Konsistensi Teja

Abdi Rafi Akmal
Masih kuliah di Universitas Brawijaya, sembari jadi freelancer content creator di Ruang Taktik. Pernah juga aktif sebagai wartawan kampus dan wartawan media cetak.
Konten dari Pengguna
14 Maret 2022 15:14 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdi Rafi Akmal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Teja Paku Alam. Sumber: Situs Resmi Persib Bandung.
zoom-in-whitePerbesar
Teja Paku Alam. Sumber: Situs Resmi Persib Bandung.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Performa Teja Paku Alam di Persib Bandung musim ini bisa dibilang anomali. Sampai pekan ke-31, Teja masuk dalam jajaran teratas kiper dengan jumlah penyelamatan terbanyak. Sesuatu yang tidak biasa bagi kiper tim papan atas.
ADVERTISEMENT
Disadur dari Lapangbola, 95 penyelamatan telah dilakukan Teja. Jumlah ini hanya kalah dari total 100 penyelamatan yang sudah dicatatkan Andritany Ardhiyasa (Persija Jakarta). Di bawah mereka, Syahrul Trisna (Persikabo 1973) dengan 84 penyelamatan, Miswar Saputra (PSS Sleman) 83 penyelamatan, dan Fitrul Dwi Rustapa (Persipura Jayapura) yang sudah melakukan 80 penyelamatan.
Logikanya, untuk bisa menciptakan banyak penyelamatan, maka kiper harus menghadapi banyak tendangan tepat sasaran. Namun, tentu ada konsekuensinya. Selain berpotensi melakukan banyak penyelamatan, kemungkinan kebobolannya juga lebih besar karena terlalu sering diserang.
Itu lah kenapa Fitrul bisa merangsek ke daftar teratas statistik tersebut, meski Persipura terjerembab di zona degradasi. Ia menghadapi banyak tembakan yang membuatnya juga melakukan penyelamatan. Di sisi lain, volume serangan yang tinggi menyebabkan kemungkinan kebobolannya juga tinggi.
ADVERTISEMENT
Nasib Persib jelas bak bumi dan langit dengan Persipura di musim ini. Persib baru kebobolan 20 gol dari 31 laga yang telah dijalani. Itu merupakan jumlah kebobolan paling sedikit kedua di antara partisipan Liga 1 lainnya. Maung Bandung juga berada di trek juara usai mengandaskan perlawanan Madura United 3-2, Minggu (13/3) malam. Klok dan kolega menempel ketat Bali United di puncak klasemen dengan poin sama 66. Bali sendiri baru akan bermain kemudian.
Tentu saja, ada peran signifikan Teja untuk membantu Persib terus melesat ke papan atas klasemen, sekaligus menjaga gawang aman dari kebobolan. Sebab, ia sudah mencatatkan 23 penampilan mengawal gawang klub kebanggaan Bobotoh. Bersanding dengan 95 penyelamatan yang telah dibuatnya, 12 nirbobol juga sudah dibukukan kiper berusia 27 tahun tersebut. Impresif.
ADVERTISEMENT
Itulah kenapa performanya musim ini bisa dikategorikan sebagai anomali. Kiper tim papan atas biasanya tidak akan terlalu banyak melakukan penyelamatan karena serangan lawan bakal diredam lebih dulu oleh rekan-rekannya.
Mari ambil contoh tim dengan kebobolan paling sedikit, yaitu Arema. Singo Edan sampai pekan ke-30 kebobolan 20 gol. Kiper asing utama mereka, Adilson Maringa yang sudah tampil 26 kali, “baru” bisa melakukan 71 penyelamatan. Padahal, Maringa tampil lebih banyak. Tetapi perlu digarisbawahi, jumlah tersebut tidak serta merta membuktikan Maringa tidak piawai dalam melakukan penyelamatan, tetapi bisa saja karena serangan lawan dihentikan lebih dulu oleh pertahanan berlapis Arema sehingga kiper asal Brazil tersebut tidak perlu bekerja sekeras Teja.
Adilson Maringa dan Teja Paku Alam berebut bola di udara ketika kedua tim bertemu pada pekan ke-30. Sumber: Situs Resmi Persib Bandung.
Alih-alih bersaing untuk urusan jumlah penyelamatan, kiper tim papan atas umumnya bersaing untuk urusan berapa kali gawangnya tidak kebobolan. Hanya saja, Teja membuktikan dia sanggup melakukan keduanya: melakukan banyak penyelamatan dan sering mengamankan gawang Persib dari kebobolan.
ADVERTISEMENT
***
Memang betul, Liga 1 2021/2022 baru menjadi musim pertama Teja menjalani satu kompetisi penuh bersama Persib. Namun, apa yang ditampakkanya musim ini bukan keberuntungan semata. Penampilan tangguhnya adalah buah dari konsistensi yang ia lakukan sepanjang empat tahun terakhir bersama dua klub berbeda, Sriwijaya FC dan Semen Padang.
