Konten Media Partner

Akibat Tsunami dan Nuklir, Kini Fukushima Jadi Kota Mati di Jepang

30 Desember 2019 12:02 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Zona terlarang di Fukushima, Jepang. Semua foto oleh penulis yang diabadikan pada medio November 2019.
zoom-in-whitePerbesar
Zona terlarang di Fukushima, Jepang. Semua foto oleh penulis yang diabadikan pada medio November 2019.
ADVERTISEMENT
Apakah pernah terbayangkan oleh kita bagaimana rasanya harus meninggalkan rumah yang kita tinggali sejak lama tanpa boleh membawa pergi apapun dan dilarang untuk kembali ke sana sampai kapan pun?
ADVERTISEMENT
Bekas restoran yang piring dan gelasnya masih terletak di atas meja, bangku dan meja tak beraturan lagi di dalamnya, toko baju yang pakaiannya masih tergantung di rak walaupun sudah sedikit miring akibat goncangan gempa, serta bangunan-bangunan lain yang dibiarkan begitu saja, menjadi pemandangan di kiri-kanan jalan saat melintasi daerah di Fukushima yang tingkat radiasi nuklirnya masih tinggi.
Fukushima adalah sebuah kota yang masuk dalam regional Tohoku, sekitar tiga jam menggunakan kereta api dari Tokyo, Jepang. Kota ini dipenuhi pegunungan, sawah-sawah, serta lautan yang membentang di sepanjang sisi jalan yang dibatasi oleh tembok pemecah ombak serta pohon-pohon pinus. Tidak ada bangunan-bangunan pencakar langit di kota ini, kota yang masih hijau.
Fukushima sebuah kota yang masuk dalam regional Tohoku.
Alasan itulah yang menjadikan tempat ini terpilih untuk didirikan sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir yaitu Fukushima I atau lebih dikenal dengan Fukushima Dai-ichi. PLTN ini memiliki enam unit terpisah dengan jumlah tenaga 4,7 gigawatt (GW) dan merupakan yang pertama dibangun serta dijalankan sepenuhnya oleh Tokyo Electric Power Company (TEPCO) sejak tahun 1970-an.
ADVERTISEMENT
Saat gempa dan tsunami terjadi pada Jumat, 11 Maret 2011, tersisa empat bangunan reaktor yang masih berfungsi, sedangkan dua lainnya sudah tidak digunakan lagi sejak awal 2011. Ketika gempa terjadi, sistem kontrol secara otomatis berhasil berfungsi memadamkan reaktor aktif sehingga reaksi fisi atau pembelahan inti atom di dalam reaktor tidak terjadi lagi. Pada reaktor nuklir, energi dihasilkan dari reaksi fisi tersebut.
Fukushima sebuah kota yang masuk dalam regional Tohoku, Jepang.
Kemudian tsunami mematikan generator darurat yang menyediakan daya untuk mengendalikan dan mengoperasikan pompa yang diperlukan untuk mendinginkan reaktor. Akibat sistem pendingin yang tidak berfungsi, sedangkan masih terdapat sisa energi di dalam batang reaktor nuklir, suhu di dalam batang reaktor menjadi panas. Seharusnya jika sistem pendingin tak berfungsi, maka masih terdapat sistem kontrol otomatis untuk melepaskan panas yang terdapat dalam batang reaktor, tapi ternyata sistem itu tidak ada sejak awal.
ADVERTISEMENT
Para pekerja menggunakan air laut untuk mendinginkan batang reaktor karena air biasa tidak dapat ditemukan akibat tsunami. Walaupun sama-sama air, seberapa banyakpun air laut yang dialirkan ke dalam batang reaktor tidaklah dapat mendinginkan reaktor tersebut, karena air laut memiliki kandungan garam di dalamnya. Suhu panas yang terus meningkat di dalam batang reaktor, menjadikan empat unit pabrik nuklir meledak beberapa hari setelahnya.
Zona terlarang bencana nuklir Fukushima.
Empat bangunan reaktor tersebut tidak meledak pada hari gempa dan tsunami terjadi. Ledakan pertama terjadi di reaktor nomor 1 pada Sabtu, 12 Maret 2011. Disusul ledakan di reaktor nomor 3 pada Senin, reaktor nomor 2 dan 4 pada Selasa. Ledakan inilah yang melepaskan reaktor-reaktor nuklir ke udara sehingga menyebabkan radiasi nuklir di Fukushima.
ADVERTISEMENT
Segera setelah ledakan terjadi, pemerintah mengumumkan bahwa telah terjadi kebocoran nuklir sehingga warga diminta untuk meninggalkan rumah atau sesuatu apapun yang sedang dilakukan saat itu juga. Masyarakat dievakuasi ke daerah lain. Para pekerja yang ditugaskan oleh pemerintah mulai menjalankan proses pembersihan radiasi nuklir dengan cara mengelap atap-atap rumah serta dinding rumah warga, merontokkan dedaunan dan mengelap batang pohon dengan alkohol, serta mengerok tanah sedalam tiga sentimeter (cm).
Sebuah toko dengan mesin minuman yang masih terisi botol-botol minuman yang sudah tanpa penghuni.
