Fitrul dan Kisah yang Berulang

Abdi Rafi Akmal
Masih kuliah di Universitas Brawijaya, sembari jadi freelancer content creator di Ruang Taktik. Pernah juga aktif sebagai wartawan kampus dan wartawan media cetak.
Konten dari Pengguna
23 April 2022 11:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdi Rafi Akmal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dari Timur Kembali Ke Barat”. Sebuah pesan yang begitu kuat menandai kedatangan pemain baru di posisi penjaga gawang. Di antara tulisan tersebut, tersemat rupa seorang pemain yang dimaksud, lengkap dengan balutan jersey kiper Persib. Ia adalah Fitrul Dwi Rustapa.
ADVERTISEMENT
Perlu waktu enam tahun bagi Fitrul berkelana ke sana kemari untuk bisa sampai ke Persib. Perjalanan yang dilalui pun terbilang tidak mudah. Alih-alih merasakan manis, ia malah lebih sering merasakan pahit dari karier profesionalnya.
Fitrul sudah terbiasa berada di bawah bayang-bayang kiper utama. Tak mudah baginya untuk bisa mendapat menit bermain. Yang paling mengesakkan tentu saja nasib klub yang dibelanya. Begitu mulai diberi banyak menit bermain, dua klub terakhir yang dibelanya malah degradasi di akhir musim.
***
Fitrul lahir dan besar di Garut, Jawa Barat. Dari sana, titian awal karier sepak bola profesionalnya bermula. Semuanya benar-benar dimulai dari bawah.
Ia memulai perjalanannya secara perlahan, tapi pasti. Tidak ada rekam jejak yang terlampau mewah saat masa remajanya bermain sepak bola. Capaian istimewanya paling hanya bermain di Pekan Olahraga Kabupaten dan Pekan Olahraga Provinsi, lalu bergabung dengan Persigar Garut.
ADVERTISEMENT
Kesempatan untuk melanjutkan mimpinya menjadi pemain sepak bola profesional terbuka ketika usianya belum genap 20 tahun. Fitrul kala itu diajak bergabung ke Persegres Gresik United U-21. Terbentang jarak nyaris 700 km antara tanah kelahirannya dengan klub yang berbasis di Gresik, Jawa Timur itu.
Namun, tekad menjadi pesepakbola sudah bulat. Konsekuensi terpisah ratusan kilometer dari rumah tampaknya tidak terlalu menjadi masalah. Terpenting bagi Fitrul muda adalah berada di dalam lingkungan yang memungkinan dirinya bisa tembus ke lanskap sepak bola nasional. Singkat cerita, berangkatlah ia ke Gresik.
Satu tahun menempa diri di tim junior rupanya sudah cukup meyakinkan tim pelatih untuk mempromosikannya ke tim senior. Sebagai pemain promosi, Fitrul diplot menjadi kiper lapis ketiga Persegres Gresik United untuk mengarungi Liga 1 2017. Selain dirinya, masih ada sosok kiper senior Aji Saka dan kiper muda potensial berlabel timnas Satria Tama.
ADVERTISEMENT
Persaingan menembus tim utama sekilas seperti sulit terwujud. Fitrul hanya sebagai pemain promosi kala itu. Belum lagi, ia dihimpit dua pemain yang masing-masing punya pengalaman dan kualitas.
Meski demikian, takdir menyiapkan kejutan buat dirinya. Tama mengalami cedera di pertandingan pertama Liga 1 2017 melawan Persipura. Dengan demikian, Saka dipercaya menjadi kiper utama untuk sementara waktu. Sedangkan Fitrul otomatis menjadi pelapis kedua.
Ia langsung didaftarkan menjadi pemain cadangan Persegres di pertandingan kedua saat menjamu Semen Padang. Tak lama berselang, debutnya terwujud di pertandingan selanjutnya ketika bersua Borneo di pekan ketiga.
Performa Saka yang inkonsisten, ditambah dengan Tama yang kerap dipanggil ke timnas, membuka peluang Fitrul untuk bisa dimainkan lebih sering. Peluang itupun tidak disia-siakannya. Setiap kali dimainkan, pemain dengan postur 177 cm itu mampu tampil memukau.
ADVERTISEMENT
Ia menegaskan diri bahwa ia seorang shot-stopper yang potensial. Refleksnya yang cekatan ditunjang dengan rentang lengan yang lebar. Belum lagi ia berani dan bisa memperhitungkan dengan cermat untuk keluar dari areanya demi menyelamatkan gawang.
Pertandingan pekan ke-29 antara Persegres melawan Persija Jakarta memperlihatkan betapa tangguhnya Fitrul mengawal gawang. Walaupun timnya takluk 0-5, ada 13 penyelamatan dibuatnya hari itu di depan puluhan ribu pendukung tim lawan yang memadati Stadion Gelora Bung Karno. Itu menjadi jumlah penyelamatan tertinggi dalam satu pertandingan di musim tersebut.
Kiper yang awalnya menempati prioritas ketiga di skuad Persegres rupanya bisa mencatatkan 15 penampilan dalam semusim. Jumlah itu lebih tinggi dari dua kiper yang tadinya diharapkan lebih sering tampil, Tama dan Saka, yang masing-masing cuman main sembilan kali.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Fitrul tak mampu sendirian mengangkat performa timnya yang tampil jauh di bawah ekspektasi. Di musim itu, ia harus memungut bola 43 kali dari gawangnya. Pemain kelahiran tahun 1995 itu bahkan tak pernah mencicipi kemenangan selama tampil di lapangan. 14 kali mengalami kekalahan, satu pertandingan lainnya berakhir imbang.
