Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Kisah Penipu Ulung dari Irlandia, Sang Pencuri Mahkota Kerajaan Inggris
9 November 2020 10:06 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ancaman jerat penjara biasanya sudah cukup untuk mencegah aksi kejahatan. Sebagian besar pencuri tak akan berani mencoba tindak kriminal spektakuler, seperti mencuri mahkota kerajaan yang berhiaskan permata. Tetapi Kolonel Thomas Blood bukanlah penjahat biasa; dan ia tak ragu untuk menjalankan aksi pencurian semacam itu. Catatan kriminalnya telah membuat bandit-bandit lain pada abad ke-17 merasa minder.
ADVERTISEMENT
Lahir pada tahun 1618, Blood mulai terkenal selama Perang Saudara Inggris , ketika ia meninggalkan perjuangan Royalis dan bergabung dengan Parlementaria (dipimpin Oliver Cromwell). Pengkhianatan itu membuatnya mendapatkan harta yang menguntungkan di Irlandia. Sial, hartanya kemudian dirampas setelah Raja Charles II merestorasi tahta pada 1660.
Sejak perampasan itu, Blood menjadi perencana politik dan ahli penyamaran yang ulung. Seorang konspirator dan pendesain intrik yang luar biasa. Ia berpartisipasi dalam beberapa skema untuk membunuh raja. Memimpin serangan ke Kastil Dublin, saat kudeta 1663 yang gagal. Pada 1670, ia pun mendalangi upaya berani untuk menculik dan membunuh Adipati Ormond, mantan letnan penguasa di Irlandia.
"(Ia) tidak hanya memiliki penampilan yang berani, tetapi juga penampilan yang keji dan kejam," dideskripsikan oleh orang-orang pada zamannya, menurut artikel dari history.com.
ADVERTISEMENT
Blood menyebut dirinya “kolonel”, meskipun tidak pernah mendapatkan pangkat itu di kemiliteran. Segera, setelah serangkaian aksinya, ia pun menjadi burononan papan atas. Siapa pun yang bisa mendapatkan kepalanya akan mendapatkan hadiah 1.000 pound. Situasi ini memaksa Blood untuk hidup dalam persembunyian dengan nama samaran.
Bagaimanapun, aksi Blood yang paling menghebohkan ialah pada tahun 1671. Kala itu, ia mencuri mahkota Kerjaan Inggris, dengan proses penipuan yang cukup matang.
Mahkota yang dihias berlian, batu mulia lainnya, dan bola emas, itu disimpan di ruang bawah tanah Menara London, Inggris. Di tempat ini juga disimpan tongkat kerajaan yang terbuat dari emas. Penjaganya ialah Talbot Edwards, seorang mantan tentara tua, yang diizinkan untuk menambah penghasilan dengan memamerkan perhiasan itu kepada turis (dengan sejumlah imbalan).
ADVERTISEMENT
Melihat adanya kesempatan untuk masuk ke tempat penyimpanan mahkota, Blood mulai menyusun rencana. Blood menyamar sebagai pendeta Anglikan, ditemani seorang aktris untuk berperan sebagai istrinya, lalu berjalan ke Menara London dan bertemu dengan Edwards. Mereka dengan santai melihat-lihat mahkota, yang disimpan di balik jeruji logam di sebuah ruangan yang dilindungi oleh pintu kuat.
Tak lama setelah berada di sana, istri palsu Blood berpura-pura sakit; dan memaksa Edwards untuk membawanya ke apartemen lantai atas, demi memberi pertolongan. Blood dengan murah hati berterima kasih kepada Edwards. Beberapa hari kemudian, Blood kembali dengan membawa hadiah untuk istri Edwards.
Setelah perkenalan yang baik, Blood dan Edwards semakin akrab. Dalam minggu-minggu berikutnya, sang kolonel pun menjalankan skema penipuan yang rumit, seperti menjodohkan keponakan palsunya dengan putri Edwards, sehingga membuatnya lebih leluasa untuk sering berkunjung ke Menara London.
Sekitar pagi hari pada 9 Mei 1671, Blood kemudian datang beserta rombongan. Putranya, Thomas, menyamar sebagai sarjana yang memenuhi syarat (yang akan dijodohkan dengan putri Edwards). Ada pula Robert Perrot, Richard Halliwell, dan William Smith (yang bersiap-siap menjaga kuda untuk kabur). Setiap orang yang datang bersama Blood telah siap dengan belati dan pistol tersembunyi.
ADVERTISEMENT
Edwards yang polos, sama sekali tak tahu bahwa nasib dirinya sedang terancam. Tanpa ragu, ia justru membawa rombongan Blood untuk melihat langsung mahkota raja. Tak lama setelah mereka berada di ruangan penyimpanan, bam! Edward disergap, disumbat mulutnya, dan kepalanya ditutup karung. Ketika penjaga berusia 77 tahun itu melawan, Blood dengan brutal memukul kepalanya. Ia pun menikam perut Edwards.
Blood segera menggunakan palu itu untuk meratakan mahkota raja menjadi serata piring. Putranya mulai menggergaji tongkat emas menjadi dua. Sementara Perrot hanya memasukkan bola emas kerajaan ke celana dalamnya.
Mereka kemudian kabur dengan terburu-buru dari Menara London. Menaiki kuda yang sudah disiapkan Smith. Membawa harta paling langka yang tak berani disentuh oleh penjahat mana pun di Inggris ataupun Irlandia.
ADVERTISEMENT
Berlanjut ke tulisan berikutnya ....
Referensi: