Game Buatan Siswa SMA-SMK Sukses Bikin Indonesia Mendunia

17 Agustus 2018 16:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Team pembuat game JusTown. (Foto: Eny Immanuella Gloria)
zoom-in-whitePerbesar
Team pembuat game JusTown. (Foto: Eny Immanuella Gloria)
ADVERTISEMENT
Beberapa orang dari berbagai kalangan dan usia kini rasanya cukup akrab serta mahir memainkan game yang berada di smartphone kita. Namun seberapa banyak dari kalian yang menaruh minat dan bisa mengembangkan game tematik sekaligus sarat akan pesan yang edukatif? Kenalkan enam pelajar SMA dan SMK Jakarta yang telah memenangkan posisi kedua di ajang Hackathon, Amerika Serikat, Juli lalu.
ADVERTISEMENT
Enam orang pelajar SMA dan SMK dari Jakarta ini mampu membuktikan kepiawaian mereka menggarap sebuah aplikasi game edukatif bernama Justown dan mengharumkan nama Indonesia dengan karyanya ini di ajang Hackathon yang berlangsung di Silicon Valley, Amerika Serikat, Juli lalu.
Mereka adalah Christian Jehoshaphat Suryo (SMAN 78 Jakarta), Alfi Syahri (SMK Telkom), Luthfi Nabilah Qonitah (SMAN 78 Jakarta), Bagus Seno Pamungkas (SMK Telkom), Ramadhanti Andini Widiyono (SMAN 8 Jakarta) dan Imam Abdul Karim Sulaiman (SMAN 8 Jakarta).
Sebelumnya, mereka mengikuti ajang Hackathon nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) di Jakarta dan melibatkan beberapa sekolah di Indonesia.
Beberapa dari enam pelajar ini bahkan merupakan para pelajar yang mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang komputer.
ADVERTISEMENT
“Waktu itu kami berenam adalah orang yang sampai duluan di venue, langsung kenalan, dan sempat menyangka mungkin pesertanya memang segini kali. Kami duduklah dalam satu meja, tapi ternyata saat sudah mau mulai acaranya para peserta lain baru berdatangan. Saat itu diinstruksikan untuk membuat kelompok dan duduk berenam, karena kebetulan pas jadi ya sudah langsung satu kelompok,” papar Christian, yang merupakan ketua tim bagian desain.
Jadi perwakilan Indonesia di bawah naungan PBB
Game JusTown. (Foto: Eny Immanuella Gloria)
zoom-in-whitePerbesar
Game JusTown. (Foto: Eny Immanuella Gloria)
Saat itu, selain mereka berenam, ada enam kelompok lain, masing-masing enam orang dari berbagai daerah dan sekolah yang mengikuti ajang Hackathon nasional.
Setelah akhirnya keluar sebagai juara 1 di ajang Hackathon nasional, mereka sempat mengira bahwa acara ini benar-benar telah selesai. Namun ternyata, mereka semua diminta untuk menjadi perwakilan Indonesia dalam ajang Hackathon Internasional di bawah naungan PBB.
ADVERTISEMENT
“Waktu itu kami kira udah clear aja setelah diumumkan jadi juara 1, tapi tiba-tiba kami dikasih tahu sebulan sebelum Hackathon di Amerika bahwa kami akan dikirim ke sana, dan itu saat libur lebaran. Cukup mendadak, sih,” ujar Dhanti yang punya tugas menulis story line dan membuat graphic.
Bagus bahkan menceritakan bahwa visanya turun H-1 keberangkatan.
“Visaku bahkan turun benar-benar H-1 sebelum berangkat ke Amerika,” ujar Bagus yang bertugas sebagai Programmer.
Menurut Dhanti, ajang Hackathon yang diselenggarakan di bawah naungan PBB ini awalnya tercetus dari Doha Declaration. Dalam deklarasi itu mereka mengupayakan supaya orang-orang lebih berwawasan soal kasus kejahatan. Kemudian, salah satu upaya untuk menjalankannya itu dengan mengadakan Hackathon ini.
Awalnya, Christian dan kawan-kawan, sempat mengira disuruh membuat sistem keamanan, karena topik yang diberikan lumayan berat seperti korupsi hingga cybercrime.
ADVERTISEMENT
“Kita kira disuruh buat aplikasi yang mencegah kejahatan gitu, tapi ternyata disuruh bikin game untuk mengedukasi remaja,” jelas Christian.
Menyoroti narkoba, terorisme, hingga korupsi
Game JusTown. (Foto: Eny Immanuella Gloria)
zoom-in-whitePerbesar
Game JusTown. (Foto: Eny Immanuella Gloria)
Di ajang Hackathon Internasional ini, mereka membuat konsep dari game Justown (akronin dari Justice Town) supaya game ini cocok untuk dimainkan semua kalangan terutama anak-anak dan remaja.
Total eventnya sendiri berlangsung selama tiga hari. Mereka diberi waktu untuk mematangkan ide dan konsep Justown supaya kontennya tidak terlalu berat namun pesan edukasinya tetap bisa tersampaikan.
“Kita buat storyline, gameplay-nya, supaya menyenangkan. Nah kita baru mulai bikin program di hari kedua, kita sampai enggak tidur dari pagi naik bis, ke tempat acara, langsung start. Bagus langsung bikin programnya, Imam bikin desainnya, Luthfi bikin karakter, icon bagunan 3D, Alfi bagian sound effect, dan yang lain sesuai tugas masing-masing. Itu di hari kedua kita sampai jam 2-3 pagi gitu ngerjainnya,” ungkap Christian.
