Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Penyebab Bumi Dianggap Pusat Alam Semesta
2 November 2018 20:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pengamatan Bangsa Babilonia terhadap rasi bintang menciptakan sistem kalender sekaligus geosentris.
Foto: commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Lebih kurang sekiar 1500 tahun sebelum Masehi, Bangsa Babilonia mengandalkan penglihatan terhadap langit malam untuk memprediksi hidup mereka. Mereka mengamati pola-pola bintang guna meramalkan nasib juga untuk mengambil keputusan.
Dari hasil dari pengamatan itu, orang-orang Babilonia menciptakan sistem kalender awal. Itu merupakan penemuan yang bagus meski di sisi lain mereka juga terjerumus pada klaim keliru, yaitu menganggap Bumi sebagai pusat alam semesta (geosentris).
Sistem awal kalender yang sederhana ditentukan dengan melihat letak Matahari terbit dan kesejajarannya dengan rasi bintang tertentu --pola yang saat ini kita kenal sebagai zodiak. Misal ketika Bangsa Babilonia menyaksikan terbitnya Matahari sejajar dengan rasi bintang al-lul (kepiting/cancer), maka mereka akan menetapkannya sebagai satu periode/bulan.
Selang sekitar 30 hari kemudian, secara pasti letak terbitnya Matahari akan berpindah di rasi bintang lainnya. Maka periode pun berganti, dan dalam satu tahun hanya ada 12 rasi yang hampir sejajar dengan letak Matahari terbit.
ADVERTISEMENT
Karena letak terbitnya Matahari yang konsisten berpindah-pindah, Bangsa Babilonia pun mengira Bumi sebagai pusat alam semesta. Bumi tampak selalu diam, sementara Matahari terus mengitarinya.
Keyakinan Bumi sebagai pusat alam semesta kemudian diadaptasi oleh orang-orang Yunani kuno. Mereka juga meniru Kalender Babilonia, serta mempopulerkan nama-nama zodiak dalam buku Tetrabiblos yang ditulis oleh Claudius Ptolemy.
Butuh waktu berabad-abad bagi manusia untuk memahami kekeliruan Kalender Babilonia. Sampai kemudian Bangsa Romawi mengganti permulaan tahun dari hari pertama zodiak Aries menjadi tanggal 1 Januari.
Lebih dari itu, diperlukan rentang zaman selama puluhan abad hingga akhirnya manusia sadar bahwa Bumi yang sebetulnya mengitari Matahari dalam setahun --bukan sebaliknya. Hal inilah yang membuat letak terbitnya Matahari tampak berpindah-pindah setiap bulan terhadap rasi bintang.
ADVERTISEMENT
Pada abad ke-16, Kalender Gregorius menjadi sistem penanggalan terbaik yang diterima masyarakat luas; pada abad ini pula perlawanan heliosentris (teori Bumi mengelilingi Matahari) terhadap geosentris dimulai. Setelah tak lagi didukung oleh supremasi gereja, Teori Geosentris kehilangan tempatnya di dunia akademisi sekitar awal abad ke-19,.
Sumber: britannica.com | time.com