Seluruh kegiatan itu dilakukan di tiap tempat di Fukushima dan masih berlangsung di beberapa tempat sampai saat ini sejak delapan tahun lalu. Barulah pada 5 Juli 2012, Komisi Investigasi Independen Kecelakaan Nuklir Fukushima menemukan bahwa penyebab kecelakaan tersebut telah lama diketahui, bahwa operator pabrik, TEPCO, ternyata telah gagal memenuhi persyaratan keselamatan, persiapan dalam mendapatkan kerusakan bangunan, serta pengembangan rencana evakuasi.
ADVERTISEMENT
Lalu pada 12 Oktober 2012, TEPCO mengakui untuk pertama kalinya bahwa mereka telah gagal untuk mengambil tindakan yang diperlukan karena takut mengundang tuntutan hukum atau demonstrasi yang melawan pabrik nuklirnya.
Sebuah rumah yang telah dikelilingi tanaman rumput dan ilalang.
Setelah delapan tahun, masih ada beberapa tempat yang masih berstatus dilarang masuk karena tingkat radiasi di daerah tersebut masih tinggi. Salah satunya adalah daerah Tomioka yang berjarak kurang dari 10 kilometer dari pusat ledakan. Daerah ini merupakan kawasan perumahan warga yang tidak boleh ditinggali lagi entah sampai kapan.
Di sepanjang jalan menuju Tomioka, terdapat bangunan-bangunan atau rumah-rumah yang sudah tidak ditempati lagi di sisi kanan dan kiri jalan. Tidak ada warga yang melakukan aktivitas apapun di daerah tersebut. Hanya para pekerja yang menggunakan baju pelindung dan masker bekerja mengerok tanah dengan traktor serta mobil-mobil yang berlalu lalang melintasi jalanan.
Penjaga di jalan masuk ke area perumahan.
Jalan masuk ke area perumahan dijaga oleh dua laki-laki yang berdiri di gerbang mengenakan baju pelindung berwarna biru, lengkap dengan topi putih dan masker. Kawasan ini sepi. Tak ada warga, hanya para pekerja. Ilalang-ilalang panjang tumbuh di halaman rumah, tumbuh-tumbuhan menjalar menutupi dinding rumah dan jendela, mesin penjual otomatis yang tertutup rerumputan, babi-babi yang keluar masuk rumah yang jendelanya terbuka serta halamannya penuh ilalang, rumah-rumah ini kosong, sudah ditinggal pergi penghuninya sejak delapan tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Saat pemerintah mengumumkan telah terjadinya kebocoran nuklir yang menyebabkan radiasi nuklir, semua warga diminta untuk langsung keluar dari rumah tanpa membawa apapun. Ada yang sedang makan, tapi harus pergi dan meninggalkan makanannya begitu saja. Pakaian, buku-buku, foto-foto, tidak boleh dibawa pergi. Semua kenangan tinggal di rumah-rumah itu tanpa pernah bisa dilihat lagi.
Perumahan di Fukushima yang sudah ditinggal pergi penghuninya.
Warga di perumahan itu diizinkan untuk masuk ke daerah tersebut, tapi tidak boleh masuk ke rumah mereka, hanya boleh memandangnya dari luar saja. Mereka masih memiliki rumah, tapi tidak boleh tinggal di dalamnya, kenangan mereka tertinggal di rumah itu, mereka tidak bisa memilikinya lagi walaupun mereka berdiri di depan pagar bangunan yang pernah mereka tinggali delapan tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Sebagian dari warga yang tak sanggup menahan sedih karena melihat rumahnya tapi tak bisa dimasuki lagi, menyerahkan rumah itu kepada pemerintah untuk dihancurkan agar mereka tidak perlu lagi melihat rumah mereka.
Di kawasan yang masih tinggi radiasi nuklirnya, seorang manusia hanya boleh berada di situ maksimal empat jam. Tapi para pekerja yang berada di Tomioka bekerja dari pukul 9 pagi hingga 4 sore walaupun berganti-gantian dengan yang lainnya per dua jam. Efek radiasi nuklir tersebut memang tidak datang secara langsung, efek tersebut akan muncul saat memasuki umur ke-40 berupa kanker darah putih. Begitu pula yang terjadi saat ledakan reaktor nuklir. Kebanyakan korban ialah yang terkena efek dari radiasi tinggi dari ledakan tersebut beberapa hari setelah reaktor nuklir meledak.
Suasana jalan lengang di Fukushima, Jepang.
Di sisi lain berseberangan dengan perumahan tersebut yang terpisah dengan jalanan, terdapat beberapa rumah yang berpenghuni. Memang sedikit mengundang tanya bagaimana bisa di sisi lain masih termasuk dalam area beradiasi tinggi, sedangkan sisi lainnya dinyatakan sudah aman. Tapi begitulah adanya daerah ini.
ADVERTISEMENT
Fukushima, daerah yang menghasilkan listrik untuk menghidupkan hari dan malam kota-kota lainnya, justru menjadi kota yang hening dan sepi tak berpenghuni. Orang-orang bisa dengan nyaman tinggal di rumah mereka sendiri, tapi masyarakat Fukushima harus pergi dan tak bisa kembali ke rumah mereka sendiri. Kota ini mati sejak hari itu.
Penulis: Shiti Maghfira
Peserta Studi Banding Dispora Aceh ke Jepang pada November 2019, dan Guru Bahasa Jepang di Kougetsu School