Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Pilkada Serentak, Politik Lokal “Lontara Attoriolang” dalam Idealisme Bro Rivai
6 September 2020 8:24 WIB
Tulisan dari BRORIVAI CENTER tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak akan diselenggarakan akhir tahun 2020. Menurut data yang dilansir dari Kemendagri, tahun ini Pilkada 2020 akan diikuti 270 daerah, rinciannya terdiri dari 9 provinsi, 224 kabupaten dan 37 kotamadya. Khusus Sulawesi-Selatan, Pilkada serentak akan diikuti 12 daerah yang terdiri dari 11 kabupaten dan 1 kota madya yaitu Kota Makassar.
ADVERTISEMENT
Rakyat diperhadapkan tepat di pintu kendaraan yang akan membawanya kemana arah pembangunan lima tahun kedepan, dibawah pimpinan dan komando siapa. Hal ini menjadi diskursus penting untuk mengetahui bagaimana karakter calon pemimpin yang akan menentukan nasib daerah.
Berbagai figur publik mulai mendeklarasikan diri mendukung salah satu kandidat sebagai jagoannya dan bahkan menjadi “influencer” dalam penguatan politik lokal. Tak dapat dipungkiri bahwa banyak aktor yang menggerakkan kekuatan untuk mendorong calon untuk menduduki pucuk pimpinan daerah, ataupun karena memiliki kepentingan agenda 2024 sehingga perlu membina salah saru kandidat sebagai “intermediator” politik selanjutnya. Tak lebih, adalah untuk membawa kepentingan kelompoknya yang sevisi dalam merebut kemenangan dan kekuasaan secara berjenjang. Tidak mengherankan, bila banyak pihak dan elemen ikut terlibat atau melibatkan diri serta berkontribusi, berebut peran dan menjadi aktor yang menonjol dalam sebuah pergerakan menuju suksesi.
ADVERTISEMENT
Dari dinamika politik lokal yang terjadi, sebut saja contohnya di Kota Makassar. Sebagai gerbang Indonesia Timur, tentu menjadi perhatian khusus di lingkaran elit nasional. Saya tidak menyebut siapa yang terlibat dan siapa yang memainkan peran, yang jelas “elit” baik sebagai elit penguasa maupun elit antara bahkan ada elit massa yang akan memainkan peran secara terstruktur. Akan tetapi, terlepas dari hal itu, saya mencoba menggali dan menaruh hormat kepada sosok Bro Rivai akronim dari Abdul Rivai Ras yang cukup dikenal luas di Sulsel, salah satu putra daerah tanah Bugis asal Bone yang kini banyak memfasilitasi berbagai aktivitas sosial, pendidikan politik, kepemimpinan dan wawasan kebangsaan.
Pernah, dan hingga kini masih hadir sebagai sosok penggerak moral dalam turut mengedukasi publik di berbagai daerah di Sulsel, menyerap aspirasi pembangunan, menggali potensi daerah hingga akhirnya menelurkan buku “Menjelajahi Sulsel Tanpa Batas” yang ditulisnya sendiri, dan kemudian mewujud sebagai sebuah kontribusi besar dalam memperkaya referensi tentang persoalan dan pekerjaan rumah bagi kebutuhan tata kelola pembangunan Sulawesi Selatan saat ini dan masa depan.
ADVERTISEMENT
Di Kota Makassar, namanya cukup populer banyak yang menantikan kemana arah dan sikapnya dalam memandang situasi politik menjelang pilwali akhir desember nanti. Sebuah gagasan yang ditawarkan sebagai bagian dari edukasi politik yang membuat saya secara pribadi menaruh hormat yang besar dan tinggi, gagasan terkait Sulawesi Selatan, khususnya Makassar butuh pemimpin “Lontara Attoriolang”.
Sebuah kriteria pemimpin Bugis-Makassar yang harus dimiliki oleh para pemimpin dalam menggerakkan manusia kearah yang bermartabat sebagai seseorang pemimpin yang amanah dan berintegritas, dimana para pemimpin seyogyanya macca na malempu; yaitu cakap, jujur dan pintar. Paulle Watakkalepi; yaitu sehat jasmani dan rohani. Waranipi namagetteng; yaitu berani, teguh pendirian dan tegas. Ke’nawa-nawapi; yaitu memiliki visi misi, pandangan serta pikiran yang cemerlang. Nasiri’ Alena, Nasiri Adanna Rupatau; yaitu menjaga harkat dan martabat serta saling menhormati martabat orang lain. Naetau Masiripi dewata sewwae; yaitu bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
ADVERTISEMENT
Prinsip Lontara Attoriolang yang selalu dipegang Bro Rivai sebagai prinsip dalam menggerakkan kelompok atau dimanapun berada, cita-citanya jelas. Mengabdi untuk kemajuan bersama. Sebagai tokoh yang memegang prinsip tersebut, ia memimpikan pemimpin politik yang berkualitas dan memiliki keberpihakan pada rakyat, mensejahterakan, mencerdaskan dan jauh dari pembodohan. Untuk itu juga ia bertekad sebagai abdi negara turut mendorong gerakan moral agar seluruh elemen penyelenggara pemilu, TNI-Polri dan Aparat Sipil Negara (ASN) memiliki netralitas yang tinggi dalam mengawal kontestasi demokrasi menjelang hingga selesainya pilkada serentak desember mendatang.
Selain prinsip tersebut, Bro Rivai mengkonversi gagasan pendidikan politik kepada masyarakat tidak hanya melalui tulisan tetapi juga melalui lembaga thinktank yang didirikannya sebagai pusat studi pengembangan pendidikan politik dan pembangunan, BRORIVAI Center yang bermarkas di Makassar.
ADVERTISEMENT
Gagasan yang ditawarkan kompleks dalam teori dan lengkap dalam aksi nyata. Hal ini kemudian perlu menjadi contoh bagi calon pemimpin pada aspek prinsip dalam memerdekakan sesama. Dimanapun dan siapapun ketika prinsip Lontara Attoriolang menjadi landasan dalam memimpin suatu daerah, maka dinamika dan opini negatif dalam konstelasi sedini mungkin mampu dicegah atas kesadaran para kandidat yang akan bertarung di tengah-tengah situasi sulit pandemi COVID-19.
Lalu yang menarik, bagaimana sikap dan harapan Bro Rivai dalam dinamika politik lokal maupun konstelasi pilkada serentak 2020 di Sulsel?. Melalui tulisan ini, tak perlu tindakan fisik untuk menjelaskan kemana arahnya. Jika prinsip Lontara Attoriolang mampu digunakan dan diterjemahkan dalam tindakan oleh para kandidat, maka jiwa Bro Rivai atau lembaga yang didirikannya BRORIVAI Center beserta perangkatnya dalam konteks kriteria kepemimpinan ideal ada disana.
ADVERTISEMENT
Penulis: Nurhidayatullah B. Cottong, Chief of Strategic of Communication BRORIVAI Center