Konten dari Pengguna

Alasan Tuak Nira Tidak Populer untuk Orang Eropa dan Amerika

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
2 April 2021 17:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tuak nira dari Afrika | Gambar oleh hansteky dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tuak nira dari Afrika | Gambar oleh hansteky dari Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Telah jadi sebuah pemandangan yang sangat umum di negara tropis seperti Nigeria, India, hingga Indonesia, melihat para penyadap nira memanjat pohon mayang enau atau aren. Dibantu dengan tidak lebih dari otot-otot kurus dan tali atau kain tenun, mereka mendaki ke atas, mempertaruhkan keselamatan untuk mengumpulkan nira.
ADVERTISEMENT
Seperti pengumpul sirup maple, mereka menusuk pohon dan mengikat pot tanah untuk menangkap nira yang merembes. Saat pot-pot ini terisi sepanjang hari, ragi alami dan bakteri dari udara akan bekerja dengan ajaib pada getahnya, mengubah nektar yang encer, manis, dan sedikit seperti kelapa, menjadi minuman bersoda, manis-asam, dan berwarna putih susu.
Onye Ahanotu, seorang seniman dan insinyur material yang berubah menjadi ilmuwan makanan, tumbuh besar dengan mendengar tentang pentingnya tuak nira yang beralkohol, tetapi jarang mencicipi minuman itu sendiri. Orang tuanya berimigrasi dari Nigeria Tenggara ke Lembah Napa di California, Amerika Serikat.
Dalam cerita yang dia dengar tentang Nigeria, tuak nira memiliki tempat yang membanggakan bagi orang Nigeria. Pasangan yang penuh harapan senantiasa menyajikannya kepada mertua mereka, sebagai bagian dari tradisi pernikahan. Selebrasi pernikahan ini tidak akan lengkap tanpanya.
Seorang pria memegang wadah tuak nira di Afrika | Wikimedia Commons (CC)
Akan tetapi, kurangnya tuak nira di pasar Amerika Serikat (AS) sebagian karena kurangnya permintaan. Alkohol berbasis mayang enau atau aren secara budaya penting bagi banyak kelompok Afrika Barat, Asia Selatan, dan Asia Tenggara, tetapi tidak menjadi makanan utama dalam masakan Eropa-Amerika.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya soal selera, tetapi juga hal teknis: soal tenaga kerja, proses, dan pasokan, menjadi alasan tuak nira sulit ditemukan di Eropa atau Amerika.
Tuak Nira adalah alkohol alami, diproduksi sebagai ragi, didukung oleh udara tropis yang panas dan lembab. Akibatnya, produksi tuak nira di Nigeria sebagian besar tetap menjadi industri tingkat lokal, desa, atau rumahan, di mana penyadap individu atau serikat penyadap kecil menjalin hubungan dengan keluarga dan restoran setempat.
Ada juga penghalang lingkungan. Meskipun banyak produsen hanya menyadap getah dari pohonnya, beberapa menebang pohon seluruhnya, mengeringkan getah dari hatinya. Hal itu membuat produksi mayang enau atau aren yang tersebar luas menjadi prospek yang berpotensi menguras sumber daya.
ADVERTISEMENT
Jadi, untuk gigih mengenalkan tuak nira, pada tahun 2018 Ahanotu mendirikan Ikenga Wines. Perusahaan ini adalah upaya rintisannya dalam produksi nira beralkohol berteknologi tinggi. Ini pun bertujuan untuk menjadi yang pertama mengkomersialkan proses distribusinya di Amerika.
Ahanotu, menurut tulisan dari Atlas Obscura, bahkan telah mulai mengadakan acara mencicipi tuak nira dan menawarkan pesanan lanjutan kepada konsumen di AS. [*]