika ditemui beberapa waktu lalu.
Kota Yangon. (Foto:  Flickr/Anton Rogozin)
zoom-in-whitePerbesar
Kota Yangon. (Foto: Flickr/Anton Rogozin)
Sebagai kota terbesar di Myanmar, Yangon pernah menjadi ibukota negara Myanmar sebelum akhirnya dipindah ke Naypyidaw pada 2006 silam.
ADVERTISEMENT
Di Yangon, banyak hal unik yang mungkin jarang ditemukan di tempat lain. Misalnya, kebiasan penduduknya menggunakan longyi atau sarung dan sandal jepit ketika beraktivitas bahkan ketika ke kantor.
Tanaka. (Foto: Flickr/nathalie)
zoom-in-whitePerbesar
Tanaka. (Foto: Flickr/nathalie)
Selain itu kamu juga dapat menemukan penduduknya menggunakan Tanaka, yaitu sejenis bedak dingin untuk melindungi kulit dari sinar matahari, mencegah kulit berminyak, mencegah gigitan nyamuk, dan mengencangkan kulit.
Hal-hal unik inilah yang membuat Kadek semakin penasaran tentang Yangon. Ia menuturkan bahwa saat traveling ia terbiasa untuk mengamati budaya penduduk setempat. ''Kalau aku traveling, bukan cuma tempatnya aja, tapi juga sama culture-nya gimana sih, orang-orang di kota besarnya itu gimana, jadi bukan hanya tempatnya bagus aja,'' katanya.
Ketika berkeliling di Yangon, ia juga menyempatkan diri untuk mengunjungi Shwedagon Pagoda. Kawasan candi berlapis emas setinggi 98 meter.
Shwedagon Temple, Yangon. (Foto: Flickr/Stefan H)
zoom-in-whitePerbesar
Shwedagon Temple, Yangon. (Foto: Flickr/Stefan H)
Saat menceritakan pengalamannya, ia memberi saran untuk melakukan eksplorasi dengan berjalan kaki mengitari Yangon. Ia sendiri berjalan hingga hampir 10 kilometer.
ADVERTISEMENT
Karena menurutnya apabila traveling dengan menggunakan kendaraan, kamu mungkin tidak akan 'ngeh' dengan hal-hal unik di kota tersebut. Hanya saja karena cuaca Myanmar yang panas, jalan-jalan di Myanmar akan lebih baik dilakukan saat sore dan pagi hari.
"Seru banget karena bisa nemuin hal-hal lucu kayak orang ke kantor cuma pake sarung doang, terus ada yang pake Tanaka juga. Selain itu kayak nemu pos polisi yang bentuknya lucu, mungkin ya, kayak hal-hal unik yang kayak gitu mungkin kalau kita cuma naik kendaraan kita enggak bakalan notice," tuturnya.
Selain berkeliling Yangon dan mengunjungi Shwedagon Pagoda, gadis lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) ini juga mencoba kebiasaan-kebiasaan penduduk lokal.
"Aku pengin nyobain 'what the locals do' gitu loh, kayak pake Tanaka, jalan-jalan keliling kota pake sarung, aku ikutin. Aku pengin ngerasain aja, ketika ada di negara itu, melakukan hal yang sama kayak orang lokal itu gimana rasanya. Kayak seru gitu," ujar Kadek.
Paan (Foto: Flickr/McKay Savage)
zoom-in-whitePerbesar
Paan (Foto: Flickr/McKay Savage)
Ia bahkan mencoba Paan, semacam 'sirih' di Indonesia. Ia bercerita bahwa ia ingin mencoba Paan, karena dia melihat penduduk lokal banyak mengonsumsi 'makanan' tersebut. Bahkan Paan diperjualbelikan di pinggir jalan.
ADVERTISEMENT
"Jadi kalengnya itu ada tulisan tobacco, aku kira itu rokok, terus jadi penasaran. Apalagi orang-orang beli melulu, berarti itu kan sesuatu yang common bagi mereka, dan dikonsumsi setiap hari. Akhirnya aku coba, ternyata itu memang kayak rokok tapi dikunyah, habis itu dilepeh. Jadi itu kayak sirih tapi ada kandungan tembakaunya," ceritanya lagi.
Penjual paan. (Foto: Flickr/rustyproof)
zoom-in-whitePerbesar
Penjual paan. (Foto: Flickr/rustyproof)
Setelah menghabiskan waktu di Yangon, Kadek pun melanjutkan perjalanannya ke kota Bagan. Kota yang dikenal sebagai komplek yang berisi ribuan candi dan menjadi salah satu spot terindah menikmati terbit dan terbenamnya matahari.
Ketika berkunjung ke Bagan, hal pertama yang mungkin terbersit di benak kamu mungkin adalah cuaca yang sangat panas, kering, dan tandus. Tapi semua hal ini akan tersapu oleh keindahan banyaknya candi yang terdapat di kota ini.
Matahari terbit di Bagan. (Foto: Flickr/Long Tran)
zoom-in-whitePerbesar
Matahari terbit di Bagan. (Foto: Flickr/Long Tran)
Kabarnya, Bagan dulunya adalah bekas kerajaan besar yang telah ditinggalkan penghuninya. Saat ini hanya tinggal empat pagoda besar saja yang masih difungsikan, selebihnya sudah ditinggalkan.
ADVERTISEMENT
Yang unik dari Bagan adalah pengunjung diberikan e-bike yang dapat digunakan untuk mengeksplor kota ini. Pengadaan e-bike mejadi pertanda kepedulian Pemerintah Myanmar akan potensi wisata di negara ini.
Sepeda listrik ini bertahan selama delapan jam, sehingga setelah digunakan selama delapan jam, electronic bike tersebut harus di charge kembali. Selain karena daya tahan, kendaraan ini hanya dapat mencapai kecepatan maksimum 33 km per jamnya.
Bagan. (Foto: Flickr/Laszlo Bolgar)
zoom-in-whitePerbesar
Bagan. (Foto: Flickr/Laszlo Bolgar)
Menurut Kadek Arini, Bagan menjadi unik karena punya banyak tempat-tecil tanpa nama tetapi punya pemandangan yang luar biasa. Sayangnya jika disuruh kembali lagi ke sana, ia tidak yakin dapat menemukan tempat yang sama.
Melihat matahari terbenam dan terbit di tempat ini menjadi atraksi menarik yang tidak boleh dilewatkan. Bayangkan saja, indahnya matahari terbenam berpadu dengan hamparan candi, sedangkan mentari pagi akan berpadu dengan candi dan balon udara, seperti dalam dunia dongeng.
ADVERTISEMENT
Keindahan Bagan ini ternyata sudah mampu membuka mata Pemerintah Myanmar khususnya pada bagian pariwisata. Mereka menawarkan wisata dengan balon udara untuk melihat lanskap Bagan yang indah.
"Berarti udah di-manage sama tourism-nya. Kalau pagi ada balon udara setiap bulan Oktober sampai awal April, karena kalau sudah lewat bulan April anginnya sudah jelek," pungkasnya.
Jika kamu ingin menikmati perjalanan dengan balon udara saat bertandang ke Bagan, kamu mesti mengeluarkan biaya sebesar 350 dolar Amerika per orang atau sekitar Rp 4,8 juta per orang.
Penasaran ingin berkunjung ke Myanmar?