Persegres Gresik United total menelan 28 kekalahan dari 34 pertandingan. Hasil tersebut menempatkan Kebo Giras berada di posisi klasemen paling buncit di akhir musim. Tak hanya itu, gawang mereka kebobolan sampai 104 kali.
Fitrul tak lantas turun divisi ketika Persegres terdegradasi ke Liga 2. Ia sempat dipinang Persela Lamongan untuk mengikuti Piala Presiden. Namun, ya sebatas turnamen itu saja. Kontraknya tak diperpanjang untuk musim kompetisi 2018. Lalu, datanglah tawaran dari Persipura Jayapura.
ADVERTISEMENT
Persipura kala itu merupakan salah satu kekuatan utama di Liga 1. Empat titel pernah direngkuh. Maka bergabung dengan klub sebesar Persipura jelas jadi lompatan besar Fitrul dalam perjalanan kariernya.
Namun, ia kembali dihadapkan pada persaingan dengan kiper sarat pengalaman, Dede Sulaiman. Dede dengan segera menjadi pilihan utama di bawah mistar, semenjak ditinggal pergi kiper asing Yoo Jae-hoon. Kesempatan mendapat menit bermain jadi teramat minim.
Dalam tiga musim pertamanya berseragam Mutiara Hitam, tak sekalipun Fitrul diberi kesempatan melakukan debut. Ia bahkan sempat kalah saing dengan kiper muda Persipura lainnya, Mario Londok.
Fitrul rupanya tidak menyerah. Manajemen tim juga melihat tekad kuat pemain asli Garut tersebut. Sodoran pembaharuan kontrak untuk tinggal di Jayapura selalu datang di setiap musimnya. Mungkin manajemen dan tim pelatih masih berharap ada potensi yang masih belum dikerahkan secara maksimal oleh Fitrul.
ADVERTISEMENT
Penantian panjang itu akhirnya berbuah manis. Dede yang masih dalam pemulihan cedera ACL, otomatis membuat Geri Mandagi diturunkan sejak menit awal di pekan ke-1 Liga 1 2021/2022 melawan Persita Tangerang, lalu Fitrul mengantre di belakangnya.
Geri ternyata tampil tak sesuai ekspektasi pelatih. Di pertandingan berikutnya, giliran Fitrul yang mentas. Meski menelan kekalahan 0-1 atas Persela, Fitrul mulai diberi kepercayaan lebih sering sejak saat itu. Ia nyaris tidak tergantikan selama setengah musim berjalan.
Mirip seperti yang terjadi di Persegres empat tahun sebelumnya, Fitrul tak menyia-nyiakan kesempatan. Identitas shot-stopper yang melekat pada dirinya tetap berlanjut dengan banyak peningkatan di sejumlah atributnya.
Ia bereaksi sangat baik terhadap tembakan lawan, baik itu dari jarak dekat ataupun jarak jauh, pakai kaki atau kepala. Pemosisiannya juga seringkali membantunya menghadapi tendangan lawan bertipe powershot, sehingga bisa melakukan penyelamatan.
ADVERTISEMENT
Tak heran, Fitrul mampu melakukan total 80 penyelamatan dalam semusim atau 3,08 penyelamatan di setiap pertandingannya. Ia sukses mereduksi total kebobolannya dari 43 gol saat di Persegres menjadi hanya 35 gol saat di Persipura. Itu diraihnya di pertandingan yang nyaris dua kali lebih banyak, yaitu 26 penampilan di musim 2021/2022.
Namun, performa Fitrul yang meningkat tak diiringi dengan kualitas Persipura. Klub kebanggaan warga Papua itu lebih sering berkutat di zona degradasi, sampai akhirnya benar-benar terdegradasi. Raihan 36 poin, hasil dari sepuluh kemenangan, sembilan hasil seri, dan 15 kekalahan, hanya bisa menempatkan mereka di posisi ke-16 klasemen akhir. Persipura pun turun kasta untuk pertama kalinya.
***
Bergabungnya Fitrul dengan Persib untuk kompetisi 2022/2023 seolah seperti kisah yang berulang. Bukannya mendapat jaminan sebagai prioritas pertama, Fitrul kembali dihadapkan pada persaingan ketat menjadi kiper utama. Situasi yang nyaris sama ketika memulai perjalanannya di Persegres dan Persipura.
ADVERTISEMENT
Persib punya Teja Paku Alam yang tampil luar biasa di bawah mistar sepanjang musim lalu. Sulit membayangkan Fitrul tiba-tiba jadi pilihan utama menggantikan Teja di musim depan. Apalagi masih ada I Made Wirawan sebagai kiper senior.
Namun, Fitrul harusnya bisa sedikit lebih lega. Persib tak hanya akan berkompetisi di Liga 1, tetapi juga AFC Cup. Jika memang Teja tetap menjadi pilihan utama di kedua kompetisi tersebut, maka akan ada waktunya pelatih harus melakukan rotasi.
Ketika rotasi itu tiba, Fitrul tak boleh menyia-nyiakan peluangnya. Ya, seperti biasa.