Abdul Halim Dalimunthe: Lari dalam Gelap

Konten dari Pengguna
1 Oktober 2018 16:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdul Halim Dalimunthe tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Abdul Halim (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Abdul Halim (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Olahraga merupakan hobi saya. Sejak kecil saya sudah menyukai olahraga lari. Kecintaan terhadap olahraga lari saya buktikan dengan mengikuti ekskul lari dimulai ketika saya masih bersekolah.
ADVERTISEMENT
Saya dilahirkan di Medan dengan kondisi fisik yang normal. Tidak lama setelah tinggal di Medan, saya dan keluarga pindah ke Bekasi. Masa kecil saya habiskan di kota tersebut.
Waktu saya masih sekolah di tingkat SD, saya sempat menyukai olahraga bola. Namun, saya harus berhenti menyukai olahraga bola sejak memasuki fase dewasa. Ya, sejak memasuki fase dewasa saya menjadi seorang tunanetra.
Menjadi seorang tunanetra bukan lah suatu hal yang mudah. Dari hari ke hari kualitas penglihatan saya semakin berkurang. Pada kasus ini, saya mengalami ablasio retina, yaitu putusnya saraf retina. Sejak menjadi tunanetra, saya tinggal di Bandung.
Namun, kondisi seperti ini tidak mematahkan semangat untuk terus menyukai olahraga lari. Latihan rutin setiap hari saya lakukan, agar dapat memberikan penampilan terbaik pada setiap perlombaan yang diikuti.
ADVERTISEMENT
Dengan melakukan latihan rutin, tentu membantu saya untuk cepat menghafal kondisi lintasan lari. Ketika latihan, pelatih saya hanya akan memberitahu sisa jarak lari yang sedang ditempuh.
Tentu tidak mudah bagi saya berada di posisi sekarang ini. Banyak proses yang saya lalui dengan bersusah payah. Hal yang paling utama dan selalu saya ingat adalah disiplin dalam latihan serta tidak lupa berdoa kepada Tuhan.
Banyak perlombaan lari yang telah saya ikuti. Mulai perlombaan tingkat daerah hingga tingkat dunia. Saat saya mengikuti salah satu perlombaan lari tingkat dunia yaitu, Paralympic Brazil, merupakan pengalaman yang sangat berarti.
Atlet Asian Para Games 2018, Abdul Halim Dalimunthe. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet Asian Para Games 2018, Abdul Halim Dalimunthe. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Selama saya mengikuti perlombaan, lawan yang paling berat adalah atlet lari dari China. Akan tetapi, saya tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menjadi tunanetra bukanlah suatu hal yang memalukan. Dengan kondisi ini, saya merasa lebih terpacu untuk membanggakan bangsa dan negara Indonesia.
Yang membuat saya percaya diri dengan keterbatasan ini adalah saya masih bisa berprestasi, masih bisa membawa nama harum bangsa dan negara.
Tidak lupa dukungan dari istri dan keluarga saya itu adalah hal terpenting sepanjang perjalanan karier saya menjadi seorang atlet.