Gemar Bergosip dan Julid? Kenali Efek Negatifnya

27 Juli 2019 13:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gosip, nyinyir, dan julid. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gosip, nyinyir, dan julid. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anda jangan julid.” Kalimat ini populer sejak beberapa tahun lalu. Mulanya, penyanyi Syahrini yang dikenal dengan jargonnya yang menggelitik dan khas, mengeluarkan kata-kata tersebut untuk menyindir haters-nya agar tidak terlalu repot dengan urusannya. Sontak, kata itu akrab di telinga dan sering digunakan untuk seseorang yang kerap membicarakan orang lain.
ADVERTISEMENT
Syahrini yang memiliki darah Sunda, tentu saja sudah paham apa arti julid. Menurut kamus Bahasa Sunda, julid berasal dari kata binjulid yang artinya iri hati atau dengki. Berarti, tidak salah jika Syahrini kerap menggunakan kata itu untuk membalas para haters yang tidak suka dengannya.
Nah, selain julid, kita juga akrab dengan kata nyinyir. Bahkan, nyinyir banyak digunakan sebagai nama akun gosip di Instagram dengan sebutan Lambe Nyinyir. Menurut KBBI, nyinyir berarti cerewet sedangkan lambe memiliki arti mulut atau ucapan. Ya, pastinya akun itu berisi perihal ‘mengurusi dan mengkritisi’ kehidupan artis dengan caption bermakna sindiran.
Hebohnya jargon Syahrini dan maraknya akun gosip, membuat kita tidak asing dengan dua kata tersebut. Lama-kelamaan, kata julid dan nyinyir kerap kita berikan pada orang yang senang membicarakan orang lain.
Ilustrasi bergosip. Foto: Shutter Stock
“Kalau ngga julid, ya ngga seru. Bosan,” ucap Ningrum (26) yang berprofesi sebagai karyawan swasta di sebuah perusahaan di Jakarta Selatan. Ningrum menjelaskan, julid menjadi bahan obrolan saat berkumpul dengan teman-teman agar suasana terasa ‘greget’. Walaupun, bukan berarti ia dan teman-teman sepenuhnya iri hati dengan orang yang dibicarakan, tetapi melalui 'julid' ia merasa bisa mendapat kabar yang sedang happening.
ADVERTISEMENT
“Misalnya kita ngomongin gadget, mobil, kosmetik dari orang yang kita omongin itu. Kayak kemarin dia habis beli handphone Samsung S10 plus, kan kita jadi tahu harganya, dan ujungnya kita jadi tahu handphone itu ngga dia beli sendiri melainkan ‘dibelikan’. Jadi buat kita terkadang julid merupakan fakta yang tertunda,” jelasnya sambil tertawa.
Ya, obrolan-obrolan seperti ini memang rasanya sudah bukan suatu yang langka dan sudah jadi bumbu kehidupan sehari-hari, terutama ketika bersama sahabat. Meski julid dan nyinyir sering kita temui dan kebanyakan dilakukan oleh perempuan, tidak semua menyetujui sikap itu sebagai suatu hal yang biasa. Seperti Dhini (31) seorang marketing di perusahaan swasta, ia mengaku tidak mempunyai teman yang gemar julid dan nyinyir. Baginya ia tidak akan lama bersama orang yang bersikap seperti itu.
ADVERTISEMENT
“Mereka belum selesai dengan dirinya sendiri, tidak punya self esteem. Tidak punya harga diri terhadap dirinya sendiri. She doesn’t fully appreciate and value or like themselves. Makanya keluarnya jadi nyinyir,” tegasnya.
Lalu, apa efek negatif dari julid dan nyinyir?
Menurut psikolog klinis dan hipnoterapis Alexandra Gabriella., M.Psi, Psi. C.Ht, julid dan nyinyir dilakukan atas dasar iri. Walaupun tidak selalu berhubungan dengan dorongan kompetitif yang tinggi, biasanya ini hanya menyebarkan kejelekan orang lain saja untuk merasa ‘menang’.
“Sehingga ketika kita bisa membuat orang lain terlihat buruk, kita merasa ‘lebih baik’ dari orang tersebut,” jelasnya.
Alexandra menuturkan, orang yang suka julid biasanya cenderung mencari tahu segala sesuatu tentang orang yang dijadikan bahan gosip. Maka, tanpa disadari kita selalu membandingkan kondisi dengan orang tersebut. Sehingga kita pun bisa terus merasa ‘kurang’.
Ilustrasi iri hati. Foto: Shutter Stock
Sedangkan Indah Sundari., M.Psi, menganggap julid atau nyinyir sudah menjadi budaya. “Akhirnya itu dilakukan oleh sebagian besar masyarakat. Kenapa banyak terjadi pada perempuan? Karena pada dasarnya perempuan memang suka berbagi cerita soal apapun termasuk julid dan nyinyir,” ucap Founder Aditi Psychological Center itu.
ADVERTISEMENT
Indah menjelaskan, julid dan nyinyir mempunyai dampak negatif pada psikis. Mereka yang gemar melakukan julid dan nyinyir akan sulit melihat sisi positif dan susah mengembangkan diri ke arah yang lebih baik. Parahnya, tambah Indah, sikap nyinyir dan julid bisa berkembang menjadi sikap benci berlebihan pada seseorang. Kalau sudah begitu, akan ada keinginan untuk berbuat jahat pada orang tersebut.
Pastinya, kita tidak mau jadi sosok yang selalu berpikir negatif kan, Ladies? Bila kita seringkali berpikir negatif terhadap orang lain, itu bisa mengganggu kesehatan mental dan sulit membuat diri kita bahagia. Merasa lebih baik karena kekurangan orang lain, benci berlebihan, hingga sulit mengembangkan diri menjadi efek negatif dari sikap julid dan nyinyir.
Ilustrasi positive thinking. Foto: Shutter Stock
Kalau sudah menyadari bahwa diri kita kerap berlaku nyinyir dan julid pada orang lain, kita masih bisa menghindari sikap itu.
ADVERTISEMENT
“Caranya; cari kegiatan yang lebih positif, lebih menghargai dan menyayangi diri sendiri, hindari membandingkan diri kita dengan orang lain, dan menerima diri kita sendiri,” jelas Alexandra Gabriella, psikolog yang berpraktik di Smart Mind Center Alam Sutera.
Indah Sundari menambahkan, untuk tidak mengikuti akun-akun media sosial yang mengarahkan kita untuk julid. Perbanyak membaca buku dan artikel yang positif dan memilih lingkungan yang positif pula. “Kalau ada teman yang mulai julid, kita ingatkan, tapi kalau dia tidak mau diingatkan lebih baik kita yang pergi,” tutupnya.