Paricutin, Gunung Berapi yang Lahir dan Mati di Usia Muda

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
31 Oktober 2018 9:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto: commons.wikimedia.org
Sangat jarang bagi ahli vulkanologi untuk dapat menyaksikan kelahiran, pertumbuhan, dan kematian gunung berapi sekaligus. Jadi, ketika Paricutin memberikan kesempatan langka tersebut hanya dalam jangka waktu kurang satu dekade, itu adalah anugerah yang akan sulit ditandingi.
ADVERTISEMENT
Tidak seperti kebanyakan gunung berapi lain yang telah muncul selama bertahun-tahun sebelumnya --atau berabad-abad-- hingga dapat meletus, Paricutin baru menampakkan dirinya saat sore tanggal 20 Februari 1943 di Desa Paricutin, Michoacan, Meksiko. Suaranya mendesis ketika timbul, disertai asal mengepul dari celah.
Gempa dan keriuhan yang terdengar dari dalam Bumi lalu membuat panik penduduk Desa Paricutin dan San Juan Parangaricutiro. Mereka lantas melarikan diri, dikejar bau busuk (konon seperti bau telur) yang keluar dari retakan celah tanah sekitar 2 meter lebarnya. Pilihan mereka untuk segera mengevakuasi diri sangat tepat, sekalipun mesti mengorbankan rumah-rumah dirusak oleh fenomena alam.
Terhitung sejak hari kelahirannya, Gunung Paricutin tak pernah berhenti meletus. Aktivitasnya sangat intens selama tahun-tahun awal, dengan mengeluarkan lebih dari 90 persen dari total material yang dimuntahkan oleh gunung berapi (termasuk asap tebal, abu, asap belerang dan lahar).
ADVERTISEMENT
Lahan jagung tempat lahirnya Gunung Paricutin itu mulanya cuma lahan datar, beberapa jam kemudian mulai membengkak, dan satu hari kemudian tingginya sudah mencapai 50 meter. Dalam rentang satu minggu, Gunung Paricutin memiliki ketinggian 100 meter; lava mulai mengalir ke tanah area di sekitarnya.
Sampai akhirnya saat mencapai ketinggian 424 meter (sebagian sumber menyebutnya 410 meter), Gunung Paricutin mati pada tahun 1952. Tidak ada yang terbunuh oleh lahar atau abu dari letusannya, kecuali tiga orang yang meninggal akibat petir --yang kemungkinan terkait dengan letusan itu.
Usai kematiannya, Gunung Paricutin pun diyakini sebagai gunung berapi monogenetik --yang berarti tidak akan pernah meletus lagi.
Sumber: britannica.com | naturalhistory.si.edu