Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Umumnya, kanker payudara terjadi pada perempuan berusia 50-60 tahun. Namun seiring berjalannya waktu, kanker payudara kini juga semakin banyak menimpa perempuan berusia 40 tahun ke bawah.
ADVERTISEMENT
Meskipun kanker payudara pada perempuan muda masih jarang terjadi, menurut situs Young Survival Coalition, sebuah organisasi non-profit yang berfokus pada kanker payudara, lebih dari 250 ribu perempuan di Amerika Serikat saat ini didiagnosis menderita kanker payudara di bawah usia 40 tahun.
Riset serupa juga diungkapkan oleh Cancer Research UK, sebuah pusat riset dan penggalangan amal untuk peduli kanker payudara asal Inggris, yang menyatakan bahwa satu dari lima kanker payudara saat ini menyerang perempuan berusia di bawah 50 tahun. Berdasarkan riset yang sama, pada 2015, di Inggris ada sekitar 50 ribu perempuan didiagnosa kanker payudara setiap tahunnya dan kurang dari 5 persen di antaranya adalah perempuan berusia di bawah 40 tahun.
ADVERTISEMENT
Adanya perubahan usia ini juga dibenarkan oleh Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Onkologi, dr. Yadi Permana Sp.B(K) Onk dari Rumah Sakit Pondok Indah. Ia mengatakan bahwa saat ini telah terjadi pergeseran usia perempuan penderita kanker payudara.
“Saat ini sudah terjadi pergeseran. Zaman dulu kanker payudara itu sering ditemukan pada perempuan yang berusia 50 atau 60 tahun, atau pada usia-usia setelah menopause. Nah, sekarang ini kanker payudara banyak kita temukan pada perempuan yang berusia di bawah 50 bahkan 40 tahun. Hal ini bisa terjadi karena adanya perubahan gaya hidup,” ungkap dr. Yadi saat ditemui oleh kumparanWOMAN beberapa waktu lalu.
Fertina Tarasari Yulianti (45 tahun) merupakan salah satu perempuan Indonesia yang divonis kanker payudara pada usia kurang dari 40 tahun. Tujuh tahun yang lalu, tepatnya pada 2012, ibu dua anak ini divonis menderita kanker payudara stadium dua.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, gaya hidup memiliki peran penting dalam faktor risiko kanker payudara. Sebab Fertina Tarasari menduga bahwa gaya hidup yang menjadi pemicu kanker pada payudaranya.
“Waktu itu saya masih kerja sebagai konsultan keuangan swasta. Jadi, saya tidak menyempatkan diri untuk berolahraga. Makanan juga enggak saya atur. Dan, mungkin saya juga belum bisa mengelola stres waktu itu. Faktor-faktor ini yang menjadi pemicu," ungkap Sari kepada kumparanWOMAN di kantor organisasi nirlaba kanker payudara, Lovepink, Jakarta Selatan, Selasa (15/10).
dr. Yadi mengatakan bahwa kanker sangat sulit dideteksi pada perempuan yang berusia kurang dari 50 tahun. Sebab kondisi payudaranya masih padat dan memiliki banyak jaringan tisu yang bisa membuat kerja mamografi tidak maksimal. Bisa jadi, karena faktor inilah angka kematian perempuan akibat kanker payudara kian meningkat setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, melansir Healthline, kanker payudara yang terjadi pada perempuan di usia muda juga lebih cepat menyebar ke seluruh tubuh dibanding dengan kanker yang menyerang perempuan berusia lanjut.
Untuk itu, dr. Yadi mengimbau agar perempuan harus rajin melakukan Pemeriksaan Payudara sendiri (SADARI) sehingga bisa mendeteksi keberadaan kanker payudara sejak awal.
Ia juga mengatakan bahwa perempuan harus mengubah pola pikirnya. Jangan menunggu berusia lanjut baru melakukan pemeriksaan. “Pemeriksaan paling utama yang perlu dilakukan oleh perempuan adalah SADARI. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara rutin 3-7 hari setelah selesai haid. Lalu mulai kapan perempuan harus melakukan SADARI? Yaitu ketika perempuan sudah memasuki usia pubertas, jadi saat sudah menstruasi pertama. Jadi pola pikirnya harus diubah, kalau sudah puber perempuan harus segera diajari untuk memeriksa payudara sendiri sehingga nanti bisa menjadi kebiasaan yang baik hingga dewasa,” jelas dr. Yadi.
ADVERTISEMENT
Lebih dari itu, karena kanker payudara pada perempuan usia muda banyak disebabkan oleh gaya hidup, dr. Yadi menganjurkan agar kita selalu menjaga pola makan, waktu tidur, hingga menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol.
“Dalam hal ini menjaga keseimbangan antara tinggi dan berat badan sangat penting. Kemudian makanan yang dikonsumsi harus seimbang. Perbanyaklah makan buah dan sayur karena mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mencegah kanker. Tapi dianjurkan asupan antioksidannya berasal dari yang alami, bukan yang berbentuk tablet atau olahan. Kemudian olahraga, tidur yang cukup, menghindari alkohol, merokok, dan jangan terlalu stres karena bisa mempengaruhi sistem hormon pada tubuh,” ungkap dr. Yadi Permana Sp.B(K) Onk.