ADVERTISEMENT
Justown sendiri adalah game yang memposisikan si pemain sebagai pemerintah dari suatu kota. Dia harus memastikan kotanya memiliki fasilitas umum yang mumpuni disesuaikan dengan populasi kota tersebut dan kebutuhan warga kota.
Selain itu, pemain juga harus tetap waspada jika suatu waktu terdapat kejahatan yang menyusup ke dalam daerah pemerintahannya. Jika tidak tekun dalam memantau, kerugian yang dialami akan membuat keuangan di kota tersebut dan presentasi kelayakannya berkurang.
Game ini terinspirasi dari SimCity dan Tiny Tower. Bedanya, mereka harus terus fokus menjaga pembangunan kota dari tindak kejahatan.
Dalam game Justown, ada empat kejahatan yang disoroti yaitu penyelundupan senjata, narkoba, terorisme dan korupsi.
Ketika suatu residence dalam kota itu diklik dan muncul peringatan kejahatan, maka yang harus dilakukan pemain adalah mengatasi masalah tersebut sesuai dengan tindakan kejahatannya. Contoh, jika di suatu residence terjadi aksi terorisme, maka si pemain harus segera mengirim bala tentara atau polisi.
ADVERTISEMENT
Terkendala waktu
Imam Abdul Karim Sulaiman, salah satu anggota team pembuat game JusTown. (Foto: Eny Immanuella Gloria)
zoom-in-whitePerbesar
Imam Abdul Karim Sulaiman, salah satu anggota team pembuat game JusTown. (Foto: Eny Immanuella Gloria)
Saat acara Hackathon berlangsung, kesulitan yang paling berat dirasakan Christian dan kawan-kawan ini adalah masalah waktu. Konsep digelarnya Hackathon yang merupakan acara atau lomba membuat sebuah program aplikasi atau game yang melibatkan pengembangan software, user interface, desain grafis, dan lain-lain dalam tempo yang cepat. Hackathon sendiri adalah akronim dari Hacked Marathon. Maka dari itu tak heran jika berlangsungnya acara ini cukup singkat.
“Karena waktunya mepet banget, bikin aplikasi itu kan enggak cepat, apalagi bagian programming kan butuh coba-coba, ada salah kode atau bugnya. Kami bener-bener enggak tidur hari kedua dan ketiga,” ujar Christian yang ditimpali oleh Bagus.
Dhanti bahkan masih ingat betul, saat hari ketiga Hackathon, tim-tim lain sudah selesai mengerjakan dan main bola sedangkan dia dan teman-teman timnya masih berkutat mengerjakan presentasi.
ADVERTISEMENT
“Game-nya sih sudah selesai, tapi presentasinya belum, terus ngelihat yang lain sudah pada selesai dan main bola tuh kita kayak gimana, ya, agak stress sih,” kenang Dhanti.
Segala kerja keras dan tekanan yang sempat dialami tim nyatanya terbayar sudah. Christian dan kawan-kawan pada akhirnya berhasil menjadi juara 2 di ajang Hackathon internasional ini.
Alvi Syahri Nasution, salah satu anggota team pembuat game JusTown. (Foto: Eny Immanuella Gloria)
zoom-in-whitePerbesar
Alvi Syahri Nasution, salah satu anggota team pembuat game JusTown. (Foto: Eny Immanuella Gloria)
Yang menarik, sebenarnya hanya ada dua gelar dalam ajang Hackathon ini. Juara 1 dan 2 (runner up) tapi, karena saat itu tim Indonesia seri dengan tim Afrika Selatan, maka juri harus tetap menentukan mana yang akan keluar jadi juara 2, dan keputusan juri jatuh pada tim Indonesia.
“Waktu diumumkan juara 2 kami kayak tatapannya kosong gitu, karena terlalu lelah. Tapi akhirnya berhasil dan hal pertama yang dilakukan setiba di hotel itu langsung tidur,” kata Dhanti yang disambut gelak tawa teman timnya.
ADVERTISEMENT
Keterlibatan para pelajar SMA dan SMK ini membuktikan bahwa kerja keras pasti membuahkan hasil yang sepadan. Selain itu, meski mengerjakan dalam tekanan, kita harus tetap optimis bahwa kita bisa menyelesaikannya dengan sebaik mungkin.
Rasa percaya diri dan optimistis itu baik untuk tetap dipelihara termasuk dalam upaya mewujudkan prestasi dan impian kita.
Tak hanya percaya diri dan optimistis, rasa tidak takut untuk mencoba juga penting jika kamu ingin memiliki prestasi. Seperti halnya yang dikatakan oleh Luthfi, yang kini baru saja menjadi mahasiswa Ilmu Gizi di UI.
“Aku baru terjun ke dunia (programming) ini kan, tertarik aja tanpa basic apa-apa. Pesan aku buat yang lain, jangan takut karena tidak punya basic, lalu itu berlalu jadi mimpi saja. Tapi kalau tertarik ya enggak ada salahnya dicoba, prestasi itu bukan karena kita punya bakat tapi sebenernya prestasi itu kita yang bikin sendiri dengan kerja keras,” tegas Luthfi.
ADVERTISEMENT
“Intinya, segala kerja keras pasti terbayar,” kata Christian menambahkan.
Team pembuat game JusTown. (Foto: Eny Immanuella Gloria)
zoom-in-whitePerbesar
Team pembuat game JusTown. (Foto: Eny Immanuella Gloria)
Penulis: Okke Oscar