Pemain kelahiran Painan, Sumatera Barat itu lima musim berada di tim senior Sriwijaya FC. Di sana, kariernya lebih banyak dihabiskan sebagai kiper pelapis. Kesempatan baru datang lebih banyak memasuki tahun keempatnya mengabdi. Teja yang baru berusia 23 tahun saat itu mencatatkan 26 penampilan di Liga 1 2017 dan membantu Laskar Wong Kito menempati peringkat ke-11 di akhir musim. Pada Liga 1 2018, kesempatan bermain datang lebih sering. Kali ini mencapai 32 penampilan. Sayangnya, Sriwijaya terdegradasi karena berada di peringkat ke-17 di klasemen akhir.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan usianya yang semakin matang dan jam terbang yang semakin tinggi, Teja mulai menguak potensinya. Ia tercatat menjadi kiper dengan penyelamatan terbanyak pada musim 2018 dengan 89 penyelamatan.
Catatan tersebut berhasil menarik minat beberapa klub Liga 1. Dan klub yang beruntung mendapatkan tanda tangannya adalah Semen Padang yang sama-sama berasal dari Sumatera Barat. Teja diikat kontrak satu tahun.
Nasib apes kembali menghinggapi klub yang dibelanya. Kabau Sirah harus terdegradasi ke Liga 2 setelah hanya mampu finish di peringkat ke-17. Pada musim tersebut, Teja mencatatkan 25 penampilan. Namun, sekali lagi, Teja menunjukkan jati dirinya sebagai kiper tangguh. Buktinya, 96 penyelamatan mampu dibukukannya. Jumlah itu yang tertinggi di antara kiper-kiper lainnya pada musim 2019.
ADVERTISEMENT
Persib sampai kepincut meminangnya pada awal musim 2020. Padahal, Maung Bandung sudah punya empat kiper kala itu: I Made Wirawan, Muhammad Natshir, Dhika Bayangkara, dan Aqil Savik. Maung Bandung dalam proses mencari kiper yang tak hanya benar-benar siap, namun juga sudah teruji tangguh di bawah mistar. Kriteria itu tentu melekat pada diri Teja.
Performa gemilang Teja membuat tim pelatih Persib, lalu direstui manajemen, memutuskan tetap mendatangkan kiper kelima. Kebetulan pada waktu tersebut, kondisi Natshir masih dalam pemulihan cedera dan usia Wirawan sudah menginjak 38 tahun. Aqil berusia muda, tetapi masih kurang jam terbang. Dhika yang usianya tidak jauh beda dengan Teja tidak memiliki rejam jejak yang cantik seperti apa yang dimiliki Teja dalam CV-nya.
ADVERTISEMENT
Keseriusan Persib menggunakan jasa Teja sebagai kiper utama mulai terlihat sejak kedatangannya. Natshir dan Aqil sampai harus dipinjamkan ke Bandung United di Liga 3. Pasalnya, Persib hanya ingin memiliki tiga kiper untuk musim 2020. Namun, seperti yang diketahui, Liga 1 2020 dihentikan setelah berjalan tiga pekan. Pertandingan tidak bisa digelar karena keadaan pandemi. Kompetisi terpaksa diakhiri lebih awal. Dan ya, Teja gagal melanjutkan tren positifnya.
***
Konsistensi Teja sebagai kiper tangguh rupanya tidak berangsur hilang setelah nyaris setahun ‘berlibur’. Bahkan ketika cedera patah hidung sempat menerpanya sebelum musim 2021 dimulai, ketangguhan itu tetap melekat. Bisa kita saksikan musim ini betapa tangguhnya Teja di bawah mistar Persib; Refleksnya cekatan, pembacaan permainannya cermat, caranya melompat dan merenggangkan jangkauan lengan mampu melindungi gawang Persib.Teja pun kin dengan cepat menjadi idola baru di kalangan Bobotoh.
Aksi Teja mengamankan gawangnya saat bersua Madura United di pekan ke-31. Sumber: Situs Resmi Persib Bandung.
Banyak yang berandai, tanpa penampilan ciamiknya, Persib mungkin bakal tercecer dari persaingan gelar juara. Perandaian tersebut bisa jadi benar. Di sejumlah pertandingan, Persib banyak dihujani serangan lawan maupun tembakan tepat sasaran. Beruntung ada Teja. Serangan dan tembakan tersebut bisa dihalau.
ADVERTISEMENT
Persib tentu berharap banyak pada konsistensi Teja di tiga laga terakhir musim ini dalam perebutan gelar juara. Selepas itu, konsistensi Teja juga patut dinantikan. Mampukah ia mempertahankan performa ini di tim sebesar Persib dan menjadi pilihan utama untuk beberapa musim ke depan?