Menghargai Seni Grafis Dengan Mencoba Membuatnya.

Abdulah
Tukang Follow! bisa disurati di [email protected]. bisa di intip di siapakahsidul.wordpress.com
Konten dari Pengguna
24 Juli 2017 23:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdulah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Foto : pribadi)
(Foto: salah satu ruang pameran )
ADVERTISEMENT
Hari Minggu kemarin saya diajak teman saya ke acara Pekan Seni Grafis Yogyakarta di Jogja National Museum (JNM).
Acara pameran seni ini menurut saya bukan pameran seni seperti biasanya.
Di sini kita nggak cuma menikmati karya seni saja, tapi praktek membuat karya seni juga.
Pekan Seni Grafis Yogyakarta menyuguhkan pameran yang lain dari pameran seni biasanya.
Dalam sebuah pameran pada umumnya, biasanya kita cuma bisa menikmati karya yang disuguhkan tanpa banyak tahu bagaimana proses pembuatan sebuah karya. dalam sebuah pameran pada umumnya, biasanya kita cuma bisa menikmati karya yang disuguhkan tanpa banyak tahu bagaimana proses pembuatan sebuah karya.
ADVERTISEMENT
Di acara ini kita diberi ruang buat mencoba membuat karya grafis, mulai dari teknik woodcut, stensil, etsa, alugraphy, photolithography, sablon, dan silkscreen. Semua disediakan studionya masing-masing. Pengunjung tinggal memilih untuk mendaftar ingin belajar teknik yang mana. Peserta bebas dari mana saja, bukan hanya dari latar belakang seni saja.
Saya kemarin sempat mencoba mengikuti workshop Etsa/etcing. Iseng - iseng saja, toh gratis juga.
Sebelum memulai proses membuat karya, saya dijelaskan dulu apa itu etsa/etcing.
Saat itu pemateri di studio Etsa bernama Mas Martin. Dari penjelasan belio, bahwa Etsa adalah salah satu teknik grafis yang dipakai untuk mencetak uang.
ADVERTISEMENT
Dari tahap awal proses penghalusan plat dengan amplas, kemudian plat diwarna dengan pilok, terus setelah piloknya kering, kita gambar plat tersebut sesuai keinginan kita dengan alat berbahan besi yang runcing seperti paku. Setelah proses gamabr selesai, barulah ke tahap perendaman di cairan HCL.
Sembari merendam, mas Martin sang pemateri menjelaskan kalau fungsi HCL adalah untuk membentuk gambar yang sudah kita buat diatas plat, sehingga membentuk cetakan. Tunggu sekitar 5 menit, plat yang direndam sudah bisa diangkat. Setelah diangkat, plat yang berbalutkan pilok tadi dibersihkan dengan thiner.
(Foto: plat besi cetakan )
Plat sudah bersih, oleskan tinta diatas plat. Oleskan dengan cara agak sedikit ditekan di bagian motif cetakan gambar yang ada di plat. Tujuannya agar tinta masuk ke celah motif cetakan.
ADVERTISEMENT
Setelah semua sudah tertutupi tinta, plat dibersihkan lagi dengan kain dan dilanjutkan menggunakan kertas khusus (saya lupa namanya) tapi pada tahap ini tanpa cairan thiner.
Setelah dirasa cukup dan siap, tahap terakhir adalah cetak. Ada alat tersendiri untuk cetak dan kertas yang dipakai untuk mencetak karya harus basah terlebih dahulu.
(Foto: hasil cetakan etsa)
Semua proses saya ikuti, ya walaupun dengan terbata-terbata dan menahan rasa bosan, karena baru kali ini saya praktek membuat karya dengan metode serta proses yang lumayan panjang.
Dari situ saya menjadi sedikit merasakan bagaimana sulitnya membuat karya seni. Sudah panjang prosesnya, dituntut indah pula!
Yang sedikit bisa saya tangkap adalah:
ADVERTISEMENT
Dibalik bagusnya,dan instagramablenya sebuah karya dalam sebuah ruangan pameran, dibaliknya ada proses yang rumit dan panjang.
Dan selama ini saya (dan mungkin banyak lainnya) sering ngomong dengan entengnya : "ah cuma kayak gitu, gampang"
Begitu kurang ajarnya, saya!