Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
3 Babak Kekalahan Jerman dan Berhentinya Perang Dunia II
13 September 2020 23:56 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Terhitung selama 6 tahun lewat satu hari, Perang Dunia Kedua berlangsung di Bumi. Dimulai dengan invasi Jerman ke Polandia, pada tanggal 1 September 1939, peperangan ini merenggut nyawa sekitar 60-80 juta manusia atau sekitar 3 persen dari populasi global saat itu. Sebagian besar dari mereka yang tewas adalah warga sipil, termasuk orang-orang Yahudi yang terbunuh di kamp konsentrasi Nazi selama Holocaust.
ADVERTISEMENT
Apabila berbicara soal penyebab berakhirnya perang, ada banyak hal yang sebetulnya saling mendukung dan saling memengaruhi secara kronologis, termasuk kekalahan Jepang. Namun, jika mesti difokuskan pada kemunduran Jerman, setidaknya ada tiga babak penting yang menghentikan partisipasinya dari Perang Dunia II, dan berpengaruh terhadap berhentinya perang secara keseluruhan.
Jerman dipukul mundur dari dua sisi
Setelah menyerbu seluruh Eropa, dalam tiga tahun pertama Perang Dunia II, pasukan dari Blok Poros dipaksa untuk bertahan setelah Tentara Merah Uni Soviet mematahkan serangan mereka dalam Pertempuran Stalingrad yang brutal. Pertempuran ini berlangsung dari Agustus 1942 hingga Februari 1943. Pertempuran berlangsung amat sengit dan menjatuhkan hampir dua juta korban jiwa, termasuk kematian puluhan ribu penduduk Stalingrad (sekarang Kota Volgograd).
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, ketika pasukan Uni Soviet mulai bergerak maju di Front Timur, Sekutu Barat pun menginvasi Sisilia dan wilayah selatan di Italia. Hal ini menyebabkan jatuhnya pemerintahan diktator Italia, Benito Mussolini, pada Juli 1943. Sekutu kemudian membuka Front Barat dengan invasi amfibi D-Day di Normandia, pada 6 Juni 1944.
Setelah mantap memijakkan kaki di bagian utara Prancis, pasukan Sekutu lantas membebaskan Paris pada 25 Agustus 1944, diikuti dengan pembebasan Brussel sekitar dua minggu kemudian.
Terpojok oleh Pertempuran Bulge
Ketika pasukan Uni Soviet maju ke Polandia, Cekoslowakia, Hungaria, dan Rumania, sementara Sekutu Barat terus bergerak ke timur, Jerman semakin terjepit di kedua sisi. Jerman Dipaksa untuk berperang dalam dua front dengan sumber daya yang semakin menipis. Adolf Hitler pun semakin putus asa, sehingga mengizinkan serangan terakhir di Front Barat dengan harapan memecah garis Sekutu. Sementara Nazi melancarkan serangan mendadak di sepanjang Hutan Ardennes, di Belgia, dan Luksemburg, pada 16 Desember 1944.
ADVERTISEMENT
Serangan yang tidak terputus selama enam minggu, dalam kondisi di sugu bawah nol, menyebabkan tentara menderita hipotermia, radang dingin, dan trench foot. Peristiwa yang juga dikenal Pertempuran Bulge ini menjadi serangan terakhir Jerman, yang kehilangan sekitar 68.000 pasukan tewas.
Jerman Akhirnya Menyerah
Setelah pengeboman di Dresden dan kota-kota lainnya di Jerman, yang menewaskan puluhan ribu warga sipil, Sekutu Barat menyeberangi Sungai Rhine dan bergerak ke bagian timur menuju Berlin. Saat mereka mendekati ibu kota, pasukan Sekutu membebaskan sisa-sisa korban Holocaust dari kamp konsentrasi, seperti di Bergen-Belsen dan Dachau. Dengan runtuhnya kekuatan Jerman di kedua front, kekalahan tak terhindarkan lagi. Hitler melakukan bunuh diri di bungkernya, pada 30 April 1945.
Pengganti Hitler, Laksamana Agung Karl Dönitz, kemudian memulai negosiasi perdamaian dan pada tanggal 7 Mei 1945. Ia memberi wewenang kepada Jenderal Alfred Jodl untuk menandatangani penyerahan tanpa syarat, atas semua pasukan Jerman yang berlaku pada hari berikutnya.
Josef Stalin, bagaimanapun, menolak untuk menerima perjanjian penyerahan yang ditandatangani di markas besar Jenderal Amerika Serikat, Dwight D. Eisenhower, di Reims, Prancis. Hal ini memaksa Jerman menandatangani perjanjian penyerahan lainnya di Berlin, yang diduduki oleh Uni Soviet, yang dilakukan oleh Panglima Tertinggi Wilhelm Keitel pada 8 Mei 1945.
ADVERTISEMENT