Ilmuwan Albert Einstein Pernah Menolak Jadi Presiden Israel Kedua

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
18 Januari 2021 11:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Albert Einstein | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Albert Einstein | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Albert Einsten, ilmuwan yang dikenal sebagai Bapak Relativitas, ternyata punya cerita menarik yang berkaitan dengan dunia politik. Suatu ketika, dia pernah diminta menjadi presiden Israel kedua, beberapa tahun setelah Perang Dunia Kedua berakhir.
ADVERTISEMENT
Penawaran tersebut bermula dari rekomendasi Chaim Weizmann, presiden pertama Israel, yang mengatakan bahwa Einstein adalah orang Yahudi terhebat yang masih hidup kala itu. Jadi, setelah kematian Weizmann pada 9 November 1952, Einstein, yang tampaknya cocok, diharapkan jadi penerus.
Kedutaan besar Israel kemudian mengirim surat kepada Einstein, yang secara resmi menawarkannya posisi presiden. Einstein pun dijanjikan bahwa, dia tidak perlu khawatir, posisi pentingnya sebagai presiden tidak akan mengganggu kepentingannya yang lain.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel turut meyakinkan Einstein bahwa meski menjabat sebagai presiden, kebebasannya dalam dunia riset ilmiah tetap bisa dilakukan dan bahkan difasilitasi. Hal ini karena publik sepenuhnya sadar akan pentingnya karya ilmiah Einstein, terutama dalam bidang fisika.
Albert Einstein, istrinya, Presiden Israel Pertama, dan para pemimpin Zionis | Wikimedia Commons
Terlepas dari usia Einstein yang sudah tua, 73 tahun saat itu, dia tetap menjadi pilihan utama atas berbagai pertimbangan. Salah satu pertimbangan utamanya ialah karena Einstein adalah profesor keturunan Yahudi paling masyhur (tentu saja karena dia juga yang terbaik di bidangnya dan memiliki otak jenius) yang mengungsi dari Jerman ke Amerika Serikat selama Adolf Hitler berkuasa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kepemimpinan Einstein sebagai salah satu pendiri Universitas Ibrani Yerusalem diharapkan akan berguna bagi perkembangan Israel. Dia adalah pendukung gerakan Zionis. Dia bahkan mungkin bisa menghitung matematika ekonomi negara dan memahaminya.
Akan tetapi, tidak terlalu mengejutkan sebenarnya, semua tawaran yang menggiurkan itu justru ditolak Einstein. Dia bersikeras bahwa dirinya tidak memenuhi syarat sebagai presiden.
Menolak dengan rendah hati, dia menyebut bahwa usianya sudah tua, pengalamannya kurang di dunia politik, dan keterampilannya tidak memadai sebagai pemimpin komunitas Yahudi. Secara keseluruhan, Einstein menilai dirinya bukan pilihan yang baik untuk menjadi presiden kedua di Israel.
Sepanjang hidup Einstein, dia lebih banyak berurusan dengan hal-hal yang ilmiah dan murni bersifat ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, dia kurang memiliki bakat alami dan tidak punya pengalaman untuk berurusan politik, apalagi sebagai orang nomor satu di suatu negara.
ADVERTISEMENT