Konten dari Pengguna

Pertemuan Nazi-Jepang dan Emas yang Dirahasiakan

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
7 Juni 2020 17:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Para perempuan Jepang dengan bendera Nazi | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Para perempuan Jepang dengan bendera Nazi | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Pada Desember 1940, tiga bulan setelah terbentuknya aliansi Pakta Tripartit (Jerman, Jepang, dan Italia) para pemimpin militer Jepang melakukan konvoi menuju Berlin dengan tujuan untuk melakukan pertemuan dengan para petinggi Nazi. Kelompok konvoi ini dipimpin oleh Jenderal Tomoyuki Yamashita, seorang veteran militer yang telah menghabiskan masa dewasanya dalam dunia peperangan.
ADVERTISEMENT
Yamashita tergolong cepat merasakan kenaikan karier, naik menjadi Tentara Kekaisaran Jepang, dan namanya menjadi terkenal di seluruh dunia sebagai "Harimau Malaya". Julukan ini didasarkan atas kepemimpinan militernya yang tegas dan menjadi otak penaklukkan brutal oleh Jepang atas Singapura.
Beberapa minggu setelah tiba di Jerman, Yamashita pun berkenalan dengan Adolf Hitler, sang pemimpin Nazi. Dalam pertemuannya, masing-masing dari mereka memiliki maksud dan tujuannya sendiri. Hitler ingin agar militer Jepang menyatakan perang terhadap Inggris dan AS. Namun, Yamashita kurang tertarik. Ia ingin Jepang dapat mengetahui teknik militer Jerman terlebih dahulu, untuk meningkatkan prospek Jepang dalam perang.
Hitler cukup terbuka dengan pertukaran informasi. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh pihak Jepang, tentang radar dan peralatan lain dalam militer Jerman, dikesampingkan oleh para pejabat Nazi. Kendati begitu, Jepang disuguhi semacam "tur" ke situs-situs militer Jerman, di sekitar wilayah yang telah diduduki oleh Nazi.
ADVERTISEMENT
Dalam hubungan keduanya, antara Jerman dan Jepang, sama-sama memiliki ketertarikan dengan emas. Pada tahun 1938, Reich Ketiga (sebutan lain untuk Nazi Jerman) telah menjarah cadangan emas Eropa dan mengumpulkan sebanyak 100 metrik ton emas. Begitu pula dengan Jepang, mereka berhasil menjarah sumber daya yang kaya emas di Laut Cina Timur, serta di wilayah Asia lainnya.
Seiring berjalannya waktu, hubungan antara keduanya yang awalanya masih sama-sama keras, nampaknya menjadi lebih lunak, setelah berlangsung kaku tanpa kejelasan selama beberapa bulan. Pada Juni 1941, enam bulan setelah pertemuannya dengan Hitler, Yamashita mengatakan bahwa Nazisme dan Jepang memiliki semangat yang sama-sama besar.
Hitler pun turut meneguhkan keyakinan Yamashita, ketika para pejabat Jepang justru sedang berselisih mengenai negara-negara penaklukkan. Pada tahun 1942, Hitler mendorong agar Jepang terus melakukan ekspansi apa pun risikonya, dengan menyarankan agar pendudukan India dan menawarkan Afrika Timur dan Selatan untuk Jepang.
ADVERTISEMENT
Ketika sumber daya Jerman mulai mengering, Jepang pun mengulurkan tangan. Pada tahun 1944, kapal selam Jepang I-52, yang ditenggelamkan oleh pasukan Sekutu, diyakini berada pada misi untuk mengirimkan lebih dari dua ton emas, opium, logam, dan bahan baku lainnya, untuk Nazi.
Akan Tetapi, semua usaha Yamashita untuk mendapatkan lebih banyak wilayah dan kekuasaan, pada akhirnya harus terhenti dalam kehancurannya. Pada bulan-bulan terakhir tahun 1945, setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia Kedua, ia dijatuhi hukuman mati karena kejahatan perang di hadapan pengadilan militer Amerika Serikat. Pada Februari 1946, ia berjalan 13 langkah ke tiang gantungan, sambil membawa mati rahasia tentang emas yang pernah ia ambil sebelumnya.
Sumber: history.com | warhistoryonline.com | dailyhindnews.com
ADVERTISEMENT