Thames, Terowongan Pertama yang Dibangun di Bawah Sungai

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
16 Agustus 2020 20:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Terowongan Thames | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Terowongan Thames | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Pada awal abad ke-19, kota London memiliki pelabuhan tersibuk di dunia, yang terletak di Sungai Thames, Inggris. Di sana, ada sebuah jembatan batu yang sudah lama tidak berfungsi. Namun, jembatan selebar 8 meter tersebut tetap dipaksa untuk digunakan, dengan hanya setengahnya saja yang tersedia untuk lalu lintas. Jembatan pun banyak dilalui oleh gerobak dorong dan pejalan kaki yang datang dari dua arah.
ADVERTISEMENT
Keadaan ini kemudian membentuk sebuah upaya untuk membuat terowongan di bawah Sungai Thames. Pada tahun 1799, insinyur Ralph Dodd pernah membangun terowongan di sana, namun gagal. Tahun 1805, sekelompok insinyur mencoba untuk melanjutkan misi Dodd, namun tidak berhasil pula. Proyek tersebut kemudian ditinggalkan karena membangun terowongan di bawah sungai dianggap sangat tidak memungkinkan.
Tetapi, seorang insinyur Prancis bernama Marc Brunel berpikir sebaliknya. Ia percaya bahwa membangun terowongan di bawah Sungat Thames adalah hal yang mungkin. Ia mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh para insinyur sebelumnya; ia merancang teknik pembuatan terowongan baru yang telah digunakan selama dua abad terakhir, yaitu membuat pelindung terowongan.
Pelindung terowongan sangat revolusioner, tetapi membuat pengerjaan menjadi cukup lambat. hanya dapat menggali sepanjang 2,4 hingga 3,6 meter dalam seminggu. Perembesan air juga menjadi masalah, di mana air kotor dari Sungai Thames sering menetes dari atas terowongan. Masalah kemudian teratasi dengan adanya alat pompa yang bekerja sepanjang waktu untuk menghilangkan air dari terowongan.
Foto: Proses pembuatan pelindung Terowongan Thames | Wikimedia Commons
Namun, tahun 1827, para pekerja sempat tidak sengaja menggali dasar sungai. Air pun menyembur masuk ke dalam dengan sangat deras. Anak laki-laki Brunel langsung berenang untuk memperbaiki lubang di dasar sungai, dengan melempar tas berisi tanah liat untuk menutup lubang. Akibat kejadian tersebut, enam orang pekerja meninggal dunia dan Brunel pun kehabisan dana. Sekali lagi, proyek terowongan ini kembali ditinggalkan.
ADVERTISEMENT
Butuh waktu tujuh tahun bagi Brunel untuk mengumpulkan cukup uang dan memulai kembali pembuatan terowongan. Ia juga telah membangun pelindung terowongan yang lebih baik dan mampu menahan tekanan Sungai Thames. Meskipun telah mengganti pelindung terowongan lamanya dengan model yang lebih baik, masih butuh bertahun-tahun kemudian sampai terowongan selesai dikerjakan.
Terowongan Thames memakan biaya lebih dari setengah juta poundsterling, jauh melebihi perkiraan biaya awalnya. Usulan untuk membangun pintu masuk khusus, bagi kendaraan beroda, juga gagal karena masalah biaya karena awalnya hanya digunakan oleh pejalan kaki. Menariknya, terowongan tersebut menarik sekitar dua juta pengunjung dalam setahun dan masing-masing dari mereka harus membayar satu sen untuk melewatinya.
Pada tahun 1865, terowongan itu dibeli oleh Perusahaan Kereta Api London Timur dan mengalami perubahan agar dapat digunakan untuk kereta api. Terowongan Thames juga menjadi bagian dari London Underground dan digunakan hingga tahun 1962.
ADVERTISEMENT