Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mendekode Tren Krisis Iklim: Wawasan dan Prediksi 2024 untuk Mitigasi Iklim
24 Desember 2024 15:17 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Alfian Rasyid El Fahmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mendekode Tren Krisis Iklim: Wawasan, Tantangan, dan Prediksi 2024 dalam Aksi Individu untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Krisis iklim adalah ancaman nyata yang membutuhkan aksi segera dari setiap individu. Menurut laporan baru dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) , memperkirakan bahwa rata-rata suhu permukaan global antara 2024 dan 2028 akan meningkat 1,1°C hingga 1,9°C di atas garis dasar 1850-1900, dengan kemungkinan 86% bahwa salah satu tahun tersebut akan memecahkan rekor suhu tertinggi, melampaui 2023 sebagai tahun terpanas. Fenomena ini menunjukkan bahwa keterlibatan individu dalam mitigasi perubahan iklim menjadi hal yang sangat mendesak.
ADVERTISEMENT
Dampak krisis iklim sudah terlihat jelas, mulai dari cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan, hingga hilangnya spesies penting dalam ekosistem. Minimnya kesadaran individu terlihat dari kebiasaan sehari-hari yang terus menghasilkan emisi karbon tinggi, seperti penggunaan energi fosil tanpa kendali dan konsumsi berlebihan. Menurut data dari International Energy Agency (IEA) , sekitar 24% emisi gas rumah kaca global berasal dari sektor transportasi pada 2016, mencakup transportasi darat, kereta api, udara, dan laut. Bahkan pada 2022, emisi CO2 global dari pembakaran bahan bakar meningkat 1,3%, dengan batu bara menyumbang 45%, minyak 33%, dan gas alam 22%, mencerminkan dominasi bahan bakar fosil yang masih menyuplai 81% energi dunia dan terus memperburuk krisis iklim. Data ini menyoroti pentingnya peran setiap individu dalam mengurangi jejak karbonnya.
ADVERTISEMENT
Langkah konkret pertama yang dapat diambil adalah beralih ke energi terbarukan di rumah tangga, seperti memasang panel surya atau menggunakan listrik dari penyedia berbasis energi bersih. Sebagai contoh, laporan dari Clean Energy Wire menunjukkan bahwa Jerman telah berhasil mengubah energi terbarukan menjadi pemain dominan, dengan 52% konsumsi listrik negara itu pada tahun 2023 dipenuhi oleh energi terbarukan. Selain itu, mengadopsi gaya hidup minim limbah (zero waste) dapat secara signifikan mengurangi limbah plastik yang mencemari lingkungan. Contoh sederhana meliputi membawa tas belanja sendiri, menggunakan botol minum yang dapat diisi ulang, atau memilih produk dengan kemasan ramah lingkungan.
Krisis iklim adalah masalah kompleks yang membutuhkan partisipasi kolektif, tetapi langkah-langkah kecil yang dilakukan individu secara konsisten dapat menciptakan perubahan besar. Dengan beralih ke energi terbarukan, mengurangi konsumsi plastik, dan menerapkan pola makan berkelanjutan, setiap orang dapat menjadi bagian dari solusi untuk menyelamatkan planet ini. Dalam menghadapi ancaman besar ini, setiap aksi kecil dapat menjadi langkah awal menuju perubahan yang signifikan.
ADVERTISEMENT