Kilas Balik Perjalanan Komunitas Tangan di Atas

Konten Media Partner
4 Maret 2021 19:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Founder TDA. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
Founder TDA. Foto: dok
ADVERTISEMENT
JAKARTA - Tidak dapat dipungkiri, Komunitas Tangan Di Atas (TDA) menjadi salah satu komunitas yang beranggotakan para pengusaha sukses di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Salah satu Founder TDA, Agus Ali, menceritakan awal mula bagaimana komunitas ini berdiri dan menjadi solid seperti saat ini.
"Saya memang salah satu pendiri TDA. Sebenarnya kita dulu di tahun 2006 sebelum TDA berdiri itu awalnya dari kumpul-kumpul aja. Waktu itu kita ngobrol wirausaha mau gimana? mau ngapain?," terangnya, pada Rabu (03/03/2021).
Saat itu, para pengusaha ini sering melakukan sharing bagaimana cara mengatur manajemen bisnis yang baik. "Kita mau sharing-sharing buat bagaimana cara berbisnis yang benar. Salah satu teman kita memang pernah ada yang bisnisnya terpuruk, tapi kita mencari cara bagaimana agar bangkit dan hal itu tidak diulangi lagi," ungkapnya.
Dari situlah, para pengusaha ini berpikir agar mereka mulai merapatkan barisan dan membangun Komunitas Tangan Di Atas (TDA), yang fungsinya untuk membantu para pengusaha muda dan pengusaha yang tengah berjuang.
ADVERTISEMENT
"Lalu dari yang awalnya kumpul-kumpul, kita berpikir kalau barisan ini harus dirapatkan. Bukan hanya gerombolan saja, baik gerombolan di Bekasi, gerombolan di Surabaya, gerombolan di Malang, Gerombolan di Batam, dan sebagainya," beberapa.
"Poinnya adalah kita harus membantu sesuai dengan namanya Tangan Di Atas (TDA), jadi membantu pengusaha yang lain," sambungnya.
Lebih lanjut, Agus mengatakan, TDA sangat menjunjung tinggi semangat berkolaborasi. Entah kolaborasi dengan pemerintah atau kolaborasi dengan sesama member TDA.
"Berkolaborasi juga penting seperti TDA berkolaborasi dengan pemerintah, TDA Malang berkolaborasi dengan Pemda, dan kalau UKM mungkin berkolaborasi dengan BRI. Karena yang dibutuhkan UKM pertama adalah bimbingan bisnis dan kedua itu mentoring bagaimana caranya keluar dari masalah," jelasnya.
"Misalnya saat pandemi banyak yang turun (pendapatan) terutama yang bisnis makanan, minuman, dan oleh-oleh," contohnya.
ADVERTISEMENT
"Jadi, kita ada kolaborasi bukan hanya dengan pemerintah, tapi juga dari sesama member mulai dari monitoring sampai permodalan," lanjutnya.
Terakhir, pengusaha Hydromart ini mengatakan, database member TDA sangat penting. Dengan database tersebut, setiap member TDA bisa memilih ingin kolaborasi dengan siapa.
"Kemudian database member sangat-sangat penting. Sehingga nanti akan muncul pengusaha ini di Surabaya kesukaannya apa, di wilayah Bandung butuhnya apa, lalu kelebihan dan kekurangannya apa. Nah dari sini kita bisa saling mengisi," pungkasnya.