Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
20 Ulama Perempuan di Aceh Ikut Lokakarya Merawat Lingkungan
28 Februari 2022 16:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Lokakarya bertema 'Agama dan Penyelamatan Ruang Hidup: Peran Teungku Inong Aceh dalam Keberlanjutan Lingkungan Hidup' itu bertujuan menguatkan peran ulama perempuan dalam mengedukasi masyarakat bahwa penting merawat lingkungan . Selain itu, juga untuk meningkatkan kajian ruang belajar antara ulama perempuan terkait isu penyelamatan lingkungan.
Rubama, Community Conservation Officer Yayasan HAkA, mengatakan lokakarya itu sebuah respons berbagai dampak dari kerusakan lingkungan dan perubahan iklim yang dialami sekarang di Aceh, seperti banjir, longsor, dan kekeringan.
“Kami menilai penting sekali pendekatan agama, khususnya dari ulama perempuan, untuk meningkatkan penyadartahuan masyarakat terkait pentingnya perlindungan lingkungan," kata Rubama, Senin (28/2).
Menurutnya, banyak ayat Al-Qur’an dan hadis menyebutkan bahwa kerusakan lingkungan hidup tanpa terkendali menjadi faktor penyebab langsung kehancuran bumi. "Dengan meningkatnya kajian perlindungan lingkungan melalui pendekatan agama, kami harap dapat berkontribusi mengurangi kerusakan lingkungan di Aceh,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Pada akhir kegiatan, para peserta dan fasilitator akan merumuskan rencana strategi kolaboratif, implementatif, dan terukur yang dapat dilakukan Teungku Inong untuk meningkatkan penyadartahuan kerusakan lingkungan melalui pendekatan agama.
“Jujur saja sebagai pengajar, saya belum banyak mengetahui apa yang sedang terjadi di Aceh dan sekarang saya menjadi lebih paham betapa pentingnya peran saya dan ulama perempuan lainnya sebagai pendidik untuk keberlanjutan bumi ini,” kata Umi Soffia, Teungku Inong dari Aceh Tenggara.