Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
ADVERTISEMENT
Semua pasangan suami istri tentu memiliki harapan agar pernikahan berjalan dengan sehat. Namun, yang namanya pernikahan selalu ada konflik yang terkadang tidak bisa dihindari. Konflik yang dihadapi sebenarnya bisa disebabkan beragam faktor. Mulai dari hilangnya rasa menghargai satu sama lain, tidak peka dengan kebutuhan pasangan, atau hal lainnya seperti rasa stres dalam diri akibat tekanan kehidupan.
ADVERTISEMENT
Konselor pernikahan Elly Nagasaputra, MK, CHt, mengatakan pada dasarnya setiap pasangan suami istri tentu harus membangun hubungan pernikahan yang sehat. Namun, ia juga mengingatkan bahwa sebenarnya konflik rumah tangga tidak selamanya buruk.
“Jangan mengharapkan kita mau nikah, tapi kita nggak mau ada konflik. Tidak ada itu. Pasti akan timbul konflik, tapi tidak apa,” kata Elly saat dihubungi kumparan.
Menurut Elly, walaupun konflik bisa jadi salah satu tanda pernikahan yang sehat, tapi menjadi tidak baik jika konflik berlangsung lama dan berlarut-larut. Akibat yang paling buruk bisa menimbulkan pertengkaran, menghilangkan rasa percaya hingga rasa cinta antar pasangan. “Atau malah menimbulkan sebal dan benci. Itu yang bahaya. Kalau sudah sebal lama-lama bisa selingkuh,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Elly mengingatkan, jika muncul konflik, yang harus dilakukan pasangan adalah mencari solusi yang tepat. “Sebenarnya kalau bisa disiasati dengan benar dan tahu caranya menghadapi konflik itu, itu sehat,” ujar konselor yang berpraktik di konselingkeluarga.com, Puri Mansion, Jakarta Barat.
Agar hubungan sehat, setiap pasangan harus bisa segera mensiasati dan menyelesaikan konflik yang timbul dalam bahtera rumah tangga. Kunci penyelesaian konflik adalah komunikasi.
Elly menjelaskan, setiap pasangan pasti memiliki cara pandang berbeda. Masing-masing harus mengungkapkan secara terbuka apa yang disuka dan apa yang tidak disuka. Jika sudah mengerti satu sama lain, pada akhirnya akan mendapatkan titik temu. “Cuma yang jadi masalah tidak semua orang bisa menemukan titik temu itu sendiri. Kalau tidak ketemu titik temunya, bisa berantem terus bertahun-tahun,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Bila konflik terus terjadi, tidak pernah bisa terselesaikan, sudah saatnya pasangan berkonsultasi ke profesional. Elly memberikan contoh, misalkan seorang istri lebih dominan dibanding sang suami. Kalau itu semua bisa dikomunikasikan dan suami bisa menyeimbangkan sikap istri, itu tidak menjadi masalah.
“Ya kalau suaminya sebel terus, akhirnya itu bisa menjadi timbul masalah konflik yang berlarut. Kuncinya supaya konflik itu selesai, komunikasi terbuka dari kedua belah pihak, dan ada keinginan untuk mendapatkan solusi, bukan untuk menang. Terkadang suami istri komunikasi untuk menang, padahal bukan itu yang dicari, tapi solusi,” pungkasnya.