5 Gaya Hidup yang Bisa Memicu Risiko Kanker Payudara

18 Oktober 2019 19:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kanker Payudara Foto: Shutterstock/siam.pukkato
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kanker Payudara Foto: Shutterstock/siam.pukkato
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kanker payudara masih menjadi salah satu penyakit yang ditakuti hampir seluruh perempuan. Padahal, penyakit ini masih bisa diatasi bila terdeteksi lebih dini.
ADVERTISEMENT
Dituturkan oleh dokter spesialis bedah onkologi yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta Selatan, dr. Yadi Permana, Sp.B(K), ada banyak faktor yang bisa menyebabkan risiko perempuan terkena kanker payudara, salah satunya adalah faktor gaya hidup.
Jika dulu, kanker payudara banyak terjadi pada perempuan berusia 60 tahunan yang sudah mengalami menopause, tetapi kini kanker payudara bisa menghampiri perempuan berusia di bawah 50 tahunan karena pengaruh gaya hidup.
"Sekarang, kanker payudara banyak kita temukan di bawah usia 50 tahun bahkan di bawah 40 tahunan. Ada pergeseran perubahan gaya hidup yang harus kita cermati," tutur dr. Yadi saat ditemui kumparanWOMAN di RSPI Jakarta Selatan, Selasa (15/10).
Lantas, gaya hidup apa saja yang bisa menyebabkan kanker payudara? Dikutip dari berbagai sumber, simak ulasannya berikut ini:
ADVERTISEMENT
1. Kurang bergerak dan tidak aktif secara fisik
Ilustrasi perempuan. Foto: Shutterstock
Menilik situs resmi cancer.org, tidak aktif secara fisik atau kurang bergerak dapat mempengaruhi timbulnya risiko kanker payudara. Maka dari itu, perempuan (terutama yang sudah memasuki masa menopause) dianjurkan untuk setidaknya rajin berolahraga dan melatih fisik walaupun hanya beberapa jam dalam seminggu.
The American Cancer Society merekomendasikan agar orang dewasa melakukan aktivitas dengan intensitas sedang setidaknya 150 menit atau aktivitas dengan intensitas tinggi sekitar 75 menit setiap minggunya.
2. Tidak menjaga berat badan
Waktu yang Tepat Menimbang Berat Badan. Foto: Shutterstock
Tidak menjaga berat badan dapat menimbulkan obesitas yang apabila dialami setelah menopause dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Sebelum menopause, ovarium menghasilkan sebagian besar hormon estrogen dan jaringan lemak memproduksi sisanya. Tetapi setelah menopause, sebagian besar hormon estrogen diproduksi dari jaringan lemak dan jika jaringan lemak di dalam tubuh meningkat, akan meningkatkan peluang kanker payudara lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perempuan yang kelebihan berat badan cenderung memiliki hormon insulin yang lebih tinggi. Hal ini sering dikaitkan dengan beberapa penyakit kanker, salah satunya adalah kanker payudara.
3. Belum pernah melahirkan di atas usia 35 tahun
Ilustrasi ibu hamil mau melahirkan. Foto: Shutterstock
dr. Yadi menuturkan, risiko kanker payudara juga bisa menimpa perempuan yang belum pernah melahirkan anak pertama. Terlebih lagi, jika usianya sudah lebih dari 35 tahun. "Tetapi hal ini bisa dicegah dengan segera menikah di usia matang dan mulai menjalankan program hamil," katanya.
4. Pemakaian kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu lama
com-Alat kontrasepsi Foto: Shutterstock
Penggunaan kontrasepsi biasanya dilakukan oleh perempuan yang ingin mengatur usia dan jarak melahirkan. Ada dua kontrasepsi yang bisa digunakan, yakni kontrasepsi hormonal (pil atau injeksi) dan kontrasepsi non hormonal (kondom atau IUD).
ADVERTISEMENT
dr. Yadi memaparkan, pemakaian kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu lama bisa meningkatkan risiko kanker payudara. "Cara mencegahnya adalah dengan pakai kontrasepsi non hormonal sekaligus mengubah gaya hidup, termasuk hindari alkohol dan merokok," lanjutnya lagi.
5. Menggunakan implan payudara
payudara Foto: Shutterstock
Cancer.org mengatakan bahwa implan payudara memang belum dikaitkan dengan peningkatan risiko jenis kanker payudara yang paling umum. Namun, implan payudara dikaitkan dengan jenis kanker langka bernama breast implant-associated anaplastic large cell lymphoma (BIA-ALCL) yang dapat dibentuk di jaringan parut di sekitar implan.
Limfoma ini lebih sering terjadi pada implan dengan permukaan bertekstur atau terasa kasar, daripada permukaan halus. Jika kanker payudara berjenis BIA-ALCL timbul setelah implan, akan ditandai dengan munculnya benjolan, cairan, pembengkakan, nyeri di dekat implan, atau sebagai perubahan ukuran dan bentuk payudara.
ADVERTISEMENT
Nah Ladies, siap menjalani gaya hidup sehat agar terhindar dari kanker payudara?