Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bhineka Tunggal Ika Yang Sederhana
Tukang Follow!
bisa disurati di [email protected].
bisa di intip di siapakahsidul.wordpress.com
8 September 2017 0:09 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari Abdulah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari Selasa kemarin, tanggal 5 September 2017, aku diajak untuk menemani seorang kawan ke sebuah acara di daerah Bantul. Tepatnya di kecamatan Sanden. Kebetulan kawanku ini diminta untuk menjadi salah satu pemateri di acara tersebut. Teman saya meminta saya untuk menemaninya alasannya biar ada yang mendokumentasikan saat dia menjadi pemateri. Ya gampangnya sebut saja : diajak untuk jadi tukang foto! hehe
ADVERTISEMENT
Nama acara itu adalah "Sosialisasi Persatuan dan Kebangsaan". Yang isinya dibagi lagi menjadi dua tema. Pertama soal "pemuda desa", yang kedua soal "bhineka tunggal ika". Awal saya membaca judulnya, yang terlintas diotak dan benak saya adalah: "wah tema berat, nih" . Ya, menurut saya tema itu berat, dan pusing! heuh
Kebetulan teman saya ini kebagian untuk mengisi materi yang soal pemuda desa, karena basic dia juga kerja di LSM yang programnya konsen pada pemberdayaan remaja. Nah, yang tentang bhineka tunggal ika di isi oleh pemateri yang lainnya.
Sesi pertama diisi dengan tema Bhineka Tunggal Ika. Awalnya saya kira bakal membosankan, karena hanya akan mendengarkan pemateri bicara. Eh, ternyata tak disangka-sangka, ternyata cukup seru.
ADVERTISEMENT
Nama pematerinya adalah Mas Gondol (nama panggilan). Beliau adalah seorang guru SMK.( setelah saya tanya ke salah seorang temannya, hehe) .
Awal beliau membuka pembicaraan, beliau langsung mengajak para peserta dengan semangatnya untuk menuju ke bagian belakang ruangan.
Saya langsung penasaran. Mau disuruh apa para peserta ini?
Setelah semua peserta berkumpul di bagian belakang ruangan, rasa penasaran sayapun mulai terjawab.
Mas Gondol membagi peserta menjadi dua kelompok, laki-laki dan perempuan. Kedua kelompok itu diarahkan untk berhadap-hadapan.
Selanjutnya, mas Gondol memberi arahan kepada para peserta.
Arahannya, setiap orang yang berada dibarisan depan untuk memberi arahan kepada anggota sebarisnya dengan menggunakan kaki atau tangan mereka. Dan para anggotanya harapannya mengikuti itu dengan bergeser sesuai yang di arahkan. Entah itu ke kiri atau kekanan.
ADVERTISEMENT
Setelah memberikan sedikit penjelasan, Mas Gondol meminta salah satu baris untuk mempraktekannya.
Ternyata nggak semua anggota bisa mengikuti dengan benar apa arahan dari temannya yang berada dibaris depan.
apa hubungannya dengan Bhineka Tunggal Ika?
Jawaban itu saya dapat dari penjelasan sederhana yang mas Gondol sampaikan setelah itu, yang intinya kurang lebih seperti ini : Bahwa Bhineka Tunggal Ika itu seperti simulasi permainan tadi dimana sang tidak semua anggota sama, yaitu bisa mengikuti dengan sempurna atau dengan tepat apa yang diarahkan oleh pemimpin baris. Tapi ada yang lambat dan kurang tepat. Kita tidak bisa memaksakan semuanya harus melakukan dengan benar dan tepat, kita harus saling memahami perbedaan yang ada.Apalagi kalau yang mengarahkan itu tidak konsisten dengan simbol arahan yang dipakai. Jadi yang mengarahkanpun harus tegas dan lugas dalam memberikan arahannya, serta konsisten. Begitu juga dengan Bhineka Tunggal Ika, dibutuhkan pemimpin yang tegas dan konsisten. (kurang lebih seperti itu)
ADVERTISEMENT
Kemudian setelah simulasi dengan permainan itu selesai, semua peserta kembali ke tempat duduk masing-masing.
Mungkin, soal "Bhineka Tunggal Ika" memang bisa dijelaskan dengan berbagai cara, apapun. Tidak harus dengan teori yang super panjang dan memusingkan tapi bisa juga dengan sebuah simulasi berbentuk permainan, seperti yang diterapkan oleh mas Gondol.