Manchester United Sudah Dipastikan Tidak Mendapatkan Gelar Musim Ini

Abdiel Utomo
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro
Konten dari Pengguna
17 Maret 2022 15:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdiel Utomo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pertandingan leg ke-2 antara Manchester United melawan Atletico Madrid. Source : Instagram @manchesterunited
Pada hari Rabu dini hari (16/03/2022), Manchester United menjamu Atletico Madrid dalam lanjutan babak 16 besar liga champions eropa. Pada pertandingan leg pertama, kedua tim bermain imbang 1-1 di kandang Atletico Madrid. Pada pertandingan leg ke dua, Atletico berhasil menang dengan skor 0-1 sekaligus menghantarkan pasukan Diego Simeone melaju ke babak 8 besar.
ADVERTISEMENT
Kita tahu bahwa musim ini, kedua tim sama-sama sedang terpuruk di liganya masing-masing, namun perhatian lebih tertuju pada Manchester United. Tim yang dipenuhi oleh nama-nama besar seperti Cristiano Ronaldo, David De Gea, Edinson Cavani dan masih banyak lagi menunjukan performa yang tidak sesuai ekspetasi.
Pada awal musim 2021/2022, banyak orang memprediksi bahwa MU akan bisa bersaing dengan Liverpool dan Manchester City dalam perburuan gelar Liga Inggris serta bisa berbicara banyak di kancah sepakbola eropa. Tak disangka, pada Bulan Maret 2022 Manchester United sudah dipastikan puasa gelar (lagi) setelah mereka dikalahkan Atletico Madrid di babak 16 besar liga champions eropa.
Namun apa yang sebenarnya membuat Manchester United tampil tidak konsisten hingga menyebabkan mereka puasa gelar pada musim ini?
ADVERTISEMENT
Secara permainan, pemain MU bisa dikatakan bahwa mereka bisa menjalankan instruksi dari Rangnick, walaupun performa mereka sering naik turun bahkan seringkali hanya bermain bagus dalam satu babak saja.
Performa yang tidak konsisten ini menunjukan bahwa mental dari pemain Manchester United sedang tidak baik-baik saja. Dalam kasus ini, peran pelatih menjadi faktor penting untuk meningkatkan motivasi pemain, namun nyatanya Rangnick tidak menguasai hal tersebut.
Foto Ralf Rangnick. Source : Instagram @manchesterunited
Ketika masih dibawah asuhan Ole, para pemain MU menunjukkan performa yang apik melalui skill individu mereka serta peran playmaker yang dimainkan Bruno Fernandes dengan apik. Namun pada musim ini, entah mengapa pemain-pemain MU bisa dibilang tidak dalam performa terbaiknya.
ADVERTISEMENT
Kapten Manchester United, Harry Maguire menjadi sorotan utama karena sering melakukan blunder. Marcus Rashford juga sering sekali melakukan keputusan yang egois dan tidak menunjukkan kapasitasnya sebagai winger.
Bahkan Bruno Fernandes pada musim ini bisa dikatakan performanya menurun, kreativitas tidak berjalan, passing yang diberikan juga tidak terlalu bagus bahkan sering tidak sampai ke pemain MU yang lain.
Belum lagi pemain-pemain seperti Fred dan McTominay yang sering bermain jelek dengan meninggalkan posisi mereka yang akhirnya membuat lini tengah MU menjadi keteteran.
Cristiano dan Cavani yang ditugaskan sebagai ujung tombak juga sering tampil inkonsisten, disamping permasalahan mereka yang jarang mendapatkan suplai bola dari pemain-pemain yang bermain dibelakangnya.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu yang lalu, dunia sepakbola dihebohkan dengan kasus kekerasan yang dilakukan oleh Greenwood terhadap kekasihnya. Hal ini menyebabkan Greenwood dilarang manajemen MU untuk mengikuti pertandingan dan latihan bersama skuad. Padahal, Greenwood sendiri merupakan salah satu pemain andalan sejak zaman Ole.
pada permasalahan Manchester United ini kita bisa belajar, bahwa dengan mendatangkan pemain bintang seperti Cristiano, Sancho dan Varane hingga menggusur Ole dari kursi kepelatihan dan digantikan oleh Ralf Rangnick, tidak cukup untuk membuat sebuah tim yang tampil konsisten atau bahkan memenangkan gelar. Semua tim butuh sebuah proses untuk membentuk kekuatan yang cukup untuk menghantarkan mereka dalam jalur kemenangan.