Praktek Hidup Sehat Hindari Stroke

Fachrudin Ali Ahmad
Saat ini bekerja sebagai Pranata Humas Ahli Muda di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI. Lulus Strata Satu (S1) dari FIKOM UNPAD. Tahun 2012 menyelesaikan Magister (S2) Kesehatan Masyarakat UI
Konten dari Pengguna
22 Juli 2021 14:17 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fachrudin Ali Ahmad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Matanya kosong memandang dinding tembok. Sulit mengajak sebagian anggota tubuhnya bergerak. Walau sekadar menggerakkan tangan. Berulang kali memanggil istri dan anaknya. Namun tak sepatah suara terdengar. Hanya lirihan kecil hilang ditelan angin.
ADVERTISEMENT
Dua tahun sudah dirinya terbujur di kasur. Terkena stroke kata dokter yang merawatnya. Sulit baginya beraktivitas normal seperti biasanya. Saat ini usianya menginjak 58 tahun.
Teringat dulu, dirinya gagah dengan balutan jas dan mobil mewah. Banyak mata memandang takjub dengan pencapaian karirnya di perusahaan tempat dia bekerja. Direktur dengan prestasi mengkilap. Mencapai posisi direktur pada usia muda, membuat dirinya bekerja keras untuk memenuhi ekspektasi pemilik perusahaan. Bekerja tiada waktu, tanpa mengenal lelah.
Kadang dirinya kurang memperoleh waktu tidur yang cukup. Belum lagi, dirinya “gila” merokok. Walau sudah diingatkan berkali-kali oleh istri, anak, dan rekan kerjanya. Dirinya tetap membandel. “Merokok bisa menghilangkan stres,” katanya.
Dalam beberapa kesempatan, di pesta yang diadakan perusahaan, atau jika dirinya mengajak rekan bisnis bertemu, kerapkali meminum alkohol. Jenis tequila, champagne atau wine yang merupakan favoritnya
ADVERTISEMENT
Diawali dengan sering sakit kepala dengan rasa nyeri yang datang mendadak dan kehilangan keseimbangan yang sempat beberapa kali dialaminya. Dalam suatu kesempatan, dirinya mendapati salah satu lengannya tidak bisa digerakkan. Terjadi kelumpuhan. Sempat bisa menghubungi sekretarisnya waktu itu.
Sekretarisnya dengan panik tergopoh-gopoh dibantu beberapa karyawan yang lain membawanya ke rumah sakit. Dokter mengatakan positif stroke. Mulailah hari-hari kelam mewarnai hidupnya selanjutnya.
Cerita itu menggambarkan siklus hidup yang biasa dialami penderita stroke. Penyakit stroke adalah penyakit yang terjadi ketika pasokan darah menuju otak terganggu atau sama sekali berkurang, sehingga jaringan otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Dalam beberapa menit, sel-sel otak mulai mati.
Gejala stroke cenderung terjadi secara tiba-tiba dan hanya selalu menyerang satu sisi bagian tubuh. Hal ini semakin memburuk dalam jangka waktu 24 sampai 72 jam. Srikandi Waluyo (2009) menyebutkan tanda atau gejala yang ditunjukkan yakni
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui yang namanya “the golden hour” dalam kejadian stroke. Saat-saat penting yang harus dimanfaatkan untuk membawa penderita ke dokter yaitu sebelum tiga jam sejak mengalami serangan. Makin cepat penderita tertolong, hal ini akan meminimalkan kecacatan atau meninggal dunia.
Data Badan Litbang Kesehatan dari penelitian Indonesia’s Sample Registrations System diketahui pada tahun 2017 stroke menempati urutan teratas penyakit penyebab kematian tahun 1990 dan 2017 di Indonesia. Menyusul berikutnya tuberculosis (1990) dan ischemic heart disease (2017) serta peringkat ketiga lower respiratory di tahun 1990 dan diabetes di tahun 2017.
