Konten dari Pengguna

Fakta Seledri, Lambang Cinta untuk Orang yang Telah Meninggal

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
15 Juni 2020 18:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Pixabay/senjakelabu29
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Pixabay/senjakelabu29
ADVERTISEMENT
Memberikan bunga untuk seseorang senantiasa mengandung makna yang mendalam. Baik untuk orang yang dihormati atau disayangi. Pemberian bunga pun biasa kita lakukan dalam tiga fase, yaitu saat penyambutan, penghargaan, dan perpisahaan. Oleh karena itulah, kita lazim memberikan bunga tatkala baru saja bertemu dengan seseorang ataupun saat seseorang itu telah meninggal.
ADVERTISEMENT
Tradisi yang terakhir itu, karangan bunga pemakaman, sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Orang Yunani kuno menggunakan vegetasi untuk menghormati kemenangan dan kematian. Sampai sekarang pun masyarakat kita masih melakukannya. Akan tetapi, hal yang tidak kita lihat lagi pada saat ini adalah kebisaan orang Yunani kuno yang memberikan seledri untuk mendiang.
Bau seledri yang kuat dan warna gelapnya dianggap memberikan suasana chthonic (terkait dengan dunia bawah dan kematian) yang positif bagi orang Yunani kuno. Mereka pun menilai pemberian seledri adalah cara paling ampuh untuk menunjukkan cinta kepada orang yang telah tiada.
Anggapan tersebut menjadikan seledri bagian penting dalam penguburan, sebagai penghargaan terhadap orang yang telah menghadapi hidup dengan keberanian dan pantas dikuburkan selaiknya pahlawan. Seledri di Yunani kuno lazim menutupi kuburan dan orang mati pun sering dimahkotai dengan sayuran ini, sehinga pemanfaatannya terlarang sebagai makanan sehari-hari dan dikhususkan untuk jamuan pemakaman.
ADVERTISEMENT
Asosiasi seledri dengan kematian juga telah menjadi bagian leksikon, dalam ungkapan deisthai selinon (membutuhkan seledri) yang berarti bahwa seseorang hampir mati.
Pemakaman Yunani kuno | Wikimedia Commons
Menariknya, seledri yang merupakan simbol ganda kematian dan kemenangan, itu sering tertukar dengan peterseli. Kedua tumbuhan ini memang bagian dalam keluarga Apiaceae dan orang-orang sering keliru mengidentifikasinya dalam tulisan-tulisan kuno. Akibatnya, dalam budaya Eropa dahulu, keduanya dianggap mampu mengusir roh jahat.
Peterseli bahkan masih mempertahankan reputasi kelamnya hingga sekarang. Sebab pernah didedikasikan untuk Persephone, Ratu Dunia Bawah, para petani lampau mengklaim bahwa benih peterseli yang lambat berkecambah perlu mengunjungi iblis sembilan kali sebelum akhirnya mampu tumbuh.
Rujukan:
ADVERTISEMENT