Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Ladies, berapa banyak dari Anda yang kerap merasa tidak percaya diri dengan bentuk tubuh yang dimiliki?
ADVERTISEMENT
Sepertinya, hampir setiap perempuan pernah merasakan hal ini. Ada yang merasa insecure karena memiliki lengan dan betis yang besar, merasa tidak percaya diri karena bertubuh pendek, atau bahkan kerap minder karena bertubuh gemuk dan berkulit gelap.
Dituturkan oleh Psikolog Anna Surti Ariani, ada banyak hal yang menjadi penyebab perempuan merasa tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya. Salah satu di antaranya adalah definisi masyarakat tentang standar kata 'cantik' yang kerap diasosiasikan dengan bertubuh langsing, berkulit putih, memiliki mata besar dan rambut panjang terurai. Definisi tentang standar kecantikan inilah yang kemudian disebarluaskan lewat media lain seperti iklan atau media sosial sehingga memberikan pengaruh dalam kehidupan kita.
"Masyarakat juga banyak memberikan tuntutan untuk menjadi 'cantik' dalam bentuk komentar atau pertanyaan. Hal ini yang membuat kita kemudian mengalami ketidakpuasan dengan bentuk tubuh kita. Akhirnya kita jadi berpikir 'iya juga ya, kok alis saya kurang simetris', 'kok kulit saya hitam sekali' atau penilaian lainnya yang berlebihan tentang diri kita," tutur psikolog yang akrab disapa Nina ini saat dihubungi kumparanWOMAN, Selasa (23/7).
Senada dengan Nina, Psikolog Irma Gustiana mengatakan bahwa rasa tidak percaya diri pada remaja atau perempuan dewasa terbentuk dari sejak kecil. Itulah sebabnya, peranan orang tua dalam memberikan perlakuan kepada anaknya dapat mempengaruhi kita dalam memposisikan diri.
ADVERTISEMENT
"Sejak kecil kan anak berbeda-beda, ada yang besar, kurus, tinggi atau pendek. Nah, beberapa orang tua seringkali memberikan julukan tertentu yang terkait dengan fisik, sehingga hal itu bisa saja diresapi sang anak yang mempengaruhi konsep tentang dirinya," ujar Irma pada kumparanWOMAN.
Psikolog yang berpraktik di pusat konsultasi psikologi, terapi dan pengembangan diri Ruang Tumbuh ini melanjutkan, media sosial juga menjadi salah satu faktor yang membuat kita mudah merasa tidak percaya diri akan bentuk tubuh. Semua persepsi yang bagus tentang penampilan termasuk bentuk tubuh, banyak diunggah ke media sosial dan dianggap sebagai sebuah standar yang harus dimiliki.
Bagi kita yang mentalnya tidak kuat, hal ini akan mempengaruhi imej terhadap diri sendiri. Kita akan merefleksikan diri yang tidak memiliki standar kecantikan sendiri yang akhirnya membuat kita menjadi minder dan tidak percaya diri .
ADVERTISEMENT
"Jadi kembali lagi kepada orang tua, perkuatlah kepribadian anak sejak dini, terutama yang ada kaitannya dengan kepercayaan diri dan perlakuan dari lingkungan sekitar terhadap dirinya, termasuk juga dari media sosial," kata psikolog yang akrab disapa Ayank ini.
Psikolog Nina menambahkan, menurut beberapa penelitian, rasa tidak percaya diri pada bentuk tubuh memang lebih banyak dialami oleh perempuan. Baik di berbagai negara, budaya, dan tingkatan usia, terutama remaja hingga dewasa. Standar-standar tentang kecantikan ini lebih banyak terpapar kaum perempuan dibandingkan laki-laki.
Lantas, bagaimana caranya agar kita bisa membangkitkan rasa percaya diri walaupun tidak nyaman dengan bentuk tubuh yang dimiliki?
Nina menyarankan untuk menemukan hal-hal positif di dalam diri kita. Jangan terlalu fokus memikirkan bentuk tubuh yang membuat kita tidak nyaman, tetapi carilah hal positif yang bisa dijadikan keahlian.
ADVERTISEMENT
"Jangan puas pada satu hal positif saja, temukanlah sebanyak mungkin. Semakin banyak semakin baik. Kita juga bisa meminta pendapat dari teman atau keluarga yang dipercaya. Dekatkan diri dengan orang-orang yang bisa melihat sesuatu dengan positif dan menyampaikan hal positif tentang diri kita," tambah psikolog yang juga aktif praktik di Klinik Terpadu Universitas Indonesia itu.
Sementara itu, Ayank menyarankan untuk melakukan self-acceptance alias belajar untuk menerima diri sendiri, terutama untuk hal-hal yang terkait dengan fisik. Belajar untuk menerima kenyataan bahwa kita diberikan Tuhan tubuh yang tidak terlalu tinggi atau kulit yang lebih gelap.
Menurutnya, proses untuk penerimaan diri ini penting sekali. Karena jika kita sudah bisa menerima diri sendiri, kita juga bisa menemukan hal menarik lain di dalam diri kita.
ADVERTISEMENT
"Untuk membangkitkan rasa percaya diri, mungkin kita juga bisa bergabung dengan komunitas yang mendukung keahlian kita dan mencari support system yang bisa melepaskan diri dari lingkungan toxic yang penuh penekanan," tandas Ayank.
Bagaimana dengan Anda, sudah siap merasa lebih percaya diri ?