ADVERTISEMENT
Memang miris kejadian yang dialami penderita stroke atau penderita penyakit tidak menular (PTM) lainnya. Saat ini tercatat sebagai yang terbanyak jumlah kejadian di Indonesia dalam hal penyakit yang ada pada penduduk Indonesia. Bahkan global.
PTM merupakan penyakit laten yang sering tidak disadari. Keasyikan beraktifitas dan kesenangan mengejar karier dan tuntutan duniawi seringkali membuat kita lupa. Lupa untuk menjaga kesehatan.
Perlu mengetahui faktor risiko untuk bisa terkena stroke. Srikandi Waluyo dalam buku 100 Question & Answear Stroke (2009) menyebutkan waspadai individu yang sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, gangguan pembuluh darah koroner, diabetes mellitus serta pernah mempunyai riwayat pernah kena serangan stroke.
Selain itu ada faktor risiko ikutan yaitu kadar lemak dalam darah, kebiasaan merokok, kegemukan/obesitas, kadar asam urat tinggi, kurang olahraga, dan kadar fibrinogen (faktor penggumpal darah) yang tinggi. Harus disadari adanya kelainan detak jantung atau atrial fibrillation yaitu kondisi jantung tidak sinkron dengan detak jantung. Hal ini bisa menghambat aliran darah ke otak sehingga terjadi stroke.
ADVERTISEMENT
Ada langkah mudah untuk menghindari stroke. Jaga kadar kolesterol tetap rendah. Caranya, jaga asupan dan pola makan sehat serta lakukan olahraga secara konsisten. Setidaknya 30 menit sehari atau 3 kali dalam seminggu. Lakukan olahraga secara teratur, hindari merokok, dan minuman beralkohol serta jauhi obat-obat terlarang.
Terpenting juga deteksi penyakit secara dini dengan melakukan pemeriksaan secara teratur, seperti menjaga tekanan darah tetap normal. Untuk itu lakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur. Saat ini sudah banyak alat tensimeter yang dijual bebas.
Hidup ikhlas dan beribadah semakin meningkatkan kualitas kita. Termasuk kelola stres dengan baik. Kendalikan berat badan. Bila bobot badan melebihi apalagi hingga mengalami obesitas bisa menyebabkan sistem sirkulasi tubuh bekerja berlebihan sehingga menimbulkan risiko stroke. Atur pola makan rendah garam dan rendah lemak.
ADVERTISEMENT
Faktor risiko penyebab stroke juga menjadikan hidup individu yang terpapar Covid-19 lebih rentan dan berisiko tinggi terjadinya keparahan. Faktor komorbid atau penyakit penyerta terkait Covid-19 bisa menimbulkan kondisi yang tidak diinginkan bagi penderita seperti lamanya proses penyembuhan. Bahkan risiko kematian cukup besar. Penyakit penyerta itu yakni diabetes mellitus, penyakit autoimun seperti lupus/SLE penyakit ginjal, penyakit jantung koroner, hipertensi, tuberculosis, penyakit paru obstruktif kronis (ppok), penyakit kronis lain,tumor/kanker/keganasan, serta penyakit terkait geriartri.
Pemerintah telah menggalakkan Gerakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat (GERMAS). Yaitu gerakan untuk mengajak manusia Indonesia berperilaku hidup sehat, kapanpun dan dimanapun. Mudah-mudahan ini menjadikan masyarakat mempraktikkan hidup sehat dan menjadikannya sebagai suatu kebutuhan.
Mau hidup lebih lama dan tetap sehat? Mulailah dari hal terkecil, yaitu diri kita. Jangan menunda dan lakukan sekarang. Aktivitas sehat akan menjadikan hidup kita lebih bermakna. Hidup lebih lama namun berkualitas. Sehat jasmani dan fisik serta sehat rohani dan jiwa.
ADVERTISEMENT