Konten dari Pengguna

Ekspresionisme Koesoma: Jelajahi Pengekspresian Diri Lewat Jejak Sastrawan

Amelia Nadya Sakanti
Mahasiswi Universitas Brawijaya
8 November 2023 14:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amelia Nadya Sakanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Museum Affandi. Foto: Teuku Muhammad Valdy/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Museum Affandi. Foto: Teuku Muhammad Valdy/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ekspresionisme merupakan suatu aliran yang terdapat dalam dunia seni lukis dan sastra yang merujuk pada kebebasan curahan batin sang seniman.
ADVERTISEMENT
Menjadi generasi penerus bangsa merupakan tanggung jawab sekaligus tantangan bagi pemuda saat ini. Dibutuhkan pemilahan dalam bersikap sehingga nantinya dapat menciptakan suatu inovasi baru yang dapat memajukan Bangsa Indonesia, layaknya yang dilakukan oleh para sastrawan terdahulu. Salah satu tokoh sastrawan Indonesia yang namanya sudah tak asing bagi beberapa kalangan masyarakat yaitu, Maestro Affandi yang terkenal melekat dengan gaya ekspresionismenya dalam berseni.
Affandi yang lahir pada tahun 1907, saat Indonesia masih berada di bawah jajahan Belanda adalah sosok yang memiliki peran penting dalam perkembangan seni rupa modern di Indonesia. Keunikan Affandi dalam berperilaku sekaligus menggeluti dunia seni sebagai seorang pelukis, menjadi pembeda bagi Affandi dengan sastrawan lainnya. Atas kesadarannya sendiri, beliau menyebut dirinya sebagai “Pelukis Kerbau”.
ADVERTISEMENT
Meskipun sebutan tersebut seakan melambangkan sifat yang kurang baik, namun nyatanya terdapat pelajaran yang bisa diteladani dari kesuksesan Affandi, di antaranya sebagai berikut:

1. Tidak Hidup dengan Membatasi Diri

Setiap individu memiliki keterbatasan yang tidak bisa dilampaui oleh dirinya, namun bagaimana pada akhirnya individu tersebut bisa memandang keterbatasan yang ada sebagai sebuah tantangan untuk dilalui dengan cara pandang masing-masing. Affandi mengakui bahwa dirinya tidak peduli akan teori karena beliau memiliki pemahamannya sendiri dalam berekspresi.
Ternyata hal tersebut dapat memunculkan kenyentrikan yang mengantarkan Affandi untuk menjelajahi dunia hingga benua Eropa. Affandi berhasil menjadi seniman pertama dari Indonesia yang mengikuti Venice Art Biennale, yakni pameran seni tertua yang digelar di Venesia Italia tahun 1954, untuk para seniman dunia memajang karyanya.
ADVERTISEMENT
Sebagai pelukis produktif yang terkenal dengan gaya ekspresionisme dan romantisme, kurang lebih Affandi menghasilkan 2.000 lukisan yang kini karya-karyanya dapat dilihat di Museum Affandi Yogyakarta.

2. Memaksimalkan Kesempatan yang Ada

Adanya sebuah privilege memang tidak bisa dipungkiri, terdapat jalan yang dapat lebih mudah dilalui bagi orang yang memiliki kesempatan tersebut. Namun, tidak semua orang mampu memanfaatkan setiap kesempatan untuk bisa berproses menjadi lebih baik.
Affandi memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan formal tinggi hingga tingkat Algemene Middelbare School (AMS), karena beliau lahir di lingkungan yang cukup berada. Dengan kesempatan tersebut akhirnya Affandi dapat menumbuhkan kemampuan melukis secara otodidak, meskipun awalnya beliau menggambar hanya untuk kesenangan diri dan tanpa sebuah pengalaman dalam bidang seni rupa.
ADVERTISEMENT
Tak disangka Affandi dapat menggunakan teknik-teknik menggambar yang mampu menarik perhatian berbagai kalangan. Salah satunya yaitu teknik pelototan atau menumpahkaan cat dari tube-nya langsung pada kanvas dan menyapukan, membentuk serta melukiskannya tanpa kuas, alias langsung dengan jari jemarinya.

3. Mau Mencoba Berbagai Hal Baru

Untuk mencapai titik kesuksesan yang diinginkan, diperlukan berbagai usaha yang patut dilewati meskipun terkadang tidak sesuai dengan harapan. Pengalaman tersebut nantinya dapat mengajarkan perihal cara memandang sebuah makna dari sisi lain.
Bekerja menjadi seorang tukang sobek karcis bioskop, pembuat papan reklame, bahkan guru adalah pengalaman yang pernah dilalui Affandi. Memang yang dilakoni tersebut tidak bertahan lama karena Affandi lebih memilih berfokus untuk menggambarkan realitas menggunakan kanvas dan cat sebagai seorang seniman, tetapi setidaknya Affandi tidak takut ataupun gengsi untuk berkecimpung dalam bidang lain.
ADVERTISEMENT

4. Berbaur dengan Orang-orang yang Satu Tujuan

Lukisan Affandi. Foto: Teuku Muhammad Valdy/kumparan
Bergabung dengan orang hebat yang memiliki tujuan sama adalah salah satu faktor penting untuk menggapai kesuksesan untuk dapat bersama-sama berkembang dan belajar. Affandi pernah tergabung dalam “Kelompok Lima” yang dalam prosesnya membantu Affandi untuk memiliki ciri khas dalam melukis, yakni Affandi lebih berfokus pada lingkup humanis untuk menggambarkan perjuangan masyarakat kecil.
Affandi juga turut ambil peran dalam menyiapkan propaganda positif melalui poster yang menyerukan serta menggalang seluruh masyarakat Indonesia dalam proklamasi kemerdekaan, bersama tokoh-tokoh hebat lainnya.

5. Mencintai Diri Sendiri

Untuk maksimal dalam berusaha, dibutuhkan kepercayaan pada diri sendiri serta refleksi untuk mengetahui setiap komponen yang ada dalam diri masing-masing. Dengan ribuan karya lukisannya, Affandi juga dikenal gemar melukis potret, salah satunya merupakan potret dirinya sendiri. Bagi Affandi, dirinya sendiri adalah passionnya sehingga ia pun tak segan untuk menggambarkan dirinya dengan goresan dan warna yang terlihat lebih kegelapan.
ADVERTISEMENT
Melukis untuk pertama kalinya pada tahun 1936 hingga tutup usia pada tahun 1990, Affandi sebagai seniman lebih memaknai pengungkapan pengalaman emosional dibandingkan sekadar realitas fisik.
Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwa menjadi berbeda bukanlah suatu kegagalan melainkan bisa menjadi sebuah potensi untuk menciptakan karakteristik baru yang menarik perhatian banyak orang dalam menciptakan sebuah inovasi ataupun karya, layaknya yang dilakukan Maestro Affandi.