Wacken Metal Battle, Satu Mimpi Down For Life yang Jadi Kenyataan

17 Agustus 2018 14:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Down For Life (Foto: instagram.com/downforlifesolo)
zoom-in-whitePerbesar
Down For Life (Foto: instagram.com/downforlifesolo)
ADVERTISEMENT
Di tengah gaung musik cadas yang bergema pada gelaran Wacken Open Air 2018 di Jerman tanggal 2-4 Agustus lalu, satu perwakilan Indonesia berkesempatan untuk turut menyumbangkan penampilan terbaiknya pada ajang festival musik cadas yang diklaim sebagai yang terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Kesempatan itu didapatkan oleh unit metal asal kota Solo, Down For Life, setelah mereka sebelumnya berhasil dinyatakan keluar sebagai pemenang pada ajang Wacken Metal Battle Indonesia dengan 'menumbangkan' 321 band lain yang berasal dari 72 kota di Tanah Air.
Kemenangan itulah yang kemudian menjadi jembatan bagi band yang telah merilis dua studio album tersebut, untuk bisa melangkah ke panggung Wacken Open Air 2018 dan kembali berkompetisi dengan 30 band dari 30 negara lainnya pada sebuah ajang bertajuk 'Metal Battle'.
Bagi yang awam dengan nama Down For Life, mereka bukanlah nama baru dalam skena musik metal Indonesia. Selama sekitar dua dekade malang melintang dalam industri musik sidestream, band yang yang digawangi oleh Stephanus Adjie (vokal), Ahmad 'Jojo' Ashar (bass), Rio Baskara (gitar), Isa Mahendrajati (gitar), dan M. Abdoel Latief (drum) itu, kini telah menjelma menjadi salah satu entitas yang cukup disegani oleh para pecinta musik metal.
ADVERTISEMENT
Kepada kumparan, Down For Life membagikan berbagai pengalamannya selama bertandang ke Negeri Panser beberapa waktu lalu, sekaligus membahas berbagai macam perubahan yang telah terjadi di Indonesia dan bagaimana hal tersebut berdampak terhadap musikalitas mereka di masa lalu dan saat ini.
Seperti apa rasanya tampil di Wacken?
Adjie: Bermain di Wacken itu seperti mimpi yang terwujudkan bagi kami, meskipun itu bukan capaian utama. Tujuan kami bermain musik dan ngeband di Down For Life itu bukan cuma untuk bermain di Wacken. Tetapi Wacken menjadi salah satu mimpi yang akhirnya bisa kami wujudkan dengan kerja keras panjang hampir dua dekade band ini berdiri.
Isa: Saya sebenarnya ke Eropa pun sudah mimpi dari dulu. Tiba-tiba dapat kesempatan ini, suatu mimpi yang bisa terwujud. Apalagi ke sana tidak cuma liburan, tetapi kami ke sana sambil membawa misi.
ADVERTISEMENT
Jojo: Salah satu mimpi kami adalah untuk main di Eropa. Apalagi kita dari dulu melihat band bule. Sekarang ini tantangan bagi kami, gantian bagaimana rasanya tensi ketika berada di panggung saat bule melihat kami.
Rio: Menurut saya itu mimpi yang menjadi nyata. Seandainya kami bekerja sebagai pegawai negeri atau di mana gitu, belum tentu bisa ke luar negeri. Udah gratis, main band lagi. Makan semuanya gratis juga, ditanggung.
Seketat apa kompetisi di sana?
Adjie: Jadi ada 30 band dari 30 negara yang berkompetisi dan kami menjadi band peringkat ke-13 dari 30 negara itu. Tetapi Wacken memang memiliki kriteria penilaiannya sendiri juga, bahwa band yang bermain di sana itu adalah band yang bisa merepresentasikan kebudayaan dari negaranya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Sempat ada polemik saat di sana. Ada juri dari Polandia dan dari negara lain memrotes kenapa Wacken masih memilih band yang memiliki unsur tradisi kuat,bukan modern? Tapi, ya, itulah keunikan dari Wacken.
Tapi yang menarik sebenarnya bukan persaingan atau kompetisinya. Tapi ketika kami di backstage, kemudian di situ ada artis village di mana kami bisa bertemu dengan label, promotor, atau booking agent dari seluruh dunia dan bertemu dengan banyak band juga. jejaring itulah yang sangat mahal.
Puas dengan hasil yang dibawa pulang?
Adjie: Ya mungkin kalau secara hasil itu yang bisa berikan. Mungkin baru setelah kami pulang, kami sadar bahwa mungkin perlu gimmick budaya ini dimasukkan ke dalam musik, meskipun itu tidak akan mudah karena band-band itu dari awal terbentuk sudah mempersiapkan itu.
ADVERTISEMENT
Jojo: Kalau maksimal, kami sudah tampil semaksimal mungkin. Kami tampil dengan komposisi musik sudah persiapkan dan sudah puas dengan pencapaian itu. tapi kedepannya kami dapat pelajaran dari sana, dari bertemu banyak orang dan band, dapat referensi dan lain sebagainya, itu merupakan pelajaran bagi kami semua.
Ada ambisi khusus saat tampil di Wacken?
Adjie: Berikutnya pasti ada. Setelah Wacken kami punya target menaklukkan Eropa. Kami harus kerja keras lagi. Tidak cukup dengan yang kemarin yang kami lakukan. mungkin dengan musiknya, setelah itu kami menyiapkan album baru dan harus ada sesuatu yang berbeda, karena di sana ada ribuan band yang sejenis.
Seberapa nasionalis sih band ini?
Adjie: Tipis sih sebenarnya. Kalau saya mungkin menjadi sangat nasionalis saat dulu Indonesia melawan Malaysia dalam sebuah kompetisi. Itu mungkin baru terasa nasionalismenya. Tapi begitu kami di sana dan bisa membawa bendera Indonesia, rasanya mungkin itu yang dirasakan Boas Solossa dan kawan-kawan saat bertanding. Ada perasaan itu.
ADVERTISEMENT
Konsep merdeka bagi personel Down For Life itu seperti apa?
Isa: Yang jelas kita tidak terbebani dengan apapun itu. Kita enjoy itu salah satu konsep merdeka bagi saya. Karena ketika saya main band dan sudah merasakan tidak enjoy dengan ada kekangan dari sana-sini, ya itu sudah enggak merdeka lagi.
Adjie: Kalau bagi saya merdeka itu ketika kita bisa menghargai orang lain tanpa merasa tertekan, menghargai pendapat, kepentingan, keyakinan orang lain, itu yang sebenarnya merdeka bagi saya.