Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Kisah Sudut Jalan yang Mengubah Dunia
13 Juli 2020 13:58 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika kamu berkunjung ke Sarajevo, Ibu Kota Bosnia-Herzegovina, tepat di sudut jalan seberang Jembatan Latin, maka kamu akan melihat sebuah spanduk ungu besar dengan tulisan yang dalam bahasa Indonesia berarti: “Sudut Jalan yang Memulai Abad ke-20”. Spanduk tersebut dijadikan sebagai pengingat, bahwasanya sudut jalan tersebut adalah saksi bisu atas pembunuhan Archduke Austria, Franz Ferdinand dan istrinya, Sofia, oleh seorang pria berusia 19 tahun yang bernama Gavrilo Princip.
ADVERTISEMENT
Banyak orang menginginkan kematian Ferdinand karena kebijakan yang akan diterapkan begitu Ia naik takhta, terutama pihak dari Kerajaan Serbia. Ferdinand mengusulkan untuk mengganti sistem dualisme Austro-Hungaria dengan “Trialisme”, sebuah monarki rangkap tiga di mana tanah Slavia di dalam kekaisaran Austro-Hungaria akan ditata ulang dan digabungkan menjadi mahkota ketiga. Ferdinand juga menganjurkan sebuah gagasan tentang federalisme.
Kebijakan yang ingin diterapkan Ferdinand tidak disetujui oleh banyak kalangan elite yang berkuasa pada saat itu. Bahkan, kelompok teroris Tangan Hitam (yang mengutus Princip) memutuskan untuk membunuh Ferdinand saat kunjungannya ke Sarajevo pada 28 Juni 1914. Dengan rencana ini, kebijakan yang ingin Ferdinand usulkan pun dapat terhambat.
Pada hari tersebut, ada tujuh orang yang dikirim oleh Tangan Hitam untuk menuntaskan misi di sepanjang rute yang akan dilalui Ferdinand. Rencana dimulai saat salah satu anggota Tangan Hitam, yang bermana Nedeljko Cabrinovic, melempar bom ke arah mobil Ferdinand. Namun, bom tersebut memantul dan berguling ke mobil belakang. Ledakan pun terjadi dan meninggalkan lubang berdiameter 0,3 meter di jalan dan melukai beberapa orang. Cabrinovic yang menyadari upayanya gagal langsung menelan pil sianida dan melompat ke sungai. Kakinya patah dan ia terseret keluar sungai, lalu dipukuli oleh banyak orang.
ADVERTISEMENT
Ledakan dari bom yang dilempar Cabrinovic tidak mengenai mobil Ferdinand, dan mereka pun melanjutkan perjalanan. Saat tiba di Balaikota, Ferdinand berteriak dalam pidatonya, “Saya datang ke Sarajevo untuk suatu kunjungan, dan saya mendapatkan bom yang dilemparkan kepada saya. Sangat keterlaluan!”. Setelah itu, Ferdinand beserta rombongan berniat berkunjung ke rumah sakit untuk melihat orang-orang yang terluka dalam serangan bom.
Hanya saja, dalam perjalanannya, pengemudi melambat saat mendekati sudut jalan dan mobil pun berhenti. Pada saat itulah Princip, yang sedari awal sudah memperhatikan, berlari menyeberang jalan dan langsung menembakkan dua peluru kepada Ferdinand dan istrinya. Princip juga memukul pasangan itu berkali-kali.
Dikisahkan bahwa tatkala mereka berdua sekarat di dalam mobil, Ferdinand memohon lirih terhadap istrinya, “Tetaplah hidup, Sophie, demi anak-anak.” Nahas, mereka wafat tak lama kemudian.
ADVERTISEMENT
Semua orang yang tergabung dalam rencana pembunuhan Franz dan istrinya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati, dan beberapa dipenjara. Princip menerima hukuman dua puluh tahun penjara, tetapi Ia meninggal tiga tahun kemudian karena TBC. Saat itu, Perang Dunia Pertama sedang berlangsung akibat ulahnya.