Yuk, Kenali Critical Eleven dalam Penerbangan

21 Oktober 2018 17:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Roda pada pesawat (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Roda pada pesawat (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Petunjuk menggunakan seat belt atau sabuk pengaman dan mematikan telepon genggam saat hendak lepas landas pastinya tidak asing lagi bagi kamu yang terbiasa traveling dengan pesawat.
ADVERTISEMENT
Aturan-aturan tersebut sengaja dibuat untuk alasan keamanan awak kabin dan juga penumpang. Terutama saat menghadapi kondisi critical eleven, atau sebelas menit paling kritis di dalam pesawat.
Dilansir Flight Safety.org, critical eleven terdiri dari tiga menit setelah pesawat take-off dan delapan menit sebelum landing atau mendarat. Selama sebelas menit yang krusial tersebut, awak kabin dilarang untuk berkomunikasi dengan pilot yang bertugas di kokpit kecuali terjadi hal-hal yang darurat.
Ilustrasi Petugas Air Traffic Controller Sedang Bekerja (Foto: Flickr / Aaron Belford)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Petugas Air Traffic Controller Sedang Bekerja (Foto: Flickr / Aaron Belford)
Karena, pada critical eleven, pilot yang bertugas harus melakukan komunikasi secara intensif dengan Air Traffic Controller (ATC) untuk mengendalikan pesawat sesuai dengan standar operasi yang berlaku. Sebab, statistik mencatat bahwa 80 persen kecelakaan pesawat terjadi pada rentang waktu sebelas menit yang dikenal sebagai critical eleven ini.
ADVERTISEMENT
Untuk menghadapi critical eleven, biasanya awak kabin akan memberikan arahan bagi para penumpang seperti mematikan ponsel, menutup meja, menegakkan sandaran kursi, membuka tirai jendela, dan menggunakan seat belt. Aturan-aturan ini diberikan untuk mendukung jalannya evakuasi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dan juga menunjang keselamatan penerbangan.
Jendela pesawat (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Jendela pesawat (Foto: Thinstock)
Mematikan ponsel misalnya, etika ini mesti kamu patuhi untuk membantu pilot berkomunikasi dengan baik dengan pihak ATC. Karena frekuensi sinyal ponsel dapat mengganggu ferekuensi radio komunikasi pilot. Begitu pula, saat seat belt digunakan untuk menjaga kestabilan penumpang agar tidak mengganggu keseimbangan pesawat saat terbang.
Sedangkan, melipat meja dan menegakkan sandaran kursi dilakukan agar apabila penumpang mesti melakukan emergency landing, seluruh penumpang bisa selamat. Bayangkan saja, apabila kursi tidak berdiri tegak dan meja belum dilipat, maka akan ada kemungkinan penumpang terjebak di tempat duduknya.
ADVERTISEMENT
Padahal ketika terjadi emergency landing, penumpang hanya diberikan waktu 90 detik untuk melarikan diri dari pesawat. Sebab kalau tidak keluar, penumpang akan kekurangan oksigen, tenggelam saat water landing, atau bahkan meninggal akibat terlalu banyak menghirup asap (smoke inhalation).
Ilustrasi pramugari demo petunjuk keselamatan. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pramugari demo petunjuk keselamatan. (Foto: Thinkstock)
Selain itu, para penumpang juga dibekali pengetahuan tentang lokasi baju pelampung, masker, dan pintu evakuasi serta cara menggunakannya. Sehingga para penumpang bisa melakukan pertolongan pertama untuk dirinya sendiri tanpa dibantu awak kabin.
Penumpang juga disarankan untuk tidak tidur, melepas alas kaki, atau mendengarkan musik saat memasuki rentang waktu critical eleven. Sehingga penumpang dapat mendengarkan arahan awak kabin dengan baik dan aware pada kondisi pesawat.
Meski begitu, setiap arahan yang diberikan oleh pramugara dan pramugari yang bertugas bukan hanya berlaku bagi critical eleven saja. Karena pendaratan darurat bisa terjadi kapan saja tergantung situasi dan kondisi yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, saat pramugara dan pramugari sedang memberikan arahan, kamu lebih baik melihat dan memperhatikannya dengan baik, ya. Sehingga kamu jadi paham apa yang mesti dan tidak boleh dilakukan dalam pesawat selama penerbangan.