Konten dari Pengguna

Pola Asuh Overprotektif, Yuk Berikan Ruang demi Perkembangan Anak

Aathirah Aura Zahra
mahasiswa psikologi Universitas Pembangunan Jaya
4 Juni 2023 8:20 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aathirah Aura Zahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
sumber : Pixabay
ADVERTISEMENT
Memiliki anak tumbuh dengan sehat, aman, dan dewasa adalah tantangan juga harapan terbesar bagi orang tua. Khususnya seorang ibu yang setengah harinya dikeluarkan untuk merawat buah hati kesayangannya. Tidak heran jika ada beberapa orang tua yang melarang buah hatinya untuk melakukan hal berbahaya dan mendapatkan pertemanan yang buruk.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya orang tua memiliki keinginan untuk melindungi sang anak sehingga tanpa sadar tidak ada sedikit kebebasan untuk anak yang disebut dengan overprotective.
Walaupun memiliki tujuan yang baik, akan tetapi nyatanya melindungi anak tanpa memberikan sedikit kebebasan bisa mengganggu perkembangan sang anak.
Menurut (Sutafti & Rasyid, 2022) pola asuh overprotective merupakan perilaku orang tua dengan cara melindungi sang anak dari bahaya fisik ataupun psikis yang berlebihan dan cenderung tidak memberikan kebebasan pada anak sehingga anak sulit menentukan keputusan sendiri. Hal ini akan berdampak pada tahap perkembangan psikososialnya.
Setiap tahap perkembangan sosial mengalami krisis psikososial baik secara positif maupun negatif. Erikson (1968) juga mengatakan bahwa masa peralihan anak-anak menuju remaja yaitu, tahap ketiga hingga kelima merupakan tahap paling penting dalam perkembangan anak.
ADVERTISEMENT

Hubungan Pola Asuh dan Perkembangan pada Anak

Ilustrasi anak dengan orang tua. Foto: Prostock-studio/Shutterstock
Perkembangan dimulai sejak lahir hingga dewasa. Menurut teori Erikson, yaitu stages of psychosocial development, usia 1-2 tahun merupakan tahap di mana bayi butuh rasa percaya dari pengasuh. Tahap awal ini menjadi fondasi awal pembentukan karakter sang anak di tahapan selanjutnya, yaitu masa kanak kanak dan masa prasekolah.
Tahapan ini diawali di usia 3-6 tahun yaitu pada masa kanak-kanak. kemandirian mulai memasuki pada anak di mana anak mulai kenal dengan dunianya. Tahap inilah anak mulai berdiri,berjalan, bermain tanpa bantuan orang lain. Kegagalan pasti ada dalam proses ini, sehingga peran orang tua sangatlah penting di tahap ini.
Kesalahan pola asuh bisa menyebabkan anak mengalami rasa malu dan ragu ragu. Saat anak melakukan kesalahan, orang tua tidak seharusnya terlalu memotivasi atau memecahkan masalahnya apalagi mengaturnya.
ADVERTISEMENT
Jika tahapan kanak-kanak terpenuhi maka di tahap ketiga di usia 3-6 tahun anak akan mempunyai inisiatif yang tinggi. Karena di tahap ini anak akan menghasilkan karya dan mulai bermain dengan sebayanya. Anak akan merespons tantangan kehidupannya dengan positif (Valentino Reykliv Mokalu1, 2021).
Ilustrasi anak belajar dengan orang tua. Foto: Art_Photo/Shutterstock
Di sinilah peran orang tua untuk tidak menghakimi dan memarahi sang anak. Orang tua dapat mengambil langkah seperti memberikan pujian dan pesan yang baik kepada anak. Tujuannya disaat anak memasuki usia sekolah dasar yaitu usia 6-11 tahun anak akan timbul rasa percaya diri.
Pada tahap usia dasar orang tua overprotective cenderung mengatur karya, bakat dan minat anak. Jika bakat dan minatnya tidak sesuai dengan orangtuanya, maka orang tua tersebut akan memarahinya tanpa mendengarkan pendapat anak terlebih dahulu .
ADVERTISEMENT
Jika pola asuh overprotective diberikan pada masa kanak-kanak maka akan berpengaruh pada usia remajanya di usia 12-18 yaitu kesulitan dalam pembentukan identitas.
Anak juga akan merasa takut terhadap pilihannya sehingga selalu bergantung kepada orang lain. Hal ini terjadi karena anak selalu merasa bahwa keputusan yang dipilih merupakan keputusan yang salah, sedangkan pilihan orang lain pasti benar.

Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua dan Anak?

Ilustrasi anak dan orang tua mengerjakan pekerjaan rumah. Foto: Quality Stock Arts/Shutterstock
Orang tua pasti ingin mendapatkan anaknya yang terbaik, dan sebaliknya anak pun demikian. Maka dari itu diperlukan adanya komunikasi yang baik antara orang tua dan anak tanpa menghakimi .
Ada cara lain supaya tahap perkembangan pada anak terpenuhi dengan baik, seperti bersikap tegas dan berikan pengertian jika anak melakukan kesalahan, kemudian berikan motivasi yang membangun saat anak mengalami kegagalan.
ADVERTISEMENT
Dapat disimpulkan bahwa orang tua sangat mempunyai peran penting pada perkembangan anak. Anak juga membutuhkan ruang untuk kebebasan dalam berekspresi dan melakukan aktivitasnya.
Jika orang tua menerapkan pola asuh overprotective ini maka, perkembangan anak akan melambat dan akan menimbulkan rasa ragu-ragu, rendah diri, dan rasa bersalah pada diri individu. maka dari itu, orang tua harus bijak dalam mengambil langkah untuk memberikan pengasuhan untuk anak.