Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kajian Sejarah Intelektual: Pentingnya Peran Tokoh Lokal Indonesia
16 Desember 2020 10:02 WIB
Tulisan dari Abdul Fattah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penulisan sejarah Indonesia pascakolonial tidak terlepas dari pemahaman teoritik tentang apa yang tercakup sebagai fakta sejarah sehingga sejarah hanya dikaitkan dengan sesuatu yang socialy significant, seperti penjelasan dalam artikel Bambang Purwanto tentang Historisme Baru dan Kesadaran Dekontruktif. Hal ini berdampak pada peristiwa sosial khususnya kehidupan sehari-hari masyarakat tidak memiliki sejarah, dan tidak heran jika narasi kajian sejarah dalam kehidupan sehari-hari ditulis oleh sejarawan nonIndonesia. Berkaitan dengan historiografi sepertinya telah dikembangkan pada Fajar Budi dan menaruh perhatian besar terhadap alam pikiran manusia pada masa silam.
ADVERTISEMENT
Melihat hal tersebut menunjukkan bahwa sejarah intelektual memiliki tempat sendiri dalam pengkajiannya dan menjadikan kesadaran para sejarawan bahwa struktur dalam alam pikiran manusia lebih lama bertahan dibanding dengan struktur sosial-ekonomis. Hal tersebut karena struktur alam pikiran manusia langsung dapat memengaruhi perbuatan manusia tersebut. Berbicara tentang sejarah intelektual, sejarah intelektual merupakan sejarah yang mempelajari tentang etos, jiwa, ide, atau nilai-nilai yang memengaruhi kehidupan manusia atau masyarakat, bangsa dan negara dari dahuli hingga sekarang, sampai pada ideologi atau etos kerja menjadi bagian dari perubahan dan perkembangan masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan beberapa pendapat para tokoh di atas yang memiliki ketertarikan terhadap tentang sejarah intelektual, di mana pandangan pendangan mereka cukup logis jika dilihat dalam Historiografi Indonesiasentris.
ADVERTISEMENT
Meskipun pengkajian sejarah sekarang dikontruksi ke arah Indonesiasentris tetapi hal tersebut memperoleh cukup banyak yang kritik. Peluang tersebut menurut saya ada pada bidang kajian sejarah intelektual. Penulisan sejarah sebelumnya selalu berkaitan dengan politik, raja, bangsawan dan semacamnya, bukankah itu menjadi suatu kebosanan tersendiri? Sejarah seharusnya bersifat diakronis yang berarti memanjang dalam waktu dan menyempit dalam ruang. Ruang lingkup sejarah tidak hanya tentang hal tersebut, namun kenyataannya sejarah Indonesia dikontruksi seperti itu. Hal ini sejarah intelektual menjawab pertanyaan tersebut dan sekaligus menjawab pertanyaan atas siapa yang menggerakkan sejarah, dan bagaimana pemikiran-pemikiran seorang tokoh?
Menurut saya sejarah intelektual dapat memperkaya dan mendekatkan pada historiografi indonesiasentris, mengutip dari Sartono Kartodirjo sejarah intelektual mencoba mengungkapkan latar belakang sosio-kultural para pemikir agar dapat mengetahui faktor sosio-kultural yang mempengaruhinya, misal faktor budaya. Keberagaman yang dimiliki Indonesia sebagai negara besar akan adat istiadatnya ini merupakan peluang bagi sejarawan Indonesia untuk dapat menulis sejarah Indonesia, khususnya pemikiran-pemikiran tokoh lokal Indonesia. Bagaimana seorang tokoh dapat mencetuskan pemikiran atau gagasan atau bahkan sebuah ide, hal tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan sosio-kultural yang mempengaruhinya. Misalkan tokoh dunia yaitu Karx Mark yang mencetuskan ideologi Marxisme, hal tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan di sekeliling Marx tentang kaum buruh dan penolakan Marx atas kapitalisme, zaman Yunani muncul intelektual misalkan Herodotus. Hasil pemikiran tokoh-tokoh tersebut juga nantinya akan menghasilkan sebuah ideologi seperti liberalisme, sosialisme, nasionalisme dan ideologi lainnya.
ADVERTISEMENT
Sejarah intelektual secara tidak langsung juga membahas tentang historiografi tokoh-tokoh lebih rinci terhadap pemikiran ataupun idenya, Hal ini menjadi babak baru bahwa Historiografi Indonesiasentris dapat dilakukan mulai dari tokoh-tokoh lokal serta pemikirannya. Banyak sekali tokoh intelektual Indonesia tentang gagasan atau ide-idenya. Hal ini juga perlu mendapatkan tempat dalam Historiografi Indonesiasentris. Banyak tokoh intelektual dari daerah-daerah yang ada di Indonesia serta pemikiran dan ide-idenya. Misalkan Pemikiran R.A Kartini dalam mempelopori Emansipasi Wanita, Ki Hadjar Dewantara dengan sistem amongnya, Ideologi yang muncul tahun 1927 terhadap penindasan petani yaitu “Marhaenisme”, serta tokoh lokal Indonesia lainnya.
Ide akan munculnya ideologi dari kalangan ini perlu diangkat dan justru pemikiran-pemikiran mereka yang mengubah jalannya arus sejarah di Indonesia. Hal ini perlu diperhatikan lagi oleh sejarawan Indonesia tentang penulisan sejarah ke arah Indonesiasentris. Tidak hanya sejarah intelektual, bidang kajian sejarah juga perlu diperhatikan lagi misalkan sejarah lingkungan, sejarah sosial yang mencakup kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting lagi adalah penulisan sejarah Indonesiasentris juga harus dan wajib memunculkan peranan orang Indonesia, karena kita ketahui bahwa penulisan yang Eropasentris juga menekankan pada peranan orang Eropa dan orang Indonesia hanya sebagai figuran saja. Hal ini juga sejarah intelektual kembali memiliki peluang yang besar. Jika hanya berharap pada pandangan non Indonesia sentris, dikhawatirkan nantinya tokoh-tokoh intelektual bangsa sendiri mulai akan memudar.
ADVERTISEMENT
Kondisi atas permasalahan diatas dapat dijadikan sebagai acuan kedepan dalam penulisan sejarah, salah satunya adalah menempatkan bidang kajian pada sejarah intelektual. Pada dasarnya sejarah intelektual juga membahas tentang tokoh-tokoh yang berperan dalam Indonesia serta pemikiran dan gagasan-gagasannya. Secara tidak langsung ini juga berkaitan dengan pembelajaran sejarah, bagaimana seorang pendidik dapat memanfaatkan tokoh intelektual lokal untuk berkreasi dalam pembelajarannya, karena pendidik sering kali ingin menyampaikan sebuah materi yang justru agak sulit disampaikan dan terbatas akan kemampuan. Langkah ini juga sekaligus menjadi momentum dalam memperdayakan potensi lokal di Indonesia dan menyumbang peran tokoh Indonesia dalam sejarah.