Konten dari Pengguna

Kompetisi Esports di Tengah Gejolak Geopolitik: Games of the Future 2024

Abel Josafat M
Undergraduate student at Universitas Padjadjaran, Department of international relations.
29 Februari 2024 13:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abel Josafat M tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Playoff Liga Esports Nasional 2023 resmi digelar oleh PBESI. Foto: Dok. PBESI
zoom-in-whitePerbesar
Playoff Liga Esports Nasional 2023 resmi digelar oleh PBESI. Foto: Dok. PBESI
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi telah membukakan pintu bagi berbagai aktivitas baru, salah satunya adalah esports. Di Indonesia saja, berbagai game telah memiliki ekosistem esports-nya sendiri yang juga berkontribusi ke pembukaan lapangan pekerjaan dalam negeri. Tidak berhenti di situ, esports juga membukakan pintu bagi interaksi lintas batas melalui penyelenggaraan turnamen di level internasional.
ADVERTISEMENT
Pada awal tahun 2024, terdapat sebuah turnamen cukup besar yang diadakan di Rusia dengan melibatkan berbagai tim dari seluruh dunia. Namun, penyelenggaraan turnamen tersebut mengundang respons yang beragam dari komunitas internasional. Turnamen tersebut tidak lain adalah Games of the Future 2024.

Mengenal Games of the Future 2024

Games of the Future 2024. Foto: Kazan Games of the Future 2024
Games of the Future 2024 merupakan sebuah serangkaian turnamen olahraga yang mengusung konsep phygital (physical digital). Oleh karena itu, selain mengadakan berbagai kompetisi olahraga tradisional, Games of the Future 2024 turut menghadirkan kompetisi esports.
Untuk ranah esports, turnamen ini membawakan beberapa judul seperti Dota 2, World of Tanks, hingga MLBB. Prizepool yang dipertarungkan oleh para tim yang diundang juga tidak main-main, seperti pada MLBB yang memiliki prizepool sebesar $1,000,000 USD.
ADVERTISEMENT
Games of the Future 2024 dilaksanakan mulai dari Februari hingga Maret 2024 di berbagai kota di Rusia.

Respons dari Komunitas Internasional

Gerakan dari beberapa sosok dalam komunitas esports, seperti komentator, pun juga menunjukkan sikap yang tidak mendukung. Beberapa dari mereka, seperti Oleksii Bafadarov selaku komentator, mengecam partisipasi para tim yang akan menghadiri acara tersebut.
Tidak hanya itu, ada juga yang mengancam akan melaporkan informasi pribadi pemain serta pihak bersangkutan ke berbagai negara Eropa. Jika hal itu terjadi, orang-orang bersangkutan bisa kesulitan untuk memperoleh visa ke negara-negara Eropa. Beberapa tim esports yang awalnya diundang untuk berpartisipasi telah mengundurkan diri, seperti Nigma Galaxy (Eropa Barat) serta Nouns (Amerika Utara).
Keputusan Esports Charts untuk tidak meliput Games of the Future 2024. Foto: Esports Charts.
Selain itu, Esports Charts, lembaga yang selalu berpartisipasi dalam penyediaan data analitik penyiaran turnamen esports di berbagai belahan dunia, turut tidak menyorot jalannya turnamen tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun, pada akhirnya berbagai tim, terutama dari Asia Tenggara, Cina, dan Amerika Selatan, yang diundang tetap hadir setelah beberapa penyesuaian.

Memahami Kemunculan Respons Tersebut

Salah satu alasan mengapa banyak pihak tidak mendukung pelaksanaan Games of the Future adalah fakta bahwa acara tersebut dibuat oleh Pemerintah Rusia. Hal ini juga memiliki keterkaitan dengan Perang Rusia-Ukraina yang sampai kini masih berlangsung.
Hal ini bisa dilihat dari keterlibatan erat pemerintah Rusia dalam perkembangan turnamen tersebut, mulai dari pembentukan panitia hingga kehadiran Presiden Rusia, Vladimir Putin, beserta beberapa kepala negara sekitar Rusia di upacara pembukaan turnamen tersebut.
Dalam hubungan internasional, terdapat sebuah konsep yang bernama power atau kekuatan yang memiliki beberapa jenis seperti hard power dan soft power. Menurut Joseph Nye, hard power adalah kapasitas negara untuk memaksa negara lain untuk mengikuti kepentingannya sedangkan soft power adalah kemampuan negara untuk membuat negara lain turut menginginkan kepentingannya melalui attraction ketimbang paksaan.
ADVERTISEMENT
Soft power bisa tertuang dalam berbagai wujud, seperti kebudayaan, kuliner, hingga ranah esports. Sebagai contoh, Korea Selatan memiliki soft power yang terkenal seperti yang terlihat pada industri hiburannya yang mendunia.
Dalam konteks ini, pelaksanaan turnamen Games of the Future 2024 bisa dilihat sebagai praktik soft power Rusia. Beberapa judul game yang dibawakan dalam Games of the Future 2024 memiliki jumlah pemain yang sangat besar, seperti Dota 2 dengan basis yang besar di Eropa serta MLBB dengan basisnya yang besar di Asia Tenggara.
Tidak hanya itu, berbagai tim yang diundang juga bisa menjadi magnet perhatian mengingat keberadaan penggemarnya. Melalui pengadaan turnamen game-game tersebut, Rusia bisa terhubung dengan orang-orang dari kawasan tersebut, terutama anak muda.
ADVERTISEMENT
Penyelenggaraan Games of the Future 2024 dapat dilihat sebagai penerapan soft power dari Rusia untuk kepentingannya, baik untuk nation branding atau mengalihkan perhatian dari konflik yang tengah berlangsung. Oleh karena itu, dapat dipahami bagaimana berbagai negara dan komunitas yang berseberangan dengan Rusia mengecam partisipasi dalam Games of the Future 2024.
Terlepas dari konflik yang mengelilingi Games of the Future 2024, penyelenggaraannya kembali menunjukkan bagaimana olahraga, terutama esports, bisa menjadi medan isu politik. Ke depannya, patut diperhatikan apakah esports akan kembali menjadi arena kontestasi politik bagi negara-negara adidaya.