Konten dari Pengguna

Fakta Aneh Thomas Blood, Mencuri Mahkota Raja malah Mendapatkan Penghargaan

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
9 November 2020 11:36 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mahkota, tongkat, dan bola emas Kerajaan Inggris | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Mahkota, tongkat, dan bola emas Kerajaan Inggris | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Setelah memukul dan menikam Talbot Edwards, penjaga Menara London, Thomas Blood segera menggunakan palu untuk meratakan mahkota Kerajaan Inggris (menjadi serata piring). Putranya mulai menggergaji tongkat emas menjadi dua. Sementara Robert Perrot memasukkan bola emas kerajaan ke celana dalamnya.
ADVERTISEMENT
Komplotan penjahat itu kemudian kabur dengan terburu-buru dari Menara London. Menaiki kuda yang sudah disiapkan oleh William Smith. Mereka membawa harta paling langka, yang tak berani disentuh oleh penjahat mana pun di Inggris ataupun Irlandia, pada abad ke-17.
Akan tetapi, tiba-tiba muncul sosok yang tidak diantisipasi oleh mereka. Ia adalah Wythe, putra Edwards, seorang tentara yang baru pulang bertugas. Wythe menemukan ayahnya dalam kondisi mulut tersumbat; dan sang ayah segera berteriak lantang: “Pengkhianat! Mahkotanya telah dicuri!"
Wythe Edwards dan seorang insinyur militer dari Swedia, Martin Beckman, lantas berlari untuk menangkap komplotan Blood. Aksi kejar-kejaran berkuda berlangsung sengit ke arah gerbang Menara London. Blood mengeluarkan pistolnya, menembak ke arah pengejarnya. Blood sempat menjauh, tetapi berhasil ditangkap oleh Beckman.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa menit setelah teriakan Edwards, para penjahat lainnya telah ditangkap; dan mahkota kerajaan yang hancur pun ditemukan. Blood, yang hampir saja sukses menjalankan tindak kriminal paling spektakuler, mendapati dirinya diseret kembali ke dalam Menara London. Dikurung dan diikat dengan rantai.

Pengampunan yang aneh

Thomas Blood dan komplotannya | Wikimedia Commons
Blood menanggapi penangkapannya dengan gertakan yang cerdik. Ia menentang beragam pertanyaan dari sipir penjara dan hanya bersedia diinterogasi oleh Raja Charles II. Anehnya, sang raja setuju dan sudi membawa dirinya ke hadapan penjahat.
Kabarnya, Blood mengakui segenap kejahatannya dan menuturkan kisah yang bertele-tele tentang petualangannya. Ia bahkan mengakui bahwa dirinya pernah berencana untuk menembak Charles II, dengan senapan, saat sang raja sedang mandi di sungai. Namun, Blood kehilangan keberanian untuk membunuh sang raja. Ia bilang, tak jadi membunuh raja karena merasa amat "kagum kepada Yang Mulia". Saat ditanya apa yang akan dia lakukan jika diberi kebebasan, Blood hanya menjawab bahwa dia, "Akan berusaha keras untuk memperjuangkannya."
ADVERTISEMENT
Kejahatan yang telah dilakukan oleh Blood amat serius. Catatan kriminalnya cukup untuk membuatnya dieksekusi mati. Bagaimanapun, sang raja tidak menghukumnya, justru mengejutkan publik dengan memberikan pengampunan penuh. Bahkan, Raja Charles II juga memberi sebidang tanah untuk Blood di Irlandia; dan jaminan uang senilai 500 pound per tahun.
Mengapa Charles II memberikan konsesi yang luar biasa seperti itu, tidak ada yang tahu pasti. Banyak sejarawan mengklaim bahwa Charles II mungkin terhibur dan tertarik oleh sikap brutal Blood dan kisah hidupnya yang menarik.
Apa pun motif Charles II untuk mengampuni Blood, kemungkinan ada potensi menggunakan penjahat itu sebagai agen politik. Sebelum mencuri mahkota, Blood pernah menjadi perencana politik dan ahli penyamaran yang ulung. Ia adalah seorang konspirator dan pendesain intrik yang luar biasa. Ia pernah berpartisipasi dalam beberapa skema untuk membunuh raja. Pun sempat memimpin serangan ke Kastil Dublin, saat kudeta 1663 yang gagal. Pada 1670, Blood juga mendalangi upaya berani untuk menculik dan membunuh Adipati Ormond, mantan letnan penguasa di Irlandia.
Thomas Blood | Wikimedia Commons
Setelah menerima belas kasihan Raja, sang kolonel palsu kemudian menghabiskan tahun-tahun gemilangnya sebagai manusia kurang ajar paling terkenal di Inggris. Blood bekerja dengan berbagai cara sebagai informan dan mata-mata. Ia pula tidak pernah dapat meninggalkan kegemarannya untuk berbuat jahat. Melibatkan dirinya dalam intrik istana dan skandal spionase, hampir tanpa henti.
ADVERTISEMENT
Pada saat Blood meninggal pada tahun 1680, ia berada dalam keadaan lemah dan sangat terlilit oleh hutang. Reputasinya sebagai penipu ulung sudah sangat kesohor, sehingga pihak berwenang mesti menggali kuburannya hanya untuk memastikan bahwa Blodd tidak memalsukan kematian.
Penjahat terkenal itu kemudian dimakamkan kembali, di bawah nisan yang konon bertuliskan:
Referensi: