Konten dari Pengguna

Ketimpangan Pembangunan Pariwisata: Tantangan dan Harapan di Kawasan 3B

Nur Ainun Khairiah
Mahasiswi Magister Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia
20 Mei 2025 12:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Ketimpangan Pembangunan Pariwisata: Tantangan dan Harapan di Kawasan 3B
Ketimpangan pembangunan pariwisata di kawasan 3B (Banyuwangi, Bali Barat, Bali Utara) masih menjadi tantangan. Sinkronisasi kebijakan dan kolaborasi lintas daerah penting pariwisata yang berkelanjutan
Nur Ainun Khairiah
Tulisan dari Nur Ainun Khairiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketimpangan pembangunan pariwisata masih menjadi tantangan utama di Indonesia, khususnya di kawasan 3B (Banyuwangi, Bali Barat, dan Bali Utara). Meski ketiganya memiliki potensi wisata luar biasa, distribusi pembangunan dan manfaat ekonomi belum berjalan merata. Sebagian wilayah, seperti Bali Selatan, menikmati infrastruktur dan kunjungan wisatawan yang melimpah, sementara kawasan utara dan barat Bali, serta sebagian Banyuwangi, masih tertinggal dari segi fasilitas, aksesibilitas, dan pemberdayaan masyarakat.
ADVERTISEMENT

Potret Ketimpangan dan Akar Masalah

Ketimpangan ini tercermin dari perbedaan infrastruktur, akses transportasi, hingga kontribusi ekonomi masyarakat lokal. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, meski sektor pariwisata mendorong pertumbuhan ekonomi Banyuwangi, pemerataan pendapatan belum tercapai. Rasio gini Banyuwangi naik dari 0,32 menjadi 0,37 pada 2021, menandakan ketimpangan yang memburuk. Di sejumlah kecamatan dengan potensi wisata besar, seperti Pesanggaran, fasilitas umum minim dan angka kemiskinan stagnan, meski destinasi seperti Pantai Pulau Merah dan Taman Nasional Meru Betiri kerap ramai wisatawan.
Di Bali, wisatawan masih terpusat di wilayah selatan, sementara Bali Utara dan Barat belum optimal dikembangkan. Hal ini bukan semata akibat jumlah wisatawan yang berlebihan, melainkan kurangnya pemerataan pembangunan dan promosi destinasi alternatif.
Desa wisata penglipuran, salah satu tempat wisata di Bali Selatan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Upaya Kolaboratif dan Sinkronisasi Kebijakan

ADVERTISEMENT
Pemerintah pusat dan daerah telah merespons ketimpangan ini melalui Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan (P3TB). Program ini menekankan sinkronisasi kebijakan lintas wilayah, penguatan infrastruktur, pelibatan masyarakat, dan pelestarian budaya serta lingkungan. Kolaborasi antara Banyuwangi, Jembrana, Buleleng, dan Provinsi Bali menjadi kunci untuk menciptakan destinasi wisata yang inklusif, kompetitif, dan ramah lingkungan.
Rapat konektivitas pengembangan pariwisata 3B serta peluncuran paket wisata 3B (Banyuwangi-Bali Barat-Bali Utara) merupakan langkah konkret untuk meningkatkan aksesibilitas, promosi bersama, dan konektivitas antarwilayah. Pengembangan pelabuhan Ketapang-Gilimanuk, perbaikan infrastruktur jalan, dan integrasi promosi digital diharapkan mampu mendistribusikan wisatawan lebih merata dan meningkatkan ekonomi lokal.

Tantangan Implementasi

Meski visi dan kebijakan sudah mulai selaras, tantangan tetap ada. Perbedaan prioritas pembangunan, kapasitas infrastruktur, dan birokrasi menjadi hambatan utama. Bali lebih menonjolkan pelestarian budaya, sementara Banyuwangi fokus pada ekowisata. Sinkronisasi kebijakan dan kolaborasi lintas sektor harus diperkuat agar pembangunan tidak timpang dan manfaat ekonomi benar-benar dirasakan masyarakat di seluruh kawasan 3B.
ADVERTISEMENT

Harapan untuk Masa Depan

Dengan penguatan kolaborasi, harmonisasi regulasi, dan pemberdayaan masyarakat, kawasan 3B berpotensi menjadi model pengembangan pariwisata berkelanjutan di Indonesia. Tidak hanya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, tetapi juga memastikan pelestarian budaya, perlindungan lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat lokal berjalan seiring.
Jika tantangan sinkronisasi dan pemerataan pembangunan dapat diatasi, kawasan Banyuwangi, Bali Barat, dan Bali Utara akan semakin siap menjadi destinasi unggulan yang inklusif, berdaya saing global, dan berkelanjutan